Prediksi Final Liga Champions, Akankah City Menang Mudah Melawan Inter?
Duel final Liga Champions 2023 tampak berat sebelah. Namun, semudah itukah City akan mengungguli Inter?
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·5 menit baca
Liga Champions musim 2023 telah mencapai partai puncak dengan menyisakan dua finalis, yakni Manchester City dan Inter Milan. Secara sekilas, partai ini tampak timpang sebelah. Dalam ranah domestik, Machester City sudah meraih dua trofi. ”The Citizens” mengakhiri Liga Inggris musim ini dengan poin 89 sekaligus menjadi juara. Tim asuhan Pep Guardiola ini menggungguli Arsenal yang berada di peringkat kedua dengan selisih lima poin.
Setelah mengangkat trofi Liga Inggris, Manchester City mendapat trofi keduanya, yakni Piala FA, setelah mengalahkan Manchester United dengan skor 2-1. Dengan dua piala sudah di tangan, Manchester City sedang di ambang pintu untuk meraih treble winner alias meraih tiga trofi bergengsi dalam semusim. Peluang ini membuka kesempatan bagi Manchester City untuk bisa menyamai rival sekotanya, Manchester United, yang bisa menyabet trofi Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions dalam semusim tahun 1999.
Sebaliknya, Inter Milan mengakhiri musim ini di Liga Italia pada posisi tiga klasemen dengan 72 poin. Poin Inter berselisih 18 poin di bawah pemuncak klasemen, Napoli, dan unggul dua poin di atas peringkat keempat, AC Milan. Namun, yang menarik untuk dicatat, Inter Milan merupakan tim empat besar dengan kekalahan terbesar selama semusim, yakni 12 kali.
Melihat catatan sementara ini, gelar juara Liga Champions akan menjadi pengukuhan bagi Manchester City menjadi penguasa sepakbola Inggris dan Eropa musim ini. Sementara bagi Inter Milan, misi menggaet gelar Liga Champions musim ini akan menjadi piala tambahan mereka musim ini setelah gelar Coppa Italia dan Piala Super Italia. Namun, akan semudah itukah kemenangan akan berpihak pada Manchester City?
Peluang
Jika melihat performa selama penyisihan grup. Manchester City mencatatkan penampilan lebih baik dibandingkan Inter Milan secara hitungan di atas kertas. The Citizens adalah pemuncak Grup G dengan mengantongi 14 poin. Sementara ”I Nerazzurri” merupakan runner-up Grup C dengan mengantongi 10 poin. Artinya, Manchester City berhasil meraih 78 persen dari seluruh kemungkinan mendulang poin. Sebaliknya, Inter Milan meraih 56 persen dari semua kemungkinan mendulang poin.
Tak hanya soal poin, catatan selisih gol Manchester City pun lebih tinggi ketimbang Inter Milan. Erling Halaand dan kawan-kawan berhasil mencetak 14 gol dan hanya kemasukan dua gol selama babak penyisihan. Sementara Inter mencatatkan hanya 10 gol dan kebobolan tujuh gol. Melihat baik catatan meraih poin pun juga selisih gol, Manchester City unggul atas Inter Milan.
Namun, dewi fortuna tampaknya berpihak dalam hasil-hasil drawing selama babak penyisihan. Inter Milan menghadapi lawan-lawan relatif mudah ketimbang Manchester City. Berturut-turut Inter melawan Porto, Benfica dan Milan. Sementara Manchester City harus berjibaku melawan Leipzig, Bayern Muenchen, dan Real Madrid.
Dalam enam pertandingan, kandang-tandang melawan tiga tim, Inter Milan membukukan empat kemenangan dan dua hasil seri. Jika dikalkulasi probabilitasnya, memperhitungkan juga hasil imbang, Inter mencatatkan 77,8 persen dari 100 persen kemungkinan hasil sempurna. Dari sisi catatan gol, Inter berhasil mencetak sembilan gol. Dengan begitu, I Nerazzurri memiliki rasio gol 1,5 per pertandingan.
