Media Sosial dan Televisi Penopang Popularitas Capres 2024
Responden pendukung Prabowo dan Ganjar paling banyak mendapatkan informasi tentang politik dari kanal medsos, sedangkan pemilih Anies cenderung mendapatkan informasi dari medium konvensional.
Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
·4 menit baca
Karakter audiens informasi dapat menjadi salah satu faktor penting dalam meraih popularitas politik. Kebiasaan audiens dalam mengonsumsi dan berinteraksi dengan informasi dapat menjadi ruang bagi para bakal calon presiden untuk mendekati para calon pendukungnya.
Popularitas di mata publik menjadi bekal politik bagi capres. Supaya bisa lebih dikenal oleh masyarakat, sosok bakal capres perlu mengedarkan informasi tentang dirinya melalui berbagai kanal media baik itu lewat media konvensional dan media digital. Era digital membuka begitu banyak kanal yang bisa dimanfaatkan oleh tokoh politik untuk menjangkau masyarakat secara luas.
Survei periodik Kompas pada Mei 2023 menunjukkan bahwa kanal media sosial menjadi saluran yang paling sering dikonsumsi para responden dalam memperoleh berbagai informasi termasuk berita tentang capres. Sebanyak 42,3 persen responden mengakui hal tersebut. Pada urutan kedua, terdapat 41,1 persen responden yang mengandalkan siaran televisi sebagai rujukan utamanya. Untuk kanal-kanal informasi lainnya berada pada urutan berikutnya dengan proporsi audiens tidak terlalu banyak. Kanal berita daring hanya sekitar 9 persen dan media cetak serta radio masing-masing kurang dari 2 persen.
Pilihan sumber rujukan informasi itu sedikit banyak akan memengaruhi pola atau karakter pemikiran audiens dalam menyikapi sebuah isu atau informasi. Kebiasaan mengonsumsi berita turut memengaruhi sudut pandang setiap audiensnya.
Karakter audiens medsos cenderung aktif dalam mencari sekaligus memproduksi informasi itu sendiri. Kanal medsos membuka kesempatan bagi setiap pengguna untuk bertindak sebagai konsumen dan produsen konten informasi. Karakter pengguna medsos cenderung bersifat aktif sehingga dapat menunjukkan sikap secara langsung yang sejalan ataupun berseberangan terhadap suatu topik yang sedang dibahas. Melalui kanal medsos ini pula, para audiens dapat membentuk ataupun bergabung dalam komunitas-komunitas daring yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
Secara usia, pengguna medsos lebih didominasi oleh generasi Y (25-34 tahun) dan generasi Z (17-24 tahun). Hasil survei menunjukkan delapan dari sepuluh responden gen Z menyatakan bahwa medsos menjadi wahana aktivitas bermedia mereka sehari-hari. Untuk gen Y atau kaum milenial yang mengaku aktif bermedia sosial hampir 51 persen. Aktivitas di medsos turut memberikan andil informasi berita bagi para audiens generasi muda. Setidaknya ada 13,2 persen responden dari gen Z yang memperoleh informasi berita dari lingkup daring.
Karakteristik audiens medsos tentu saja berbeda dengan medium informasi yang cenderung konvensional, misalnya seperti informasi dari televisi yang cenderung pasif memaparkan sebuah tayangan. Audiens dihadapkan dengan sejumlah informasi pilihan yang beragam dari berbagai stasiun televisi sehingga mendorong pemirsanya untuk berpindah-pindah saluran televisi yang sesuai dengan keinginannya.
Dengan model informasi yang pasif itu, biasanya pemirsa televisi cenderung akan dihadapkan pada pilihan tayangan yang cenderung seragam pada masa-masa tertentu. Jelang kontestasi Pemilu 2024, misalnya, membuat sejumlah stasiun televisi menyajikan siaran yang topiknya mirip serupa. Fenomena ini akhirnya menggiring audiens pada sajian yang cenderung monoton.
Secara usia, audiens pemirsa tayangan televisi itu didominasi oleh kelompok orang tua. Hasil survei menunjukkan 71 persen generasi babyboomers (50-65 tahun) dan 62 persen juga gen X (35-49 tahun) terbiasa menikmati sajian informasi dari televisi.
