Siapakah Capres-Cawapres Paling Pro-lingkungan?
Negeri ini membutuhkan sosok pemimpin berorientasi kemajuan ekonomi, kesejahteraan bangsa dan menjaga kelestarian alam.
Tingginya kesadaran publik terhadap isu lingkungan menjadi modal besar Pemerintah Indonesia dalam upaya mitigasi menghadapi ancaman perubahan iklim. Kesadaran terhadap kelestarian lingkungan dapat berperan sebagai parameter melihat kontestasi politik tahun 2024. Siapakah pasangan capres-cawapres yang paling antisipasif menghadapi ancaman dunia ini?
Pelestarian lingkungan merupakan isu global yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Kian maraknya wabah penyakit, bencana alam, krisis air bersih, gagal panen, hingga kemiskinan adalah masalah-masalah lingkungan yang membahayakan kehidupan manusia di bumi. Peta risiko di tingkat global juga menunjukkan dominasi isu lingkungan sebagai faktor utama yang menentukan keberlangsungan hidup umat manusia.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Mengingat peliknya permasalahan lingkungan, dibutuhkan langkah progresif untuk memastikan isu kelestarian alam ini menjadi agenda yang diprioritaskan. Salah satu caranya dapat ditempuh melalui jalur politik. Dengan komitmen politik yang kuat dan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang tepat, maka langkah mitigasi terhadap krisis lingkungan itu dapat dilakukan secara efektif dan optimal.
Namun, kesadaran politik terhadap isu lingkungan itu tampaknya masih relatif rendah. Bahasan isu lingkungan sering kali ditempatkan hanya sebagai pelengkap. Bahkan, banyak kebijakan yang terkesan meminimalisasi kajian terhadap aspek lingkungan sehingga perlu komitmen politik untuk menguatkannya kembali.
Menjelang Pemilu 2024, isu lingkungan harus menjadi bahasan di ranah politik, khususnya bagi ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden. Tiga pasangan capres dan cawapres telah resmi diumumkan oleh setiap partai politik pendukung. Pasangan pertama adalah Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar dengan poros Partai Nasdem, PKB, dan PKS. Poros kedua yang mengumumkan capres dan cawapresnya adalah PDI-P, PPP, Perindo, dan Hanura. Mereka mengusung pasangan Ganjar Pranowo dengan Mahfud MD. Pasangan capres dan cawapres terakhir adalah Prabowo Subianto dengan Gibran Rakabuming Raka. Mereka diusung oleh Partai Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Gelora, Garuda, Prima, dan PSI.
Ketiganya telah mendaftarkan diri sebagai capres-cawapres yang sah mengikuti Pemilu 2024. Mencermati keberpihakan terhadap lingkungan, ketiga pasangan itu memiliki pemaknaan tersendiri ketika menerjemahkan sejumlah isu lingkungan ke dalam visi-misinya. Gambaran visi dan misi itu kemudian didetailkan melalui rencana program kerja.
Baca juga: Pasangan Capres-Cawapres Didesak Deklarasikan Komitmen Kuat Penanganan Krisis Iklim
Berdasarkan dokumen visi, misi, dan program kerja pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, setidaknya memiliki tiga misi yang berorientasi pada lingkungan. Pertama, memastikan ketersediaan kebutuhan pokok dan biaya hidup murah melalui kemandirian pangan, ketahanan energi, dan kedaulatan air. Kedua, mewujudkan keadilan ekologis berkelanjutan untuk generasi mendatang. Ketiga, membangun kota dan desa berbasis kawasan yang manusiawi, berkeadilan, dan saling memajukan.
Pasangan selanjutnya, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, menjabarkan misinya tentang lingkungan dalam beberapa bagian. Pertama, mempercepat pembangunan ekonomi berdikari berbasis pengetahuan dan nilai tambah yang diimplementasikan salah satunya melalui kedaulatan pangan. Kedua, mempercepat perwujudan lingkungan hidup yang berkelanjutan melalui ekonomi hijau dan biru. Implementasi program tersebut dilakukan melalui mengurangi emisi karbon, environmental social and governance, transisi energi, dan pengelolaan ekosistem kelautan.
Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menunjukkan komitmen untuk melanjutkan program yang telah dilakukan oleh Joko Widodo dan Ma’ruf Amin selama sepuluh tahun terakhir. Poin penting yang ditekankan oleh pasangan ini terkait lingkungan adalah hilirisasi untuk komoditas pertambangan dan pertanian. Gibran juga menambahkan program khusus terkait ekonomi dan energi hijau demi tercapainya keberlanjutan.
Persepsi publik
Keresahan publik terhadap kerusakan lingkungan dan perubahan iklim terus menguat. Apalagi banyak kejadian cuaca ekstrem, bencana alam, dan konflik sosial yang makin sering terjadi dengan dampak makin luas. Survei Litbang Kompas pada Juni 2022 mengungkap bahwa 68,4 persen responden sangat khawatir dengan kerusakan lingkungan. Hal senada juga diungkapkan 61 persen respons terhadap ancaman perubahan iklim.
Kekhawatiran tersebut mengindikasikan adanya pemahaman yang semakin baik dari masyarakat terhadap fenomena global warming dan isu kelestarian lingkungan. Sedikitnya tujuh dari sepuluh responden menyatakan bahwa saat ini perubahan iklim hanya akan menyebabkan kerusakan besar terhadap lingkungan. Mereka sadar bahwa persoalan yang disebabkan oleh faktor lingkungan akan makin berat, seperti risiko kelaparan, wabah penyakit, sanitasi buruk, hingga hilangnya ruang hidup bagi manusia.
Tingginya kesadaran publik terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim tersebut merupakan modal besar untuk mengawal ketiga pasangan capres-cawapres. Sudah saatnya bahasan tentang lingkungan menjadi poros penting agenda setting. Isu lingkungan sangat fundamental dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak bangsa yang akan menjadi maju ataupun hancur karena pilihan kebijakannya terkait pengelolaan lingkungan.
Baca juga: Generasi Muda Menanti Komitmen Bakal Capres Atasi Krisis Iklim
Center of Economic and Law Studies (Celios) dan Unity of Trend (UniTrend) melakukan studi komprehensif untuk melihat kedekatan tiga calon presiden Indonesia dengan isu lingkungan dan perubahan iklim. Penelitian tersebut dilakukan menggunakan metode survei secara nasional dengan melibatkan 1.245 responden pada Maret-April 2023. Secara umum, tiga capres menunjukkan narasi positif terkait pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Penelitian Celios dengan UniTrend dilakukan secara digital menggunakan teknik random sampling yang didasarkan representasi nasional. Jangkauan ke responden juga dilakukan melalui Facebook Ads dan Instagram Ads berdasarkan kategori topik atau kata kunci, lokasi, minat, usia, dan jenis kelamin. Dalam analisisnya dilakukan pembobotan berdasarkan jender, usia, provinsi, pendidikan, dan pendapatan. Selain metode survei kuantitatif, studi juga dilakukan dengan media monitoring dan SNA (social network analysis).
Bahasan ketiga calon presiden terkait isu lingkungan sangat beragam. Semua kandidat capres-cawapres memiliki kecenderungan positif terhadap lingkungan. Berdasarkan pantauan tim peneliti Celios, isu lingkungan yang diusung oleh Anies Baswedan meliputi kendaraan listrik, konservasi satwa dan alam, emisi karbon, krisis iklim, energi baru terbarukan, penutupan PLTU, transisi energi, dan deforestasi.
Capres kedua yang menunjukkan minatnya terkait isu lingkungan adalah Ganjar Pranowo. Setidaknya ada enam isu yang sering dibahas di ranah publik, yaitu kendaraan listrik, energi baru terbarukan, deforestasi, emisi karbon, krisis iklim, dan transisi energi. Terakhir, Prabowo Subianto yang terpantau aktif membahas tentang krisis pangan, krisis iklim, kendaraan listrik, energi baru terbarukan, dan emisi karbon.
