Partai Gerindra Menjaga Kantong Suara Utama di Jabar
Jawa Barat menjadi tumpuan Partai Gerindra mendulang suara. Setelah memenangi Jawa Barat pada Pemilu 2019, akankah Partai Gerindra bisa mempertahankan daerah yang menjadi kantong suara terbesarnya itu pada Pemilu 2024?
Oleh
GIANIE
·4 menit baca
Partai Gerindra pada Pemilu 2024 dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan dominasinya di Jawa Barat. Sebab, dalam sejarah pemilu di masa reformasi, belum ada satu partai pun yang bisa memenangi Jawa Barat dalam dua pemilu secara berturut-turut.
Pada Pemilu 2019, di tingkat nasional, Jabar menjadi lumbung suara utama bagi Partai Gerindra. Partai Gerindra mendulang suara terbesar dengan perolehan 4,2 juta suara atau 17,65 persen untuk legislatif pusat (DPR).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Partai Gerindra muncul sebagai kekuatan baru yang menggerus dominasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Golkar. Basis pemilih Partai Gerindra berada di wilayah Jabar bagian barat dan selatan dengan menguasai 10 kabupaten/kota.
Di provinsi lain di Pulau Jawa dengan jumlah pemilih yang besar, perolehannya tidak sebanyak itu. Di Jawa Timur, misalnya, Partai Gerindra hanya mendapat 2,4 juta suara. Sementara di Jawa Tengah dan DKI Jakarta, perolehannya masing-masing 1,7 juta suara dan 900.000 suara.
Pada Pemilihan Presiden 2019 pun Jawa Barat menyumbang suara terbesar untuk calon presiden Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, yakni 16 juta suara. Prabowo menang di provinsi itu dengan porsi 59,9 persen.
Perolehan suara Partai Gerindra di Jabar meningkat signifikan dari pemilu ke pemilu hingga tampil sebagai pemenang pada tahun 2019. Pada Pemilu 2009, sebagai partai baru perolehannya baru 893.812 suara (4,79 persen). Namun, pada Pemilu 2014, suara Gerindra meningkat dua kali lipat menjadi 2,3 juta suara (11,23 persen).
Perolehan suara Gerindra pada Pemilu 2019 unggul dibandingkan PDI-P di posisi kedua dengan perolehan 3,4 juta suara (14,3 persen). Di posisi ketiga ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang bersaing ketat dengan perolehan 3,2 juta suara (13,3 persen).
PDI-P dan PKS berpotensi menjadi pesaing utama bagi Gerindra. Kedua partai ini siap merebut dominasi Gerindra dan menasbihkan pola tidak ada partai yang bisa menang dua pemilu berturut-turut di Jabar.
PDI-P pernah dua kali pemilu memenangi Jabar, tetapi tidak secara berturut-turut. Kemenangan PDI-P terjadi pada Pemilu 1999 dan 2014. Adapun PKS, meski belum pernah memenangi Jabar, perolehan suaranya dalam setiap pemilu cukup menjanjikan, polanya mirip dengan Partai Gerindra.
PKS mampu meraup suara dengan kisaran 10-13 persen. Kecuali pada Pemilu 2014 yang sempat turun menjadi 8,9 persen, pada Pemilu 2019 perolehan suara PKS melonjak menjadi 13,3 persen. Basis massa PKS di Jabar berada di wilayah perkotaan, dengan menguasai Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Bandung, dan Kota Cimahi.
Jabar menjadi wilayah pertarungan yang dinamis di mana penguasaan wilayah oleh partai berubah silih berganti. Karakter masyarakat yang heterogen, adaptif, dan pragmatis membuat pilihan politik mereka berubah-ubah. Kedekatan pemilih di ”Bumi Priangan” ini ke partai politik pun tergolong rendah.
Meski demikian, Partai Gerindra tetap berusaha mempertahankan basis kekuatan terbesarnya itu pada Pemilu 2024. Hal ini menjadi langkah awal untuk mengantarkan calon presiden pilihan partainya menuju kemenangan. Untuk itu, menjaga loyalitas pemilih menjadi prioritas gerakan yang dilakukan kader Gerindra di Jabar.
”Partai Gerindra harus menang lagi di Jabar,” kata Prasetyawati, anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Gerindra yang juga Bendahara DPD Partai Gerindra Provinsi Jawa Barat.
Menurut Prasetyawati, hal yang paling penting agar kemenangan bisa diraih adalah melakukan konsolidasi internal secara total atau 100 persen. Dimulai dengan menata atau merapikan organisasi dari tingkat provinsi hingga ke tingkat bawah, baik struktur partai maupun sayap-sayap partai.
”Dengan kesiapan struktur yang lengkap dan rapi, setidaknya 60 persen kemenangan sudah di tangan,” ujar Prasetyawati. Untuk penguatan organisasi, di dalam Gerindra terdapat anak-anak muda yang dipersiapkan untuk pekerjaan-pekerjaan teknis yang mendukung tugas partai. Di bawah payung Gerindra Masa Depan, anak-anak muda ini direkrut secara profesional dengan standar tertentu dan diperlakukan layaknya pekerja profesional.
Langkah selanjutnya adalah mengoptimalkan kerja anggota-anggota dewan yang ada untuk turun ke bawah berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Menjaga loyalitas pemilih harus dilakukan sering bertemu dengan masyarakat.
Ada kegiatan-kegiatan nyata yang menarik dan bermanfaat dilakukan untuk masyarakat. Salah satu contohnya melakukan program merenovasi rumah masyarakat yang tidak layak huni. Juga program revolusi putih, yaitu mengajak anak-anak minum susu.
Pendekatan kepada masyarakat juga harus dilakukan dengan memanfaatkan media sosial, mengikuti perkembangan teknologi digital yang kian masif.
”Kegiatan kader sekarang tidak bisa hanya mengandalkan komunikasi langsung yang konvensional. Harus mengikuti perkembangan zaman, terutama dengan aktif di media sosial. Dengan demikian, banyak aspirasi yang ditangkap sehingga banyak pula perubahan yang dapat dilakukan. Kalau tidak (adaptif), tewas kita,” kata Prasetyawati.
Pendapat ini ada benarnya. Dosen Ilmu Politik dari Universitas Padjajaran, Firman Manan, mengatakan, dinamika politik di Jabar ditentukan salah satunya oleh kekuatan media sosial.
Dengan perkembangan teknologi digital dan penetrasi internet yang semakin baik, pilihan politik masyarakat banyak dipengaruhi percakapan di media sosial. Apa yang terjadi di media sosial sering dijadikan acuan oleh masyarakat untuk memantapkan pilihannya dalam hajatan politik, baik dalam memilih partai maupun calon presiden.
Berbagai strategi atau upaya memang harus dilakukan untuk mempertahankan dominasi. Jika berhasil menguasai Jabar pada 2024, Partai Gerindra akan tercatat sebagai partai pertama yang menang dua kali pemilu secara berturut-turut di Bumi Priangan. (LITBANG KOMPAS)