Publik menyambut positif penyelenggaraan KTT ASEAN 2023 di Indonesia. KTT dinilai bisa menjadi ruang bagi Indonesia untuk membantu persoalan kawasan sekaligus terus berperan strategis di kawasan regional.
Oleh
Rangga Eka Sakti
·5 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)
Logo ASEAN terpasang di salah satu lobi Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta, Jumat (3/2/2023).
Tingginya dukungan masyarakat terhadap perhelatan ini tecermin dari hasil jajak pendapat Kompas yang diselenggarakan pada 8-11 Agustus 2023. Hampir tiga perempat responden (73,9 persen) meyakini KTT ASEAN mampu membawa dampak positif bagi Indonesia.
Besarnya dukungan ini sebagian besar bersumber dari harapan atas perbaikan ekonomi. Separuh lebih dari kelompok responden yang mengamini dampak positif ini beranggapan bahwa KTT kali ini mampu menghasilkan kerja sama ekonomi yang menguntungkan Indonesia. Hal ini tak terlepas dari kinerja perekonomian ASEAN yang tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia.
Selain optimisme atas kerja sama ekonomi, masyarakat juga beranggapan pertemuan tingkat tinggi ini bisa membuat posisi tawar global Indonesia lebih strategis. Satu dari empat responden jajak pendapat Litbang Kompas juga meyakini KTT ASEAN tahun ini akan membuat citra Indonesia di mata dunia semakin positif.
Lebih lanjut, publik menyimpan harapan bahwa KTT mampu menelurkan solusi bagi berbagai persoalan kawasan, termasuk krisis politik Myanmar. Sejauh ini, persoalan krisis politik Myanmar memang menjadi yang paling pelik.
Di samping jalur institusional, jalur diplomasi yang lebih sporadis pun tampak belum mampu membawa titik terang penyelesaian krisis politik tersebut. Bahkan, implementasi lima poin konsensus yang didorong ASEAN pun justru mandek.
Harapan penyelesaian masalah kawasan ini sejalan dengan isu keamanan kawasan. Sebanyak 19,2 responden jajak pendapat Litbang Kompas juga percaya hasil KTT ASEAN tahun ini bisa menyelesaikan persoalan kawasan dan memperkuat stabilitas kawasan.
Terlebih lagi, momentum pertemuan ini berdekatan dengan perkembangan baru di Laut China Selatan, seiring dengan dirilisnya peta baru wilayah China yang ditujukan untuk memperkuat klaim atas kawasan laut tersebut.
Harapan tinggi masyarakat ini didukung oleh keyakinan atas posisi strategis Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Hasil jajak pendapat menunjukkan, 83,7 persen responden menilai Indonesia memiliki peran penting di ASEAN. Tidak hanya itu, sebanyak 39,2 persen dari mereka merasa posisi Indonesia sangat penting di organisasi tersebut.
Hanya saja, posisi strategis kawasan ini terlihat belum sepenuhnya dirasakan pemain kunci politik global. Hal ini tecermin dari sikap Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang memutuskan tidak hadir pada pertemuan tingkat tinggi kali ini. Tak ayal, diperlukan upaya dari Indonesia dan anggota ASEAN lainnya untuk terus menguatkan pentingnya kawasan Asia Tenggara di mata dunia.
Dari berbagai perbendaharaan yang kemungkinan akan dibicarakan dalam pertemuan kali ini, muncul isu yang dianggap urgen oleh publik. Isu pertama yang dirasakan mendesak ialah percepatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dirasakan oleh setidaknya 35 persen responden jajak pendapat.
Berkaitan, soal kerja sama ekonomi juga mendapat porsi yang cukup besar di benak masyarakat. Sekitar seperempat responden memandang isu kerja sama penting dibicarakan dalam pertemuan kali ini.
Urgensi ini berjalan seiring dengan capaian pertumbuhan ekonomi kawasan pascapandemi. Berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook Update edisi Juli 2023, pertumbuhan ekonomi untuk kawasan ASEAN diproyeksikan sebesar 4,6 persen pada 2023 dan 4,5 persen pada 2024. Sebelumnya, perekonomian ASEAN pada 2022 berhasil tumbuh 5,7 persen.
