Perang Rusia-Ukraina, Sedikitnya 50 Warga Sipil Per Hari Jadi Korban
Memasuki Juni 2023, Ukraina melancarkan serangan balik ke wilayah yang diduduki Rusia. Belum ada tanda berakhirnya perang membuat korban perang berpotensi terus berjatuhan.
Kantor Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mencatat, 24.425 korban sipil jatuh akibat perang yang berkecamuk antara Rusia dan Ukraina. Data ini merupakan jumlah yang berhasil dihimpun oleh OHCHR sejak 24 Februari 2022 hingga 4 Juni 2023.
Namun, lembaga tinggi PBB ini memberikan catatan bahwa angka yang sebenarnya semestinya jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan adanya penerimaan informasi yang tertunda serta banyaknya laporan yang masih menunggu pembuktian.
Banyaknya korban sipil berjatuhan masih belum mampu meredam perang yang berlangsung hampir 500 hari sejak serangan pertama Rusia ke Ukraina. Membaca laporan kantor berita Al Jazeera pada pertengahan Juni 2023, tampak kedua negara masih saling klaim serangan yang menunjukkan niat untuk menghentikan perang masih buntu.
Pada hari ke-480, 18 Juni 2023, pejabat militer Ukraina menyatakan pasukannya bergerak maju di sektor selatan dalam rangkaian serangan balasan mereka. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pergerakan (movement) merupakan hal yang sangat penting dalam serangan balasan.
Sementara itu, Gubernur Kharkiv Oleh Synehubov mengatakan, dua orang tewas setelah rudal Rusia menghantam sebuah mobil di sekitar perkampungan Huriyv Kozachok yang berada di ambang perbatasan dengan Rusia. Tak hanya itu, otoritas Ukraina juga melaporkan adanya korban tewas sebanyak 16 orang dan 31 orang masih hilang akibat banjir. Banjir terjadi setelah hancurnya Bendungan Nova Kakhocka yang dikuasai Rusia. Sementara dari sisi Rusia, mereka mengumumkan 29 orang tewas di wilayah yang dikuasainya.
Menanggapi serangan balik Ukraina, Rusia mengatakan berhasil menangkis serangan yang dilancarkan oleh militer Kyiv. Gubernur Bryansk, Rusia, Alexander Bogomaz mengatakan, unit pertahanan udara mereka berhasil menangkis serangan pesawat tanpa awak (drone) Ukraina atas stasiun pompa minyak di Druzhba.
Sengitnya perang klaim untuk saling menunjukkan taji kedua negara dan laporan-laporan tentang korban yang terus berjatuhan tampaknya telah menjadi rutinitas. Sementara angka-angka korban dipandang sebatas numerik saja.
Baca Juga: Mampukah Ukraina Menjalankan Serangan Balik dengan Mulus?
Hari ke-481, 19 Juni 2023, masih dari laporan Al Jazeera, seorang pejabat yang dipasang Rusia di Ukraina, Vladimir Rogov, menyebutkan, pasukan Ukraina berhasil merebut sebuah desa di Zaporizhzhia. Ini merupakan pencapaian kedua di Kyiv setelah Ukraina melancarkan serangan balasan pada awal bulan ini. Namun, di sisi lain, Rogov mengatakan, ratusan tentara Ukraina telah tewas dalam gelombang serangan ini.
Klaim lain di pihak Rusia adalah keberhasilan mereka memukul mundur serangan Ukraina di tiga bagian garis depan. Kyiv dikatakan menjadi wilayah yang paling aktif pukulannya. Namun, di sisi lain, pihak Ukraina juga mengatakan berhasil menghancurkan gudang amunisi signifikan di sekitar kota pelabuhan Henichesk yang dikuasai Rusia.
Korban sipil
Kembali pada jumlah korban sipil yang mencapai 24.425 jiwa hingga 4 Juni 2023, jika dirinci berdasarkan wilayah yang dikuasai, sebanyak 19.682 korban jiwa berasal dari wilayah yang dikuasai Ukraina. Angka tersebut terdiri dari 6.979 korban meninggal dan 12.703 korban luka-luka. Sementara di wilayah yang diduduki oleh Federasi Rusia, jumlah korban sipil 4.743 jiwa. Jumlah ini terdiri dari 2.004 korban meninggal dan 2.739 korban luka-luka.
Apabila dihitung berdasarkan durasi waktu, hingga 4 Juni 2023, perang telah berlangsung selama 466 hari. Selama itu, telah jatuh sedikitnya korban sipil sebanyak 8.983 yang meninggal dan 15.442 yang terluka. Artinya, selama perang berlangsung, terdapat setidaknya 52 warga sipil yang menjadi korban perang ini per hari, baik yang meninggal maupun yang terluka. Jika dilihat lebih rinci, 19 warga sipil meninggal dan 33 warga sipil terluka per hari akibat perang ini.
