Mampukah Ukraina Menjalankan Serangan Balik dengan Mulus?
Berbekal rudal Storm Shadow bantuan Inggris dan brigade militer baru hasil gemblengan Barat, pasukan Ukraina melancarkan serangan balik besar-besaran ke daerah yang dikuasai militer Rusia.

Foto yang dirilis oleh pemerintah wIlayah Dnipro memperlihatkan petugas pemadam kebakaran Ukraina memadamkan api di sebuah apartemen setelah sebuah roket Rusia menghantam bangunan ini, 13 Juni 2023. Rusia melancarkan serangan baru merespons serangan balik Ukraina.
Serangan balik (counter offensive) menjadi saat yang ditunggu-tunggu militer, rakyat Ukraina, dan negara-negara Barat pendukung Ukraina dalam upaya mengusir Rusia dari teritorial Ukraina. Namun, mampukah Ukraina yang sebagian kemampuan militernya sudah habis digempur Rusia selama satu setengah tahun itu mengusir kekuatan militer terbesar kedua dunia?
”Hari ini kami siap melakukan serangan balik. Kami sebenarnya masih ingin memastikan hal-hal tertentu termasuk kesiapan alat perang, tetapi kami juga tak bisa menunggu berbulan-bulan. Kami sangat yakin akan sukses,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam wawancara dengan editor Wall Street Journal, Sabtu (3/6/2023), di Odesa.
Meski demikian, pasukan Zelenskyy sedang giat melakukan serangan di berbagai titik Ukraina Timur dan Zelenskyy sudah berterus terang tentang berlangsungnya aksi serangan balik. ”Serangan balik dan aksi-aksi pertahanan tengah berlangsung di Ukraina. Di tahap apa, saya tidak akan mengungkapkan detailnya. Saya yakin, kami akan benar-benar merasakannya,” kata Zelenskyy. ”Saat ini, semua dalam suasana hati yang positif. Sampaikan itu ke Putin,” ujarnya, Sabtu (10/6/2023), sebagaimana dikutip dari Ukrinform.
Pernyataan kesiapan Zelenskyy itu berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya yang selalu menyatakan masih perlu tambahan waktu sebagai persiapan serangan balik. Hal ini terkait dengan permintaan Zelenskyy untuk sejumlah alat utama sistem persenjataan canggih dari negara-negara Barat, terutama pesawat jet tempur F-16, untuk mengimbangi superioritas udara Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbincang dengan PM Luksemburg Xavier Bettel di sela-sela KTT Komunitas Politik Eropa di Moldova, Kamis (1/6/2023). Perang Ukraina-Rusia menjadi topik utama KTT. Tiga hari sesudah KTT, Ukraina melakukan serangan balik besar-besaran ke wilayah yang diduduki Rusia.
Senada dengan Zelenskyy, para pejabat Kyiv juga merahasiakan detail serangan balasan musim semi dalam upaya untuk mencegah kebocoran informasi sensitif yang dapat membahayakan posisinya di medan perang. Hal itu termasuk waktunya, di mana, dan berapa banyak pasukan yang mereka rencanakan untuk diterjunkan ke posisi operasi, termasuk perkiraan jumlah korban yang disebutkan oleh Presiden Zelenskyy sebagai ”sangat tinggi”.
Bahkan, Pemerintah Amerika Serikat tidak berupaya menekan Ukraina untuk berbagi informasi terkait serangan balik. ”Mereka tidak memiliki kewajiban untuk memberi tahu kami atau memberi tahu kami sebelumnya,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby. ”Mereka pelit dengan informasi serangan balik sejak awal,” tambah seorang pejabat AS, seperti ditulis di laman Politico (2/5/2023).
Betapapun, Kepala Staf Gabungan ASJenderal Mark Milley dalam wawancara dengan CNN, Senin (5/6/2023), menyatakan, kini Ukraina sudah melakukan persiapan dengan baik untuk melakukan serangan kepada Rusia. Menurut Milley, Amerika dan Eropa akan terus mendukung Ukraina dan perang yang dijalani Ukraina itu memiliki makna yang besar bagi dunia, mengacu pada risiko eskalasi perang lebih besar.
Pada saat Milley diwawancara, sesungguhnya dia sudah mengetahui bahwa serangan balik Ukraina memang sudah mulai diluncurkan sehari sebelumnya. Meski tak ada pengumuman resmi dari Kementerian Pertahanan Ukraina, pergerakan pasukan Ukraina di garis depan sudah dilakukan di sejumlah titik.

