Pemilih perempuan yang belum menentukan arah pilihan politiknya(undecided voters) menjadi pekerjaan rumah partai politik dan calon presiden untuk merebut suaranya mengingat jumlahnya yang sangat potensial. Memahami potret pemilih yang belum menentukan pilihan dari kalangan perempuan bisa menjadi peluang untuk mendapat dukungan.
Pemilu 2024 masih sekitar tujuh bulan lagi. Namun, situasi politik semakin menghangat. Meski belum masa kampanye, kesempatan partai politik (parpol) ataupun calon presiden (capres) untuk mendapat dukungan, khususnya dari perempuan, masih terbuka lebar, terutama yang belum menentukan pilhan.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu Survei Nasional Kompas periode Mei 2023 memotret, masih ada 16,7 persen pemilih perempuan yang belum menentukan parpol apa yang bakal dipilih.
Memahami potret pemilih yang belum menentukan pilihan dari kalangan perempuan bisa menjadi peluang untuk mendapat dukungan.
Sementara hampir 30 persen (28,6 persen) yang masih bimbang dengan pilihan capres. Angka tersebut terpantau menurun dibandingkan dengan temuan survei periode Januari 2023. Pada survei tersebut sebanyak 17,1 persen pemilih perempuan yang belum tahu akan memilih parpol apa dan 29,8 persen yang belum menentukan pilihan capres.
Meski hanya menurun tipis, hal itu memberikan gambaran bahwa semakin mendekati pemilu yang diikuti pergerakan parpol yang kian masif ataupun penentuan capres yang sudah mengerucut pada tiga nama membuat pemilih perempuan semakin berani untuk menentukan pilihan.
Baca juga : Survei Litbang ”Kompas”: Partisipasi Perempuan dalam Politik, ke Manakah Suaranya?
Potret undecided voters
Jika diselisik lebih dalam dari kategori usia, hasil survei Kompas periode Mei 2023 menunjukkan, pemilih perempuan di usia yang sudah matang (41-60 tahun) paling tinggi persentasenya yang masih bimbang dengan pilihan parpol ataupun capresnya, yaitu sekitar 43 persen. Diikuti oleh kategori usia 24-40 tahun dengan persentase 40 persen.
Temuan ini selaras dengan kegamangan pemilih perempuan jika dilihat berdasarkan kategori generasi. Generasi Y (milenial)-madya (34-41 tahun) hingga generasi baby boomers (56-74 tahun) tampak lebih banyak yang masih belum menentukan preferensi politik.
Sepertiga generasi X (42-55 tahun) belum memberikan kepastian pilihan parpol dan capres, meskipun tiga capres sudah dideklarasikan oleh koalisi partai, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Diikuti generasi Y-madya dan generasi baby boomers sekitar 20 persen.
Undecided voters pemilih perempuan juga paling banyak ditemukan pada responden dengan latar belakang pendidikan dasar. Sekitar enam dari sepuluh responden perempuan berpendidikan dasar belum menentukan pilihan pada parpol apa dan capres siapa suaranya akan diberikan. Semakin rendah pendidikan semakin gamang dalam menentukan pilihan politik.
Demikian pula jika dilihat berdasarkan kategori kelompok ekonomi. Perempuan pemilih pada kelompok ekonomi menengah bawah dan bawah mendominasi undecided voters ini di kisaran 40 hingga 46 persen. Dari kategori pekerjaan, pemilih perempuan nonpekerja mendominasi hingga hampir 70 persen, baik pilihan parpol maupun capres berimbang proporsinya.
Gambaran pemilih perempuan yang belum menentukan pilihan yang terpotret pada hasil Survei Nasional Kompas ini dapat menjadi rujukan bagi parpol ataupun capres potensial mengatur strategi untuk mendulang suara dari pemilih perempuan, mengingat jumlahnya yang diperkirakan lebih besar dari pemilih laki-laki.
Organisasi sayap partai perempuan dengan berbagai kegiatannya, seperti pengembangan UMKM, PKK, kelompok senam, dan kelompok pengajian, bisa menjadi pintu masuk untuk menambah dukungan pemilih perempuan yang masih bimbang dengan arah pilihan politiknya. Gerakan organisasi sayap parpol digencarkan untuk menangkap peluang tersebut.
Keberadaan organisasi sayap partai tersebut berperan penting dalam mendekatkan parpol ke basis pemilih perempuan. Juga bisa menjadi wadah untuk kaderisasi baik untuk pendukung maupun merekrut wakil perempuan untuk calon anggota legislatif, mengingat keterwakilan perempuan baik di parlemen daerah maupun pusat belum mencapai kuota 30 persen.
Baca juga : Capres Pilihan Pemilih Perempuan, Apa Daya Tariknya?
Pemilih muda
Menariknya, dari hasil Survei Nasional Kompas periode Mei 2023 terpotret undecided voters dari kalangan pemilih perempuan mula dan muda justru lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih perempuan yang sudah mempunyai pengalaman mengikuti beberapa kali pemilu.
Berdasarkan kategori usia, pemilih perempuan di kelompok usia 17-23 tahun hanya sekitar 7 persen yang mengaku belum menentukan mau memilih parpol apa dan capresnya.
Sementara jika diselisik berdasarkan kategori generasi, terpantau generasi Z (17-26 tahun) yang belum menentukan pilihan parpol sebanyak 16,2 persen dan yang belum punya pilihan capres sekitar 13,5 persen.
Adapun kelompok generasi X-Muda (26-33 tahun) terpotret sebanyak 10,1 persen belum tahu parpol apa yang akan dipilih dan 15,2 persen belum menentukan capres yang dipilih.
Lebih sedikitnya proporsi pemilih mula dan muda yang masuk kelompok undecided voters dibandingkan dengan pemilih tua bisa jadi dampak dari masifnya pendidikan politik melalui media sosial yang dilakukan tiap-tiap parpol sehingga anak muda lebih melek politik.
Media sosial sangat dekat dengan anak muda dan menjadi saluran komunikasi politik yang efektif untuk menjangkau pemilih muda. Selain itu, parpol juga menggerakkan organisasi sayap partai untuk pemuda sebagai wadah kaderisasi.
Survei Nasional Kompas Mei 2023 juga mendapat temuan bahwa pemilih mula ataupun muda, termasuk pemilih perempuan, mulai menunjukkan karakter yang khas menjelang pesta demokrasi 2024.
Antusiasme untuk menggunakan hak pilih, ketertarikan besar dalam menimbang calon presiden, dan ceruk populasi membuat dinamika preferensi politik generasi Z dan Y (milenial) muda ini memiliki nilai strategis diperebutkan parpol dan capres.
Memelihara pemilih mula dan muda yang sudah menentukan arah pilihan politik serta membangun komunikasi politik yang baik dan efektif untuk menambah dukungan dari kelompok yang masih bimbang tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi semua parpol dan capres jika ingin mendapatkan suara dari pemilih generasi Y (milenial) dan Z yang dari sisi jumlah sangat potensial pada Pemilu 2024. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Survei Litbang ”Kompas”: Ganjar Dipilih Pemilih Perempuan, Prabowo Populer di Pemilih Laki-laki