Tingginya Belanja Iklan Politik Prabowo dan Golkar di Media Sosial
Perusahaan teknologi Meta melaporkan bahwa sosok Prabowo dan parpol Golkar telah membelanjakan iklan politik melalui platform media sosial dengan nominal terbesar untuk sementara ini.
Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
·5 menit baca
Para kontestan politik menggelontorkan biaya belanja iklan pada platform media sosialFacebook dan Instagram mencapai miliaran rupiah dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Tercatat, Prabowo Subianto sebagai tokoh politik dengan sokongan dana iklan terbesar. Sementara itu, belanja iklan dari kontestan partai politik terbesar adalah dari Golkar.
Saat ini, Facebook dan Instagram menjadi platform media sosial (medsos) teratas yang paling sering diakses oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini terlihat dari survei periodik Kompas yang dilakukan pada 29 April hingga 10 Mei 2023 lalu. Survei yang diadakan di 38 provinsi dan melibatkan 1.200 responden itu menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Indonesia menyatakan paling sering mengakses Facebook dan Instagram sebagai saluran mendapat berbagai informasi.
Selanjutnya, pada peringkat kedua disusul Instagram dan posisi ketiga ditempati oleh Youtube. Temuan ini kian mengukuhkan bahwa kanal informasi melalui berbagai kanal medsos, seperti Facebook, Instagram, dan juga Youtube, sudah menjadi konsumsi sehari-hari.
Fenomena tersebut kemudian dimanfaatkan para konsultan komunikasi politik di Indonesia guna menjangkau audiens secara luas melalui kanal-kanal medsos. Pada periode tiga bulan terakhir, yakni 1 April 2023-29 Juni 2023, Meta Platform melaporkan terdapat nilai transaksi iklan politik dan pemilu mencapai Rp 10,9 miliar.
Data belanja iklan itu bersumber dari raksasa perusahaan teknologi Meta Platform atau sering disebut Meta. Perusahaan teknologi ini memiliki kebijakan transparansi nilai belanja iklan, terutama pada topik iklan isu sosial, pemilu, dan politik. Meta menyediakan data yang bisa diakses oleh publik sejak Agustus 2020 dan masih terus berlangsung hingga sekarang. Layanan iklan dari Meta ditayangkan pada dua platform medsos miliknya, yaitu Facebook dan Instagram.
Nominal belanja iklan politik ini berasal dari lima golongan pengiklan. Terdiri dari tokoh politik, partai politik, kelompok sukarelawan pendukung tokoh, kelompok masyarakat atau entitas lainnya, serta media massa (pers) yang mempromosikan produk jurnalistiknya melalui Facebook dan Instagram.
Dari kelima golongan pengiklan tersebut, kelompok tokoh politik, parpol, dan kelompok sukarelawan pendukung tokoh mengeluarkan biaya iklan hingga Rp 7,44 miliar. Artinya, lebih dari 70 persen belanja iklan sosial, politik, dan pemilu di perusahaan Meta untuk sementara ini sebagian besar berkaitan dengan komponen parpol guna menyongsong tahun Pemilu 2024.
Apabila diteliti lebih lanjut, dari ketiga golongan pengiklan itu dapat ditemukan pola belanja yang cukup spesifik. Caranya, melakukan pola pemetaan dengan mengelompokkan akun belanja iklan berdasar kata kunci terkait dengan identitas politik. Misalnya, menggunakan acuan nama tokoh bakal capres yang dilengkapi dengan nama parpol dan juga nama ketua umum parpol bersangkutan.
Hasil olahan datanya dapat membedakan antara iklan yang ditujukan atas nama tokoh politik atau atas nama parpol. Iklan teruntuk tokoh politik tercatat nilainya Rp 2,59 miliar, sedangkan atas nama parpol senilai Rp 4,84 miliar. Meskipun dapat dibedakan menjadi dua kelompok seperti itu, tetap saja memungkinkan bahwa iklan pada akun parpol dapat pula berisi informasi mengenai tokoh politik yang diusungnya. Maklum, kekuatan tokoh itu sangat penting bagi popularitas sebuah parpol sehingga tidak bisa serta-merta dipisahkan secara jelas antara kedua hal ini.
Tokoh politik
Apabila dianalisis berdasarkan tokoh politiknya, Prabowo Subianto menduduki posisi tertinggi. Nilai belanja iklan selama tiga bulan ini mencapai Rp 1,85 miliar. Nominal ini terpaut cukup jauh dengan biaya iklan kandidat terkuat lainnya, Ganjar Pranowo yang membelanjakan senilai Rp 409,3 juta pada periode yang sama.
Selain mengetahui nilai iklan per tokoh politiknya, melalui data Meta itu juga dapat dilihat siapa pihak yang menanggung biaya iklan tersebut. Untuk sosok Prabowo sumber pendanaannya berasal dari Koalisi Indonesia Adil Makmur. Koalisi ini merupakan mesin pendukung pasangan calon Prabowo Subianto pada Pilpres 2019. Artinya, akun belanja iklan Prabowo kali ini masih menggunakan nama pendukungnya pada pemilu periode sebelumnya.
Dana atas nama koalisi itu menyumbang sekitar 96 persen dari total belanja untuk tokoh politik Prabowo Subianto. Sisanya, sekitar 4 persen lainnya disumbang oleh oleh beberapa kalangan. Ada yang mengatasnamakan diri sebagai Sahabat Prabowo, Prabowo Lanjutkan Kepemimpinan, Prabowo untuk NKRI, dan juga Prabowo Menyapa.
