Momentum Memperkuat Ekonomi ASEAN
Fenomena pergeseran dominasi perekonomian dari Barat ke Timur memberikan peluang bagi ASEAN untuk memperbesar perannya dalam percaturan ekonomi dunia.

Presiden Joko Widodo membuka KTT ASEAN-China di Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Lebih dari setengah abad eksis sebagai organisasi kerja sama negara-negara di Asia Tenggara, ASEAN kini memiliki perekonomian yang semakin berkembang. Fenomena pergeseran dominasi dari Barat ke Timur memberikan peluang bagi ASEAN memperbesar perannya dalam percaturan ekonomi dunia.
Kontribusi ASEAN pada ekonomi global kian diperhitungkan. Dengan rata-rata produk domestik bruto (PDB) sekitar 3.300 miliar dollar AS per tahun, PDB negara-negara di Asia Tenggara menyumbang 3,6 persen pada perekonomian dunia. Meskipun kontribusinya masih relatif kecil, tren kemajuan ekonominya terus meningkat dari waktu ke waktu.
Merujuk data Bank Dunia, total PDB negara-negara ASEAN saat organisasi ini didirikan pada tahun 1967 baru menyumbang sekitar 1,1 persen dari total PDB dunia. Dinamisnya perkembangan ini membuat ASEAN patut diperhitungkan dalam kancah geoekonomi dunia.
Seiring berjalannya waktu, perekonomian seluruh anggota ASEAN terus berkembang dan meningkat. Salah satu negara yang laju perkembangannya cukup pesat adalah Indonesia. Dari kurun 1967 hingga 1985, kontribusi Indonesia pada PDB dunia naik dari 0,2 persen menjadi 0,7 persen. Negara lainnya, seperti Thailand dan Malaysia, naik tipis sekitar 0,1 persen.
Kini, peranan ASEAN dalam percaturan ekonomi dunia sudah mencapai lebih dari tiga kali lipat dari saat awal didirikan. Dengan capaian tersebut, ASEAN menduduki posisi ke-5 ekonomi terbesar global setelah Amerika Serikat (AS), China, Uni Eropa, dan Jepang.
Baca juga: Indonesia untuk ASEAN, ASEAN untuk Indonesia
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F06%2F30f7f65a-1cda-41e2-8fae-a6c88bca3def_jpg.jpg)
Para pemimpin negara ASEAN berfoto bersama sebelum memulai KTT Ke-11 ASEAN dan Amerika Serikat di Jakarta, Rabu (6/9/2023). Konferensi ini merupakan salah satu rangkaian KTT Ke-43 ASEAN yang digelar pada 5-7 September 2023.
Kendati terpaut cukup jauh, kontribusi ASEAN dapat dikatakan lebih konsisten meningkat, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara kawasan Barat. AS, misalnya, hingga kini masih tercatat menguasai dunia lantaran seperempat dari ekonomi global berputar di negara tersebut. Namun, besarannya menyusut hingga 10 persen jika dibandingkan dengan lima dekade silam.
Hal serupa terjadi pada Uni Eropa. Pada pertengahan abad ke-20, Uni Eropa menduduki posisi ke-2 sebagai kontributor ekonomi terbesar dunia. Lebih dari sepertiga ekonomi dunia dikuasai AS saat itu, sedangkan Uni Eropa menguasai hampir seperempat bagian lainnya. Namun, kontribusi Uni Eropa kian menyurut hingga kini hanya menyumbang sekitar 16,5 persen pada ekonomi dunia.
Kemajuan Asia
Posisi Uni Eropa digantikan China yang ekonominya tumbuh meroket hingga menduduki puncak kedua tertinggi setelah AS. Bersama dengan ASEAN, tren sumbangan ekonomi China konsisten meningkat. Kontribusi ekonominya kini mencapai 17,9 persen atau hampir enam kali lipat dari capaian setengah abad silam.