Kesiapan tank dan rudal
Saat ini Ukraina diperkirakan sudah memperoleh hampir seluruh dari senjata-senjata yang dijanjikan akan diberikan oleh NATO dan sekutunya. Itu meliputi 1.550 kendaraan lapis baja dan tank. Jumlah tank sendiri diperkirakan mencapai 250 unit. Ukraina juga diperkirakan bisa membuat delapan brigade baru penyerang yang meliputi 60.000 prajurit hasil pelatihan baru di sejumlah negara Barat dan separuh di antaranya dipersenjatai Barat.
Hari Kamis (8/6/2023), kantor berita Rusia, TASS, memberitakan ledakan besar terjadi di Luhansk. Markas militer Rusia dihancurkan dengan empat buah rudal ”Storm Shadow” di kota yang diokupasi Rusia itu. Tempat itu semula merupakan kawasan industri lokomotif Luhanskteplovoz yang kemudian digunakan tentara Rusia untuk memperbaiki alat-alat perang.
Serangan besar-besaran dengan rudal Storm Shadow ini merupakan serangan sukses keempat terhadap fasilitas militer Rusia di Luhansk selama bulan Juni 2023. Diperkirakan sejumlah besar prajurit dan pusat basis militer Rusia berhasil dihancurkan.
Baca juga: Serangan Lintas Batas Ukraina Mulai Berpengaruh Mendikte Rusia
Tampak jelas Ukraina kini menggantungkan diri pada rudal Storm Shadow untuk membidik sasaran strategis militer yang ada jauh di belakang garis depan Rusia. Pejabat militer AS bahkan berani menyatakan bahwa rudal Storm Shadow menjadi pengubah permainan (perang) dari segi jarak jangkauannya.Tak heran Presiden Putin dan petinggi militer Rusia telah menampakkan kemarahan besar kepada Inggris yang memberikan rudal ”bayang-bayang badai” itu.
Catatan prestasi rudal Storm Shadow sebelumnya ialah serangan di Pelabuhan Berdiansk dan di kota Mariupol minggu lalu. Sementara di Luhansk, serangan ini merupakan yang kedua dilakukan rudal itu. Serangan sebelumnya diklaim Rusia dilakukan Ukraina terhadap pabrik kimia dan pabrik daging.
Pasukan Ukraina saat ini juga meluncurkan serangan pada dua persimpangan kota strategis di garis depan. Yang mengejutkan, pasukan Ukraina berhasil menekan mundur dan memaksa Rusia menyerahkan wilayah pinggiran kota Bakhmut kembali ke Ukraina. Desa Novodarovka di wilayah Zaporizhiya telah dibebaskan dan dikuasai tentara Ukraina dari brigade ke-110 sejak minggu lalu, 4 Juni 2023, dilengkapi sejumlah bukti foto dan video terkait.

Kondisi garis depan
Di wilayah Zapovitnoe, Provinsi Zaporizhiya, prajurit Ukraina menyergap tentara Rusia dengan roket multilaras dan tank. Militer Ukraina juga berhasil menyabot jaringan komunikasi dari pihak Rusia. Penyabotan terhadap lalu lintas komunikasi dari seorang komandan Rusia oleh Ukraina menggambarkan keadaan peperangan yang terjadi.”Delapan atau sepuluh brigade Rusia telah cerai berai dan dihancurkan,” kata komandan Ukraina itu.
Pada Sabtu (10/6/2023), laporan intelijen Ukraina menyatakan selama 48 jam terakhir operasi militer Ukraina berlangsung di sejumlah sektor di selatan dan timur Ukraina. Di beberapa area, pasukan Ukraina membuat kemajuan dan menembus garis-pertahanan Rusia. Sementara itu, pasukan Rusia dilaporkan ada yang bermanuver, tetapi ada pula yang mundur kocar-kaci, di tengah laporan korban yang berjatuhan akibat menginjak ladang ranjau mereka sendiri.
Masih dari laporan tersebut, Angkatan Udara Rusia dilaporkan aktif di Ukraina selatan dimana pertahanan udara Ukraina relatif lebih longgar dibandingkan wilayah lainnya. Namun, belum jelas efektivitas dari berbagai operasi taktis Angkatan Udara Rusia tersebut.
Kondisi garis depan yang rawan bagi pasukan darat Rusia ini sebenarnya sesuai yang dikhawatirkan pemimpin militer swasta Wagner, Yevgeny Prigoshin. Militer Rusia harus mengirimkan 200.000 tentara tambahan saat ini untuk menahan laju ofensif pasukan Ukraina. Seperti dilaporkan The Sun, Kamis (8/6/2023), banyak tentara Rusia melarikan diri seiring bergeraknya gelombang tentara Ukraina yang maju ke posisi mereka.