Jika sebagian besar dukungan dana iklan politik Prabowo mengatasnamakan koalisi, berbeda halnya dengan Ganjar Pranowo yang cenderung berasal dari sokongan yang lebih beragam. Setidaknya, berasal dari sejumlah komunitas pendukung dan juga sumbangan perseorangan. Akumulasi belanja iklan yang mencapai Rp 409,3 juta itu berasal dari kontribusi Ganjar Nusantara Indonesia (GNI) senilai Rp 240,7 juta, GanjarFans Rp 102,6 juta, dan sisanya dari perseorangan berikut kelompok lainnya. Secara persentase, kelompok pendukung Ganjar memberikan kontribusi terbesar, yakni GNI sekitar 59 persen dan GanjarFanssebesar 25 persen.
Di antara kedua penyumbang belanja iklan terbesar Ganjar itu terdapat perbedaan pola belanja. Pihak GanjarFans menggelontorkan dana pada satu kali transaksi, sedangkan dana dari GNI merupakan akumulasi dari 156 entitas yang beragam. Ratusan entitas ini berasal dari sejumlah daerah yang berbeda-beda asal provinsinya ataupun kabupaten/kotanya. Nilai tertinggi yang disumbangkan oleh entitas-entitas itu mencapai Rp 25,5 juta, sedangkan yang terendah senilai Rp 27.524. Hal ini mengindikasikan bahwa biaya iklan untuk Ganjar disokong oleh begitu banyak pihak dalam kurun tiga bulan ini.
Untuk tokoh politik lainnya, yakni Anies Baswedan, tercatat hanya membukukan belanja iklan di Facebook dan Instagram senilai Rp 39,1 juta. Ditilik dari rincian catatan belanjanya, pengiklan dengan nama Fakta Aniesmenyumbang paling banyak, yakni Rp 27,7 juta. Pada posisi kedua ada akun Fakta Anies Baswedan, yang namanya hanya berbeda sedikit dari akun penyumbang sebelumnya, telah berkontribusi senilai Rp 4,2 juta. Sisanya, sekitar Rp 7 juta disumbang oleh 11 pengiklan lainnya.
Partai politik
Untuk kategori partai politik, biaya iklan tertinggi berasal dari Partai Golkar. Nilainya terbilang cukup tinggi terpaut jauh dengan parpol-parpol lainnya. Golkar menggelontorkan total dana senilai Rp 3,75 miliar yang hampir seluruhnya didanai oleh Yayasan Golkar Institute. Yayasan tersebut merupakan lembaga pembinaan kader partai yang didirikan pada 8 September 2020 dengan nama institusi Yayasan Golkar Institut Sekolah Pemerintahan dan Kebijakan Publik (SPKP).
Urutan belanja iklan berikutnya ditempati Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan nominal Rp 758,6 juta. Belanja iklan partai ini dibiayai oleh PSI sendiri. Pada urutan selanjutnya, ada PKB dengan nilai belanja iklan Rp 195,7 juta, lalu Gerindra Rp 94,2 juta, dan PDI-P Rp 23,8 juta.
Nominal biaya iklan berbagai parpol tersebut mencerminkan usaha yang dilakukan setiap parpol untuk meningkatkan popularitasnya di ranah medsos. Dari sejumlah parpol itu, tampak bahwa Golkar berupaya menjangkau khalayak seluas-luasnya dengan belanja iklan yang masif, terutama pada Facebook dan Instagram. Sebagai gambaran, dalam tiga bulan terakhir akun Facebook Golkar 2024 dan Instagram @golkar.2024 menelan biaya belanja iklan mencapai Rp 2,8 miliar dengan jumlah konten iklan yang ditayangkan sejumlah 2.378 konten.
Ribuan konten tersebut ditujukan bagi masyarakat dengan berbagai ragam usia atau generasi. Merujuk dari hasil survei periodik Kompas pada Mei 2023 lalu, terungkap bahwa gen Z (17-24 tahun) paling aktif dan mempercayai kualitas informasi dari Instagram, sementara itu gen Y atau milenial (25-34 tahun) paling aktif mengakses Facebook. Gen X (35-49 tahun) serupa dengan gen Y yang mengandalkan Facebook sebagai sumber informasi sehari-hari. Pada kedua platform tersebut, mayoritas konten yang disajikan oleh Golkar berupa konten visual, baik dalam wujud gambar maupun video. Konten video yang ditampilkan di Facebook maupun Instagram dikaitkan dengan tautan akun Youtube Golkar 2024.
Upaya yang dilakukan Golkar itu menunjukkan bahwa pemanfaatan ekosistem informasi pada platform digital, khususnya medsos, menjadi ujung tombak penting guna meningkatkan popularitas dan memenangi persaingan politik. Melalui analisis data belanja iklan politik pada medium medsos ini dapat sebagai tolok ukur seberapa masif upaya stiap tokoh politik maupun parpol pendukungnya dalam melakukan kampanye digital. Harapannya, setiap pihak yang berkontestasi mampu memberikan wacana yang edukatif dan mencerdaskan bagi calon konstituen. Bukan sebaliknya, malah memproduksi konten-konten yang berpotensi menimbulkan keterbelahan publik. (LITBANG KOMPAS)