Kandidat capres
Dari kebiasaan mengonsumsi asupan berita tersebut, dapat dilihat kecenderungan para audiens dalam melihat sosok capres yang kemungkinan akan dipilihnya pada Pilpres 2024. Hasil survei Kompas menunjukkan bahwa responden yang memilih Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo paling banyak memperoleh informasi dari kanal medsos. Responden pemilih Prabowo yang mengandalkan medsos 47,3 persen, sedangkan pemilih Ganjar 48,6 persen responden. Hal ini menunjukkan bahwa massa pendukung kedua tokoh capres ini hampir setengahnya merupakan pengguna aktif medsos.
Sebaliknya, untuk responden yang mendukung Anies Baswedan cenderung lebih konvensional. Mayoritas responden pemilihnya sebesar 46,6 persen merupakan audiens pemirsa televisi. Responden berikutnya yang juga pemilih Anies dan mengaku terbiasa mengakses medsos jumlahnya tidak terlalu dominan, yakni hanya 33 persen. Hal menarik dari pendukung Anies ini ternyata mereka itu menjadi audiens berita daring paling tinggi dibandingkan pendukung Prabowo maupun pendukung Ganjar.
Karakteristik berbagai perbedaan asupan informasi antarpendukung kandidat capres itu menunjukkan bahwa pendukung Anies cenderung memilih kanal media satu arah. Baik itu televisi maupun berita daring bukanlah jenis medium dua arah. Berbeda dengan kanal medsos yang banyak dipilih sebagai rujukan para pendukung Prabowo dan Ganjar yang cenderung dinamis dan interaktif dua arah.
Penyebaran informasi
Selain kebiasaan konsumsi informasi, hasil survei juga menangkap fenomena karakter yang terbangun para audiens berita. Dalam hal interaksi terhadap informasi, pemilih Anies terbilang lebih aktif terhadap informasi dengan topik kontestasi capres 2024. Data dari hasil survei Kompas menunjukkan ada 21,6 persen pemilih Anies mengaku aktif menyebarluaskan informasi terkait pencalonan presiden kepada orang lain. Pada urutan kedua terdapat pendukung Prabowo dengan tingkat keaktifan membagikan informasi mencapai 16,3 persen. Untuk pendukung Ganjar hanya 13,5 persen responden yang turut menyebarluaskan info seputar pencapresan.
Jika dilihat dari segi geografisnya, responden dari Pulau Kalimantan terbilang paling aktif mendistribusikan kabar perihal pencapresan. Disusul kelompok responden dari Pulau Sumatera pada urutan kedua dan responden dari Maluku-Papua pada urutan ketiga.
Karakter masyarakat yang aktif cenderung dapat dimanfaatkan oleh para bakal capres untuk meningkatkan popularitasnya di setiap wilayah gugusan pulau di Indonesia. Jika dicermati dari tiap sosok kandidat capres, Prabowo mampu unggul di empat dari enam wilayah gugusan pulau.
Tingkat elektabilitas Prabowo mendominasi di wilayah Sumatera (27,5 persen), Kalimantan (32,5 persen), Sulawesi (40,7 persen), serta Maluku dan Papua (26,8 persen). Sementara itu, Ganjar mendominasi di Jawa (28,7 persen) serta Bali-Nusa Tenggara (23,1 persen). Sayangnya, untuk sosok Anies belum dapat mencapai dominasi pendukung di enam gugusan pulau tersebut.
Salah satu cara untuk meningkatkan ketertarikan dan perhatian masyarakat adalah dengan memanfaatkan keaktifan publik dalam menyebarluaskan informasi. Namun, hal ini bagaikan pisau bermata dua untuk para kandidat capres. Popularitas di media massa dan media sosial bisa saja mendongkrak popularitas ataupun elektabilitas, sejauh kabar yang beredar bernada positif.
Sebaliknya, para kandidat capres juga senantiasa diintai oleh peristiwa tak terduga yang bernada negatif dan berisiko menggerus elektabilitasnya, misalnya terkait sikap yang dipilih tentang Piala Dunia U20 yang disinyalir turut menurunkan tren elektabilitas Ganjar pada survei Kompas Mei lalu.
Kontestasi politik memang menjadi ajang dalam menarik perhatian dan simpati publik guna menghimpun dukungan dan meraih kemenangan. Oleh sebab itu, perlu strategi komunikasi politik yang memanfaatkan berbagai kanal guna meraih simpati publik yang tersimpan di setiap kanal itu.
Untuk saat ini, lanskap media di Indonesia masih didominasi oleh dua kanal yang kontras karakternya, yakni televisi (media massa digital) dan media sosial. Melalui kedua medium besar tersebut, para kandidat berpeluang besar untuk terus memperluas jangkauannya terhadap masyarakat. (LITBANG KOMPAS)