ASEAN dan Perekonomian Jangka Panjang
Kepercayaan dunia terhadap potensi ekonomi yang ada di ASEAN sedang tinggi. Oleh karena itu, ASEAN betul-betul harus mampu menjadi episentrum pertumbuhan dan membalikkan kepercayaan pasar yang sedang terpuruk.
”The long run is a misleading guide to current affairs. In the long run we are all dead.”
Ahli ekonomi klasik John Maynard Keynes menyampaikan pesan penting itu pada 1923. Jangka panjang adalah panduan yang menyesatkan mengenai keadaan saat ini. Dalam jangka panjang kita semua akan mati.
Sengaja kita angkat pesan ini untuk mengingatkan tantangan besar yang sedang kita hadapi sekarang ini. Ketegangan geopolitik membuat pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 semakin sulit. Perang di Ukraina yang sudah berlangsung 1,5 tahun terus mengganggu pasokan energi dan pangan dunia.
Ditambah ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China di Laut China Selatan serta Selat Taiwan, membuat ketidakpastian semakin tinggi. Imbas dari semua itu, kehidupan masyarakat dunia makin terjepit.
Tak terkecuali di China, negeri yang selama ini dikatakan tak pernah akan terpengaruh resesi ekonomi. Laporan The New York Times menyebutkan, menurunnya tingkat kepercayaan konsumen membuat pemulihan ekonomi pascapandemi di China berjalan lambat.
David Yang, seorang pengusaha parfum di China timur, berharap pascapandemi bisnis akan bisa bangkit. Maret lalu ia menambah investasi sebesar 60.000 dollar AS. Namun, penjualan parfumnya ternyata tidak seperti sebelum pandemi.
Setelah krisis keuangan yang menimpa perusahaan real estate Evergrande, kepercayaan publik di China menurun tajam. Masyarakat menahan belanja karena khawatir terhadap ancaman kehilangan pekerjaan.
Sebaliknya, kalangan dunia usaha berpikir untuk menahan mengembangkan bisnis mereka. Akibatnya, bisnis seperti yang dilakukan David Yang menuju kebangkrutan.
Ketegangan geopolitik membuat pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 semakin sulit. Perang di Ukraina yang sudah berlangsung 1,5 tahun terus mengganggu pasokan energi dan pangan dunia.
Spiral pemburukan ekonomi pun tidak terhindarkan di China. Beberapa pekan lalu setidaknya 10 miliar dollar AS dana keluar dari pasar modal China karena khawatir akan kerugian yang terjadi.
Bayang-bayang mendungnya perekonomian global akan menjadi tema besar pembahasan Konferensi Tingkat Tinggi Ke-43 ASEAN yang akan berlangsung 5-7 September 2023 di Jakarta.
Sebelas pemimpin ASEAN akan bertemu dengan negara mitra, seperti AS, China, Jepang, Korea Selatan, India, Rusia, Kanada, dan Australia. Ada sembilan lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Bank Dunia yang juga ikut dalam pertemuan.
Masalah jangka pendek
Persoalan jangka pendek sekarang ini harus dicarikan jalan keluarnya. Dibutuhkan kolaborasi dari semua negara untuk tidak membiarkan pemburukan ini terus terjadi. Spiral itu harus diputar balik agar membawa perbaikan bagi kehidupan seluruh masyarakat dunia.
Hanya saja, seperti tema pertemuan G20 tahun lalu untuk ”recover together, recover stronger”, tidak mudah untuk dilakukan. Setelah delapan bulan pertemuan yang menghasilkan Deklarasi Bali, kondisi ekonomi tidak menjadi lebih baik, tetapi sebaliknya lebih buruk.
Kalau kondisi ini tidak diperbaiki, kekhawatiran seperti yang diingatkan Keynes akan bisa terjadi. Kegagalan kita untuk memitigasi persoalan jangka pendek akan membuat jangka panjang menjadi tidak ada artinya. Bahkan salah-salah kita semua akan mati.
ASEAN sebagai sebuah pasar besar dengan 600 juta penduduk dan kekuatan ekonomi mencapai 3 triliun dollar AS bisa mengambil inisiatif untuk menyelesaikan persoalan jangka pendek. ASEAN betul-betul harus mampu menjadi episentrum pertumbuhan dan membalikkan kepercayaan pasar yang sedang terpuruk.
Kepercayaan dunia terhadap potensi ekonomi yang ada di ASEAN sedang tinggi. ASEAN menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia dan paling pesat perkembangannya. Sebelas negara ASEAN berlomba untuk mempersiapkan diri agar mampu mengundang investasi masuk ke negara mereka sesuai dengan keunggulan yang dimiliki.
Kerja sama ekonomi di antara negara ASEAN juga berjalan erat. Investasi Singapura di Indonesia semester I-2023 mencapai 7,7 miliar dollar AS. Seperti tahun lalu, diperkirakan investasi Singapura akan kembali double digit tahun ini.
Demikian pula investasi Singapura di Vietnam. Dalam kunjungan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong ke Vietnam pekan lalu, disepakati membangun 17 kawasan industri kerja sama kedua negara.
Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong saat berbicara pada ASEAN Conference 2023 di Singapura mengatakan, negaranya memanfaatkan kekuatan yang mereka miliki, salah satunya sebagai pusat keuangan dunia. Singapura menetapkan visi yang jauh ke depan dan tak mau terjebak dalam persoalan jangka pendek, karena ia percaya perekonomian ASEAN mempunyai prospek jangka panjang yang baik.
ASEAN betul-betul harus mampu menjadi episentrum pertumbuhan dan membalikkan kepercayaan pasar yang sedang terpuruk.
Ekonomi digital
Salah satu yang bisa dijadikan kekuatan ekonomi ASEAN adalah ekonomi digital. Para menteri perdagangan ASEAN pada pertemuan pekan lalu di Jakarta sepakat membuka pasar ekonomi digital yang potensinya mendekati 3 triliun dollar AS. Tentu disadari adanya kendala seperti tingkat pemahaman mengenai ekonomi digital yang belum merata di antara negara-negara ASEAN.
Karena itu, di samping menyiapkan infrastruktur dasar dan peraturan yang berkaitan dengan perdagangan melalui ekonomi digital, tindakan lain adalah mempersiapkan masyarakat di ASEAN untuk lebih paham masalah digital. Literasi digital harus digalakkan, termasuk oleh swasta. Karyawan yang bekerja pada perusahaan harus sejak awal diberi pemahaman soal digital, bahkan cara berpikirnya juga sudah harus berorientasi digital.
Pada masa transisi tentu akan dihadapi persoalan. Oleh karena itu, komunikasi dan kerja sama antara pemerintah dan swasta harus terus berjalan dengan baik. Pemerintah harus mendengarkan masukan kalangan swasta karena tugas pemerintah hanya membuat peraturan dan kebijakan, sementara pelaksanaan di lapangan sepenuhnya di tangan pelaku usaha.
Indonesia yang memiliki angkatan kerja muda yang besar serta penetrasi internet yang tinggi bisa menjadi salah satu kekuatan ekonomi digital. Apalagi pemerintah sudah meluncurkan satelit Satria-1 untuk mempercepat koneksi internet bagi masyarakat.
Sejauh ini Indonesia sudah melahirkan dua decacorn, tujuh unicorn, dan sekitar 2.000 start up. Dengan potensi ekonomi mencapai 125 miliar dollar AS pada 2025, tentu akan lebih banyak lagi pemain digital yang dilahirkan. Apalagi jika penguatan literasi digital, khususnya untuk memacu kreativitas dan inovasi, terus dikembangkan.
Keberlanjutan
Satu lagi yang bisa menjadi kekuatan ASEAN adalah dalam bidang keberlanjutan. Sekarang ini tuntutan kepada produk yang tidak menimbulkan emisi gas buang semakin tinggi. Produk-produk yang dijual harus menunjukkan sertifikasi ramah terhadap lingkungan.
Dampak dari tuntutan itu bahkan sangat drastis. Di Eropa para peternak dituntut mengurangi jumlah sapi yang mereka pelihara. Alasannya, nitrogen yang dikeluarkan dari kotoran sapi menimbulkan dampak terhadap pemanasan global dan perubahan iklim.
Beberapa negara bagian di AS bahkan mulai melarang penjualan daging dan susu. Kalau ternak yang selama ini menjadi penopang pangan manusia dipermasalahkan, bagaimana dengan energi dari fosil?
Energi hijau menjadi konsentrasi dan pilar penyediaan energi ke depan. Hanya saja, membangun energi hijau membutuhkan teknologi dan pendanaan yang kuat. Belum lagi persoalan waktu yang dibutuhkan untuk membangunnya.
Presiden Joko Widodo menyampaikan potensi energi hijau yang dimiliki Indonesia mencapai 434.000 GW. Sayangnya, jumlah yang sudah direalisasikan masih sangat terbatas. Termasuk energi tenaga surya.
Indonesia tertinggal bahkan dari Singapura yang hanya mengandalkan panel di atap-atap gedung dan rumah. Singapura merupakan negara yang paling padat menggunakan panel surya di perumahan dan sudah bisa menghasilkan tenaga listrik mencapai 600 MWh.
Indonesia harus mempercepat eksekusi pembangunan energi hijau. Kita tak bisa terus hanya berteori dan akhirnya ketinggalan kereta. Negara lain bahkan sudah berbicara tentang ASEAN Power Grid dan tahap I akan dimulai pada 2024, dengan 100 MW tenaga listrik tenaga air akan ditransmisikan melalui Laos, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Selanjutnya tenaga surya juga akan ditransmisikan dari Vietnam.
Kebutuhan tenaga listrik Indonesia dari energi hijau tentu tidak akan mencapai 440 GW. Kelebihan produksi tidak ada salahnya ditawarkan sebagai bagian dari upaya bersama ASEAN membangun kawasan bebas emisi gas buang.
Baca juga : Separuh Indo-China Hadir Tanpa Menlu di KTT ASEAN
Baca juga : Keketuaan Indonesia di ASEAN Diuji Krisis Myanmar dan Laut China Selatan
Suryopratomo, Duta Besar RI untuk Singapura