Peningkatan pesat tampak sepanjang kurun 2010-2020, dengan kontribusi yang naik signifikan hingga dua kali lipat hanya dalam 10 tahun, yakni dari 9,1 persen pada 2010 menjadi 17,2 persen pada 2020. Masifnya investasi yang masuk ke China dan kebijakan peningkatan pendidikan turut mengakselerasi paradigma dan perkembangan ekonomi China sejak tahun 1980-an.
Meski laju perkembangan kontribusi ekonomi ASEAN tak semasif China, pesatnya laju ekonomi China menjadi peluang untuk turut mengembangkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Salah satunya melalui optimalisasi kerja sama perdagangan, baik bilateral, yakni tiap-tiap negara anggota ASEAN dengan China, maupun dalam skema kerja sama ASEAN-China.
Peluang mengakselerasi kemajuan ekonomi bagi negara- negara ASEAN relatif sangat besar. Apalagi selama ini China sudah menjadi mitra dagang utama negara-negara Asia Tenggara, setidaknya pada posisi lima besar.
Baca juga: Meningkatkan Kualitas SDM ASEAN, Menguatkan Daya Saing Global

Bagi Indonesia, misalnya, China menjadi tujuan ekspor terbesar pertama. Tahun 2022 nilainya mencapai 65,8 miliar dollar AS atau sekitar 23 persen dari total ekspor Indonesia. Begitu pula dengan Singapura dan Malaysia, dengan besaran nilai ekspor masing-masing sekitar 13 persen dan 16 persen. Negara lainnya, seperti Thailand dan Filipina, juga menempatkan China dalam kelompok tiga besar tujuan utama ekspor.
Selain China, India yang juga bagian dari Asia menunjukkan tren peningkatan ekonomi. Kontribusinya pada ekonomi dunia meningkat dari 2,1 persen menjadi 3,4 persen sepanjang lima dekade terakhir. Kendati tidak naik tajam, India masuk dalam jajaran top 10 ekonomi terbesar dunia, tepatnya pada posisi ke-6, mengungguli Inggris dan Perancis.
Konsistensi peningkatan kontribusi pada ekonomi global yang terjadi di ASEAN, China, dan India mengindikasikan bahwa kawasan Asia semakin menguat. Pada abad sebelumnya kekuasaan dunia didominasi negara-negara Barat, khususnya AS dan Eropa, kini mulai terjadi pergeseran ke arah Timur. Momentum ini menjadi peluang untuk meningkatkan peranan ASEAN bagi ekonomi dunia menjadi lebih besar lagi.
Resiliensi ekonomi
Mewujudkan hal tersebut tampaknya tidak mustahil karena negara-negara ASEAN terbukti cukup tangguh dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia. Hal itu tergambar dari besaran laju pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN, tak terkecuali pascapandemi Covid-19.
Sebagai contoh Indonesia, meski masih terjebak pada pertumbuhan ekonomi lima persen, setidaknya dalam lima tahun terakhir capaiannya masih di atas rata-rata dunia. Saat ini, laju ekonomi dunia rata-rata hanya sekitar tiga persen. Indonesia bersama dengan Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand masuk dalam kategori ASEAN 5, yakni lima negara terbesar di ASEAN.
Ketangguhan ekonomi juga tergambar di Malaysia dan Filipina. Laju pertumbuhannya jauh lebih tinggi, hingga mencapai tujuh dan delapan persen. Hanya dua negara yang masuk kelompok ASEAN 5, yakni Singapura dan Thailand, yang laju ekonominya masih ada di kisaran tiga hingga empat persen, dalam lima tahun terakhir.
Selain ASEAN 5, kini ASEAN memiliki ”bintang” baru yang perannya mulai diperhitungkan di kancah global, yakni Vietnam. Tahun lalu, laju pertumbuhan ekonomi Vietnam sebesar 8,0 persen. Besaran ini jauh mengungguli Indonesia. Bahkan, pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 memorakporandakan semua negara, ekonomi Vietnam tetap tumbuh positif 2,9 persen. Masifnya perkembangan ekspor dan investasi asing dinilai menjadi dua faktor yang cukup signifikan meningkatkan skala ekonomi Vietnam.