Presiden Rusia Vladimir Putin (lima dari kanan) bertemu dengan sejumlah jurnalis koresponden perang dan bloger di Kremlin, Moskwa, Selasa (13/6/2023). Dalam pertemuan itu, Putin mengeluarkan beberapa sinyal soal upaya baru Rusia untuk menaklukkan Ukraina.
Di Istana Kremlin, Presiden Vladimir Putin menyampaikan pidato resmi pertama sebagaimana dilaporkan The Times, Sabtu (10/6/2023), menyikapi perkembangan situasi pertempuran. Putin menyimpulkan, pertempuran sengit selama lima hari terakhir memberi indikasi jelas bahwa serangan balik Ukraina telah benar-benar dimulai.
”Serangan balik telah terjadi dengan bukti digunakannya pasukan cadangan strategis Ukraina,” kata Putin. Dia menandaskan bahwa pasukan Ukraina tidak berhasil mencapai tujuan mereka di sektor mana pun sambil mengakui bahwa Rusia sedang mengalami krisis cadangan persenjataan modern.
”Namun, industri militer kita berkembang pesat dan saya yakin tugas yang dibebankan akan mampu dipenuhi untuk segera memenuhi produksi senjata modern,” kata Putin. Keterangan Putin tersebut dibumbui dengan pengucapan kata-kata yang tersendat ketika mengatakan bahwa ada banyak korban di pihak Ukraina dan jumlahnya sangat timpang dibandingkan di pihak Rusia.
Baca juga: Arah Perang Rusia-Ukraina Mulai Berubah
Keberhasilan pasukan Rusia yang dinyatakan Putin mengacu keberhasilan pasukan Rusia menyergap iring-iringan belasan kendaraan lapis baja termasuk tank Leopard 2 dan Bradley di wilayah Zaporizhiya, Kamis (8/6/2023). Dalam peristiwa itu, seluruh kendaraan iring-iringan Ukraina dan kendaraan penolongnya dilumpuhkan Rusia baik melalui artileri, drone, maupun akibat ranjau antitank Rusia.
Betapapun, peristiwa penyergapan oleh pasukan Rusia yang sukses itu tidak menggambarkan hasil umum pergerakan maju pasukan Ukraina yang jika dilihat di peta wilayah sudah ”menggerogoti” berbagai sudut wilayah penguasaan Rusia, baik di Provinsi Luhansk, Donetsk, Zaporizhiya, hingga Kherson.

Defisit perlindungan udara
Meski mulai berhasil meladeni kekuatan militer Rusia, sebenarnya Ukraina masih membutuhkan armada angkatan udara. Dalam sektor udara, dapat disebut militer Ukraina mengalami defisit pertahanan. Kegagalan serangan pasukan Ukraina menembus garis pertahanan Rusia di sejumlah tempat banyak dikaitkan dengan minimnya sarana perlindungan udara yang memadai. Ukraina sudah lama meminta bantuan negara Barat untuk memberikan pesawat tempur yang mampu melindungi gerak maju pasukan kavaleri mekanis dan infanteri mereka.
Sudah sejak April 2023 Ukraina melalui Perdana Menteri Denys Shmyhal secara langsung meminta Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin sejumlah jet tempur untuk mengatasi serangan Rusia. Denys beralasan bahwa kemenangan Ukraina harus dicapai lebih cepat untuk mengurangi jumlah korban yang jatuh.
Baca juga: NATO Gelar Latihan Udara Terbesar Saat Ukraina Lancarkan Serangan Balik
Yang dimaksud dengan jet tempur itu adalah F-15 dan F-16 yang selama ini tidak diperbolehkan dikirim ke Ukraina dengan pertimbangan mencegah eskalasi dengan Rusia. Hal ini karena kedua jet tempur itu sudah terbukti mampu memenangi berbagai ajang pertempuran udara (dog fight) terhadap jet tempur Rusia pada berbagai zona peperangan. Memberikan jet F-15 dan F-16 artinya membuat perimbangan medan perang berubah bagi Rusia.
Sebelumnya, Ukraina sudah menerima puluhan jet tempur seri Mig-29 dan helikopter tempur Mi-24 dari negara-negara tetangganya, terutama Polandia (12 pesawat) dan Slowakia (13 pesawat). Ukraina menyatakan butuh sekitar 200 jet tempur Barat untuk meningkatkan kemampuan udaranya melawan Rusia.

Prajurit pasukan militer Ukraina di garis depan memeriksa rudal antitank portabel bantuan dari Inggris di dekat Desa Novognativka, wilayah Donetsk, Ukraina, 21 Februari 2022.
Infomasi terakhir menunjukkan sejumlah negara NATO mulai mengindikasikan akan memberikan sebagian dari F-16 negara mereka untuk diberikan ke Ukraina. Hal itu direalisasikan dengan rencana memberi pelatihan segera pada pilot-pilot Ukraina selama enam bulan ke depan menerbangkan jet modern barat. Inggris adalah yang paling awal bersedia melatih pilot Ukraina di musim panas ini.
Secara perlahan, AS tampaknya cenderung akan memberikan bantuan jet F-16 pada saat yang dinilainya tepat. Meskipun jumlah dan waktunya belum dipastikan, Kementerian Pertahanan Ukraina berharap pesawat F-16 akan tiba ke Ukraina di musim gugur ini atau sekitar akhir 2023.
”Jika kita berupaya sepenuhnya dan keputusan cepat dibuat, saya perkirakan pada akhir September awal Oktober, kita bisa melihat F-16 pertama terbang di langit Ukraina,” kata Yurii Sak, penasihat Menteri Pertahanan Ukraina. Menurut dia, Ukraina membutuhkan 40-50 jet tempur F-16 untuk membentuk tiga atau empat skuadron tempur untuk mempertahankan ruang udaranya dari serangan bombardir Rusia. (LITBANG KOMPAS)