Baca Juga: Satu Tahun Perang Rusia-Ukraina, Warga Sipil Lelah dan Menderita
Jika dilihat berdasarkan wilayahnya, Donetsk dan Luhansk menjadi medan yang paling banyak merenggut korban sipil. Jika dilihat totalnya, ada 13.007 korban sipil jatuh di wilayah ini atau sekitar 53 persen dari keseluruhan korban jiwa. Dari jumlah tersebut, 4.797 adalah korban meninggal dan 8.282 korban luka-luka.
Selain berupaya menghimpun data korban sipil selama perang, OHCHR juga merilis data bulanan dari perang ini. Selama Mei 2023, misalnya, terdapat 858 korban sipil di Ukraina. Data ini terdiri dari 174 korban meninggal dan 684 korban luka-luka. Jika dilihat berdasarkan usia, pada Mei 2023 terdapat 814 korban dewasa dan 44 korban anak-anak.
Apabila khusus melihat angka yang meninggal, terdapat 167 orang dewasa dan 7 anak-anak. Dengan kata lain, hanya pada Mei 2023 terdapat 6 orang dewasa meninggal per hari akibat perang ini. Sementara itu, setiap empat hari ada satu anak yang meninggal akibat perang ini. Penyebab korban sipil ini tidak lain tidak bukan adalah senjata pemusnah.
Masih dari data OHCHR, sebanyak 161 orang meninggal dan 642 luka-luka pada Mei 2023 akibat senjata peledak dengan efek area luas. Sementara 28 orang meninggal dan 99 orang luka-luka disebabkan ranjau dan bahan peledak sisa perang. Artinya, 94 persen korban sipil berjatuhan disebabkan senjata peledak yang memiliki efek luas, yang memang sengaja diluncurkan untuk menyerang musuh. Dengan kata lain, korban sipil bukanlah korban yang tak terduga.
Duka perang tak hanya dialami oleh mereka yang menjadi korban langsung sebagaimana dilaporkan OHCHR. Keprihatinan akibat perang ini juga bertambah tatkala melihat data pengungsi yang dirilis oleh lembaga PBB yang mengurusi pengungsi, UNHCR. Hingga 6 Juni 2023, setidaknya ada 6.280.030 orang Ukraina yang harus menjadi pengungsi atau sekitar 15 persen dari total penduduk Ukraina. Dengan kondisi yang tak menentu, jumlah sesungguhnya orang yang harus mengungsi tentu lebih dari itu.
Baca Juga: Kuburan Massal Kembali Ditemukan di Bekas Wilayah Pendudukan Rusia
Situasi pengungsi tidak kalah memprihatinkan. Mereka serta-merta dipaksa untuk keluar dari tempat tinggal mereka tanpa kehendak sendiri. Kehilangan orang terdekat, apa yang dimiliki, serta rumah kediaman mewarnai kehidupan pengungsi. Sebanyak 3.360.960 pengungsi mencari perlindungan di negara-negara tetangga. Polandia dan Ceko jadi negara tetangga yang menjadi tujuan tersebar.
Sementara 2.574.370 pengungsi mencari perlindungan di negara-negara Eropa lain. Jerman menjadi negara di Eropa yang menampung paling banyak pengungsi perang ini, yakni 1.069.730 pengungsi. Inggris, Spanyol, Italia, dan Belanda menjadi negara-negara berikutnya yang memberikan perlindungan sementara bagi pengungsi.
Diplomasi
Korban sipil perang dan pengungsi menjadi sisi kelam dari perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Beberapa negara di dunia telah mencoba memberikan sumbangan untuk menginisiasi perdamaian di antara keduanya.
Baru-baru ini, misalnya, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, yang sedang berada di Rusia sebagai bagian dari delegasi perdamaian, mengatakan kepada Vladimir Putin bahwa perang di Ukraina harus dihentikan. Masukan ini terdapat dalam 10 poin inisiatif perdamaian Afrika.
Akan tetapi, Putin tidak menyetujuinya. Presiden Rusia ini kembali menekankan posisinya bahwa perang telah dimulai oleh Ukraina dan sekutunya jauh sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Ia juga kembali menegaskan bahwa kenaikan harga pangan global bukan ulah Rusia dan pihak Kyiv, bukan Moskwa, yang menolak perundingan damai.
Belum adanya titik temu perundingan damai dan juga dengan adanya serangan balik yang gencar diupayakan Ukraina beserta senjata-senjata yang masih akan dipasok oleh sekutu negara yang berperang, tampak bahwa perang masih akan berkecamuk.
Dengan kata lain, warga sipil akan terus digadaikan nyawanya sebagai konsekuensi perang. Sangat memprihatinkan apabila korban-korban sipil yang berjatuhan hanya dipandang sebagai angka-angka penghias perang, bukan sebagai situasi getir krisis kemanusiaan yang harus segera dihentikan. (LITBANG KOMPAS)
Baca Juga: Natal dalam Perang, Sunyi Senyapnya Perdamaian di Ukraina