”Negeri Naga Biru” itu juga tercatat sebagai negara yang konsisten mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi sejak tahun 1998 ketika Asia dilanda krisis moneter. Hadirnya kekuatan baru ini menambah optimisme bahwa ASEAN dapat melenggang lebih tinggi di tengah momentum pergeseran ekonomi dari Barat ke Timur.
Semangat KTT ASEAN 2023 yang mengangkat tema ”Epicentrum of Growth” bukan mustahil untuk dapat segera diwujudkan di kawasan ini. Apalagi, ditambah lokasi ASEAN yang menguntungkan secara geografis, diapit oleh Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, menjadi kekuatan tersendiri dalam mengoptimalkan potensi perdagangan.
Ketimpangan di ASEAN
Hanya saja, upaya untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah hal mudah. Ada sejumlah tantangan dan persoalan yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh semua negara anggota ASEAN. Salah satu yang sangat krusial adalah ketimpangan kualitas kemajuan antarnegara.
Di balik konsistensi peningkatan laju ekonomi dan kontribusi global yang kian besar, masih terdapat negara anggota ASEAN yang masih tertatih menuju pulih. Brunei Darussalam, misalnya, hingga tahun lalu ekonomi masih terkontraksi 1,6 persen. Kondisinya malah lebih buruk dari tahun 2020 ketika pandemi. Saat itu ekonomi Brunei Darussalam justru tercatat tumbuh positif 1,1 persen.
Baca juga: ASEAN dan Perekonomian Jangka Panjang
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F04%2Ff85511af-2667-43a8-b7e6-828823f6b7bd_jpg.jpg)
Menteri Luar Negeri Retno P Marsudi memimpin Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Jakarta, Senin (4/9/2023). Pada pertemuan AMM tersebut tidak ada perwakilan dari Myanmar.
Begitu halnya dengan Laos. Laju ekonominya masih tertahan di angka dua persen, belum mampu pulih seperti sebelum pandemi yang mampu menembus angka enam hingga tujuh persen.
Selain itu, ketimpangan juga tampak dari pendapatan per kapita. Tahun 2021, rata-rata pendapatan per kapita ASEAN sebesar 5,042 dollar AS per tahun. Singapura tercatat sebagai negara dengan pendapatan per kapita tertinggi, yakni mencapai 72.399 dollar AS per tahun, dan diikuti Brunei Darussalam dengan nilai 32.383 dollar AS. Pada urutan berikutnya ada Malaysia dan Thailand dengan besaran masing-masing 11.399 dollar AS dan 7.645 dollar AS per tahun. Negara lainnya masih di bawah rata-rata, tak terkecuali Indonesia yang hanya sebesar 4.348 dollar AS per tahun.
Tak hanya soal ekonomi, ketimpangan di ASEAN juga menyasar hal yang paling mendasar, yakni pendidikan dan kesehatan. Pada tahun yang sama, rata-rata pendidikan literasi ASEAN sudah mencapai 90 persen. Hanya saja, Myanmar dan Kamboja masih berada di bawahnya, terutama Kamboja yang baru mencapai 81,9 persen.
Dalam hal kesehatan, ketimpangan juga tampak begitu nyata. Mengacu pada Indeks Ketahanan Kesehatan Global, skor di Thailand sudah mencapai 68,2 pada tahun 2021, dari skala 0-100. Berikutnya diikuti Singapura, Malaysia, dan Indonesia dengan skor di atas 50. Namun, negara lainnya masih jauh di bawah angka 50, terutama Laos, Kamboja, dan Myanmar.
Sejumlah tantangan tersebut perlu mendapat perhatian serius agar kekuatan ekonomi ASEAN dapat dimaksimalkan. Persoalan lain, konflik sosial, seperti yang terjadi di Myanmar juga perlu menjadi perhatian agar persoalan internal Myanmar itu dapat dicarikan solusinya secara bersama-sama. Karena itu, KTT Ke-43 ASEAN ini menjadi momentum yang baik bagi seluruh negara anggota ASEAN untuk mendorong kemajuan inklusif pada berbagai sektor di negaranya masing-masing di tengah tekad menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi dunia. (LITBANG KOMPAS)