logo Kompas.id
RisetPrioritas Impor Daging dalam...
Iklan

Prioritas Impor Daging dalam Bentuk Sapi Hidup

Dalam mengimpor daging sapi, pemerintah sebaiknya mendatangkan sapi hidup daripada berbentuk daging sapi beku. Hal ini diperlukan untuk menyelamatkan peternakan nasional dan sekaligus meningkatkan perekonomian domestik.

Oleh
Agustina Purwanti
· 6 menit baca
Suasana di los daging sapi yang ramai pembeli di pasar Masyestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (15/4/2023). Bulog mulai mengedarkan daging kerbau beku impor dari India ke pasar tradisional dan ritel modern di Jakarta sebagai upaya menstabilkan harga daging sapi serta memberi pilihan kepada konsumen daging dengan harga lebih murah.
KOMPAS/PRIYOMBODO

Suasana di los daging sapi yang ramai pembeli di pasar Masyestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (15/4/2023). Bulog mulai mengedarkan daging kerbau beku impor dari India ke pasar tradisional dan ritel modern di Jakarta sebagai upaya menstabilkan harga daging sapi serta memberi pilihan kepada konsumen daging dengan harga lebih murah.

Banyaknya daging impor yang masuk ke pasar domestik berimbas pada lesunya budidaya ternak di dalam negeri. Selain itu, juga menyurutkan pendapatan sejumlah sektor ekonomi lainnya yang berkaitan dengan budidaya peternakan.

Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian masyarakat, kebutuhan konsumsi protein hewani, khususnya dari daging sapi juga turut meningkat. Badan Pangan Nasional (Bapanas) memperkirakan, rata-rata konsumsi daging sapi penduduk Indonesia tahun ini naik sekitar lima persen dari tahun lalu menjadi sebanyak 2,57 kilogram per kapita setahun.

Editor:
BUDIAWAN SIDIK ARIFIANTO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000