Partai Politik Terkonsolidasi Pilihan Calon Presiden
Elektabilitas partai terus menguat di tengah dinamika elite politik dalam mengusung capres. Dalam persaingan yang semakin ketat, partai besar pengusung capres cenderung memperoleh benefit elektoral.
Oleh
M Toto Suryaningtyas
·4 menit baca
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra menjadi dua parpol besar pengusung calon presiden yang berhasil memperkuat raihan suara pemilih berdasarkan survei terbaru Kompas periode Agustus 2023 ini. Berdasarkan hasil survei, PDI-P meraih dukungan elektabilitas 24,4 persen atau naik 1 persen dari survei Mei 2023. Adapun Gerindra meraih 18,9 persen atau naik 0,3 poin.
Capaian suara PDI-P ini menegaskan tren kenaikan suara partai berlambang banteng itu di tengah ketatnya pergerakan koalisi parpol menjelang pendaftaran capres. Dukungan suara publik kepada PDI-P terus merangkak naik jika dirunut sejak Oktober 2022 dan bahkan makin mendekati raihan suara di awal periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Demikian pula bagi Gerindra. Capaian suara survei kali ini menjadi yang tertinggi sejak Januari 2015. Jika ditarik garis tren, elektabilitas Gerindra naik cukup signifikan selama delapan tahun terakhir meski hal itu masih fluktuatif.
Raihan kedua parpol besar tersebut semakin meninggalkan parpol peringkat ketiga yang kali ini ditempati Partai Kebangkitan Bangsa dengan meraih 7,6 persen suara publik. Dengan raihan ini, PKB sedikit mengungguli Partai Golkar di peringkat keempat, yang meraih 7,2 persen dan Partai Demokrat di peringkat kelima dengan 7,0 persen. Elektabilitas PKB itu tercatat sebagai yang tertinggi diraih sejak survei pada Januari 2015.
Kenaikan suara PDI-P senada dengan kenaikan elektabilitas capres Ganjar Pranowo yang naik 2,1 persen. Demikian pula kenaikan suara Gerindra seiring dengan kenaikan tipis elektabilitas capres Prabowo Subianto, yakni 0,1 persen. Adapun suara capres Anies Baswedan yang sedikit turun dalam survei ini, 0,9 persen, tecermin pula dalam menurunnya suara Partai Nasdem, yakni 0,4 persen, daripada survei Mei 2023.
Jumlah raihan suara kelima parpol papan atas (elektabilitas di atas 7 persen), yaitu PDI-P, Gerindra, PKB, Golkar, dan Demokrat, sudah mencapai 65,1 persen suara. Meskipun jumlah akumulasi suara parpol papan atas ini sedikit menurun daripada survei Mei 2023 (63,5 persen), secara keseluruhan hasil survei kali ini menunjukkan pilihan parpol yang lebih terkonsolidasi.
Hal ini terindikasi dari suara responden yang belum menentukan pilihan atau menyatakan ”tidak tahu”, yang juga mengecil, kali ini dinyatakan oleh 11,6 persen responden. Persentase ini yang terendah dari rangkaian survei sejak Januari 2015.
Sementara itu, Partai Golkar, yang dalam survei ini mengalami sedikit penurunan elektabilitas (0,1 persen), memperoleh pamor sebagai parpol yang paling populer setelah PDI-P. Golkar dikenal oleh 86,1 persen responden dan disukai 51 persen responden di antaranya. Pada survei Mei 2023, Golkar menjadi parpol paling dikenal dengan perolehan 86,0 persen responden menyatakan mengetahui parpol ini.
Partai Demokrat, yang secara elektabilitas dibandingkan dengan Mei 2023 menurun 1 persen, ternyata merupakan partai yang paling disukai. Sebanyak 54,8 persen responden yang mengetahui partai ini menyatakan suka terhadap parpol ini. Pengetahuan dan tingkat kesukaan pada parpol ini menggambarkan potensi elektabilitas yang bisa diraih di masa mendatang.