Optimisme akan terus membaiknya kondisi perekonomian ini didorong kinerja perdagangan kawasan yang menjadi kunci dari pertumbuhan ekonomi. Konsumsi domestik yang kuat, kinerja ekspor, dan percepatan pemulihan di bidang jasa menjadi tumpuan stabilitas ekonomi di Asia Tenggara.
Laju pertumbuhan ini tentu perlu diapresiasi. Pasalnya, angka pertumbuhan kawasan ini relatif lebih tinggi daripada laju pertumbuhan global. Berdasarkan perhitungan IMF, pertumbuhan ekonomi global berada di kisaran 3,5 persen tahun ini.
Selain percepatan pertumbuhan ekonomi, stabilitas kawasan juga jadi isu yang mendapat perhatian dari publik. Sebanyak 18 persen responden berpendapat stabilitas menjadi topik yang penting dibahas dalam konferensi kali ini.
Pentingnya stabilitas kawasan Asia Tenggara ini pun disampaikan secara lugas oleh warga. Berdasarkan survei, sebesar 86,1 persen responden menilai kondisi kawasan penting bagi Indonesia. Dari angka tersebut, lebih dari 37 persen merasa stabilitas kawasan ini sangat penting bagi negara.
Patut dipahami, kawasan Asia Tenggara memang menjadi salah satu titik panas ketegangan di lanskap global. Ketegangan ini pun melibatkan kekuatan adidaya dunia, termasuk AS, China, dan Australia.
Di atas kertas, kawasan ini memang sangat menggiurkan. Di samping strategis secara geografis, area Laut China Selatan pun mengandung kekayaan alam yang luar biasa. Sekitar 11 miliar barel minyak bumi dan 1,9 triliun ton gas bumi tersimpan di kawasan ini.
Di luar isu ekonomi dan stabilitas kawasan, imigrasi juga ternyata juga menjadi salah satu isu penting bagi masyarakat. Sebagian responden merasa isu ini perlu dibahas secara khusus dalam pertemuan tingkat tinggi kali ini. Bukan tanpa alasan, jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang disalurkan ke ASEAN cukup tinggi.
Data Bank Indonesia menunjukkan, ada 1,7 juta warga Indonesia yang menjadi tenaga kerja di beberapa negara di ASEAN pada kuartal IV-2022. Sebagian besar, sekitar 1,6 juta orang, dikirim untuk bekerja di Malaysia.
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Para menteri perdagangan dan perekonomian negara anggota ASEAN berfoto bersama Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn dalam The 23rd ASEAN Economic Community Council (AECC) Meeting, di Jakarta, Minggu (3/9/2023).
Jumlah TKI yang tersebar di ASEAN jauh lebih besar daripada di kawasan lain. Sebagai perbandingan, jumlah TKI yang bekerja di Timur Tengah hanya sekitar separuhnya, atau di kisaran 900.000 orang, pada periode waktu yang sama. Di negara-negara Asia selain kawasan Asia Tenggara, jumlah TKI sekitar 521.000 orang.
Pada intinya, besarnya harapan terhadap perhelatan KTT ASEAN ini menjadi modal sosial yang berarti bagi pemerintah. Tentunya, dukungan publik perlu dijawab dengan upaya pemenuhan dari pemerintah untuk bisa menjawab asa dari masyarakat.
Namun, tantangan dari KTT ASEAN kali ini memang tidak mudah. Di samping perluasan kerja sama ekonomi dan perdagangan di luar instrumen Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), penyelesaian dari krisis politik di Myanmar jadi persoalan yang sangat mungkin tak dapat diselesaikan dalam pertemuan kali ini.
Selain itu, negara-negara anggota juga perlu menyatukan sikap dan mengekspresikannya dengan tegas terkait dengan gelagat China di kawasan yang makin hari kian agresif.
Tak pelak, KTT ASEAN ini harus jadi momentum memperkuat peran dan pengaruh Indonesia. Relasi Indonesia dan ASEAN tak bisa dilepaskan. Indonesia memiliki potensi dan pengaruh bagi kawasan Asia Tenggara.
Demikian juga kawasan ini memiliki peran bagi kemajuan Indonesia. Indonesia untuk ASEAN, demikian juga keberadaan kerja sama negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini juga berdampak positif bagi Indonesia. (LITBANG KOMPAS)