Sebanyak 31 persen responden mengatakan bahwa Anies Baswedan adalah capres yang paling banyak menyuarakan isu lingkungan. Selanjutnya, 25 persen menjawab Prabowo Subianto, dan 23 persen menjawab Ganjar Pranowo. Artinya, Anies Baswedan menjadi top of mind publik untuk capres yang dianggap menyuarakan isu lingkungan lebih santer.
Kedekatan isu lingkungan dengan Anies Baswedan juga senada dengan pendapat publik tentang siapa capres yang paling peka terhadap isu lingkungan. Sebanyak 32 persen responden menilai Anies Baswedan adalah capres yang memiliki kepekaan tinggi terhadap isu lingkungan, diikuti Ganjar Pranowo (23 persen) dan Prabowo Subianto (14 persen).
Pembangunan berkelanjutan
Keseriusan capres dan cawapres dalam pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan adalah bentuk komitmen untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, yaitu negara Nusantara berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Memilih pemimpin baru yang pro-lingkungan menjadi sangat penting di tengah ancaman degradasi ekologi yang lebih besar karena industrialisasi dan kemajuan ekonomi di Indonesia.
Setidaknya ada empat pilar utama dalam visi Indonesia Emas 2045 tersebut. Pertama adalah pembangunan manusia dan penguasaan iptek. Kedua, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Ketiga, pemerataan pembangunan. Keempat, pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan. Dalam konteks lingkungan, pilar kedua dan ketiga saling berkelindan untuk kepentingan ekologi dan ekonomi.
Baca juga: Kedepankan Calon Presiden dengan Agenda Transisi Energi yang Berkeadilan
Sebagai perwujudan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia, setidaknya ada lima poin utama yang menitikberatkan pada isu-isu lingkungan. Pertama, ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Strategi yang ditempuh untuk mencapai ketahanan pangan ini meliputi banyak hal. Salah satu yang terpenting adalah peningkatan produktivitas, pengendalian konversi lahan pertanian, dan pengembangan pertanian maritim.
Setelah pangan, poin penting berikutnya adalah tentang ketahanan air. Strategi yang dipilih sangat kontekstual terhadap ancaman perubahan iklim ke depan. Dua di antaranya pengelolaan terpadu dan berkelanjutan pada danau, rawa, situ, sungai, dan perairan darat lainnya; serta perbaikan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi, dan pengembangan sistem monitoring kondisi DAS dan sumber daya air.
Ketahanan selanjutnya yang sangat krusial adalah terkait sektor energi. Pada tahun 2050, Indonesia menargetkan penggunaan energi baru terbarukan mencapai 31 persen, sedangkan batubara hanya 25 persen dan minyak bumi sebesar 20 persen. Sumber energi fosil lainnya yang akan terus dioptimalkan adalah gas bumi. Target penurunan emisi karbon juga direncanakan mencapai 34-41 persen dibandingkan tahun 2000.
Sejumlah rencana tersebut berperan dalam menopang keberlanjutan lingkungan untuk mendorong kemajuan ekonomi nasional. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta pemerataan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Kemajuan ekonomi daerah akan diarahkan sesuai dengan potensi wilayahnya masing-masing.
Wilayah Papua akan menjadi basis pangan nasional dan sektor ekonomi berbasis sumber daya alam. Sulawesi diarahkan menjadi basis industri pangan dan gerbang kawasan timur Indonesia. Wilayah Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku akan menjadi basis wisata internasional dan perikanan nasional.
Sementara wilayah Kalimantan akan dikembangkan menjadi basis industri pengolahan dan lumbung energi nasional, Jawa menjadi basis perdagangan dan jasa, serta Sumatera menjadi basis industri baru dan gerbang kawasan Asia.
Semua target pembangunan itu menuntut proses ekonomi berkelanjutan yang mengedepankan aspek lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi negeri ini memiliki sosok pemimpin yang berorientasi pada kemajuan ekonomi dan kesejahteraan bangsa dengan turut serta menjaga kelestarian alam. (LITBANG KOMPAS)