Papan tengah
Di partai papan tengah, Partai Keadilan Sejahtera memimpin perolehan suara dengan 6,3 persen setelah naik 2,5 persen dari Mei 2023. Dilihat dari pergerakan pemilihnya, PKS tampaknya meraih tambahan suara yang signifikan dari kelompok generasi Z (di bawah 26 tahun) dan generasi X (42-55 tahun). Sementara dari segi asal pulau pemilih, PKS mampu menaikkan dua kali lipat pemilih dari Pulau Sumatera dan menaikkan signifikan pemilih dari Jawa.
Soliditas PKS yang berbuah positif juga tampak dari sikap politik partai ini yang terlihat konsisten paling ”oposan” terhadap pemerintah. Hanya 43,0 responden PKS yang mengaku puas dengan kinerja pemerintah dan hanya 52,3 persen yang yakin terhadap kinerja pemerintah. Tingkat kepuasan dan keyakinan pemilih PKS tersebut jauh lebih rendah daripada sembilan partai lain.
Kondisi berbeda dialami Nasdem yang kali ini turun tipis 0,4 persen jadi 5,9 persen. Nasdem dan PKS sama-sama memiliki sekitar 50 persen komposisi pemilih yang memilih Anies. Namun, masih ada lebih banyak pemilih Nasdem yang belum memutuskan capres pilihan ketimbang pemilih PKS.
Baik PKS maupun Nasdem terlihat mampu menghimpun/ mengumpulkan belasan persen pemilihnya untuk memilih Anies dari yang semula memilih Ganjar. Namun, kemampuan ini belum dapat memulangkan sekitar 13 persen pemilihnya yang memilih Prabowo hingga survei Agustus 2023.
Sementara itu, elektabilitas PAN dan Perindo dalam survei kali ini meningkat tipis menjadi sama-sama 3,4 persen. Baik PAN maupun Perindo sama- sama sudah berkoalisi dalam pencapresan pada kutub yang berbeda. Dari tiga survei SKN selama 2023, terekam masih banyak pemilih PAN yang justru memilih Ganjar ketimbang Prabowo meskipun dalam selisih yang tidak terlalu besar.
Sementara pemilih Perindo dalam tiga survei terakhir terekam sudah semakin mengumpul ke pilihan Ganjar dengan proporsi signifikan ketimbang pilihan ke Prabowo ataupun Anies. Bahkan, dalam survei Kompas Agustus 2023, Perindo semakin mampu menggalang soliditas ke Ganjar sehingga proporsi pemilih Anies turun ke jumlah yang minim.
Di papan tengah ini nasib kurang beruntung dialami Partai Persatuan Pembangunan yang justru menurun 1,6 persen elektabilitasnya. Pemilih PPP dari tiga survei terakhir juga terekam lebih banyak memilih Anies ketimbang Ganjar sebagai capres. Proporsi pilihan kepada Ganjar stagnan sekitar di 20 persen responden. Ini cukup menggambarkan indikasi belum sinkronnya antara elite dan mesin partai dalam proses koalisi pencapresan sehingga memengaruhi elektabilitas partai.
Perlu sosialisasi
Pada parpol papan bawah terlihat bahwa elektabilitas Partai Hanura, PSI, Garuda, Gelora, dan Ummat meningkat meski tipis, sedangkan PBB dan Partai Buruh terlihat menurun. Mayoritas partai-partai papan bawah menghadapi tugas berat berupa sosialisasi ke publik.
Partai Gelora, Buruh, PKN, Garuda, dan Ummat, misalnya, memiliki tingkat pengenalan pada proporsi 20-an persen responden. Ini terhitung sangat minim dibandingkan rerata parpol menengah yang berada di angka 60-an persen atau partai papan atas dengan 80-an persen tingkat pengenalan.
Jika ditelusuri lebih jauh pada tingkat kesukaan pada partai-partai papan bawah, angkanya menjadi jauh lebih kecil daripada angka pengenalan parpol. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi partai tersebut untuk mengembangkan diri.
Terlebih, pada saat ini, akseptasi partai di mata publik sangat ditentukan tingkat pengenalan dan kesukaan publik terhadap parpol, termasuk preferensi pemilih partai pada sosok capres yang didukung. (Litbang Kompas)