Beranjak ke Manchester City, The Citizens berhasil memenangi tiga dari enam pertandingan. Tiga pertandingan lainnya berakhir seri. Jika dihitung probabilitasnya, City mencatatkan 66,7 persen dari 100 persen kemungkinan hasil maksimal. Dari sisi catatan gol, The Citizens lebih baik dibandingkan I Nerazzurri. Manchester City mampu menceploskan 17 gol dari enam pertandingan. Artinya, City memiliki rasio gol 2,8 per pertandingan.
Selanjutnya, apabila catatan statistik kedua tim ini dihitung sejak babak penyisihan, City memiliki probabilitas kemenangan dalam pertandingan berikutnya 72,2 persen sementara Inter 66,7 persen. Jika kedua probabilitas ini dihitung secara head to head dengan mempertimbangkan rasio gol dan juga hasil imbang, peluang akhir yang mungkin didapatkan ialah 45 persen untuk Manchester City dan 22 persen untuk Inter Milan. Sisanya, pertandingan ini akan berakhir imbang di luar babak adu penalti.
Berbekal probabilitas di atas, berapa potensi gol yang mungkin tercipta? Membandingkan peluang kemenangan dua tim ini dikalikan dengan rasio gol masing-masing, maka potensi gol yang mungkin dicetak oleh Manchester City mencapai 3,81. Sementara untuk Inter, potensi gol yang bisa dicetak adalah 0,73.
Motivasi
Setimpang apa pun hitung-hitungan statistik antara kedua tim ini, tetapi bola tetaplah bundar. Hasil akhir sebuah pertandingan ditentukan bagaimana permainan berlangsung di lapangan hijau. Motivasi untuk menaikkan kembali pamor tim Italia di kancah Eropa semestinya bisa dipegang Inter Milan untuk memberikan penampilan terbaik.
Nostalgia sejarah bisa juga diingat untuk menambah motivasi bermain. Inter Milan sudah pernah tiga kali menjuarai Liga Champions, terakhir tahun 2010. Kala itu, I Nerazzurri mengalahkan Bayern Muenchen dengan skor 2-0 di Santiago Bernabeu, Madrid. Tampil di final tahun ini menjadi pencapaian terbaik di Liga Champions Inter setelah 13 tahun silam.
Selain itu, capaian ini juga akan menambah daftar wakil tim Italia di kompetisi tertinggi Eropa ini. Dalam sepuluh tahun terakhir final Liga Champions, hanya dua kali wakil Italia tampil. Itu pun hanya Juventus yang pernah mencapai level tersebut pada tahun 2015 dan 2017. Dalam kedua kesempatan tersebut, Juventus kandas merebut trofi. Dengan begitu, Inter memiliki misi mulia untuk menaikkan pamor tim Italia untuk menunjukkan tajinya di kancah Eropa.
Manchester City pun demikian. Dalam sepuluh tahun terakhir, laga final kali ini merupakan kali kedua untuk Manchester City. Sebelumnya partai puncak Liga Champions 2021 mempertemukan Manchester City dengan Chelsea.
Kala itu The Citizens tumbang dengan skor 0-1. Dalam sejarah Liga Champions, Manchester City belum pernah keluar sebagai juara. Capaian terbaik City di kancah Eropa adalah menyabet Piala Winners tahun 1970.
Menjuarai Liga Champions akan menjadi trofi Liga Champions pertama bagi Manchester City sekaligus membuat tim ini menyamai rekor Manchester United sebagai tim Inggris yang meraih treble winner. Modal besar bagi City untuk bisa memenangi laga ini selain hitung-hitungan di atas kertas adalah faktor Pep Guardiola.
Pelatih asal Spanyol ini sudah dua kali membawa tim asuhannya menjuarai Liga Champions. Dua trofi tersebut diraih bersama Barcelona pada tahun 2009 dan 2011. Membawa City juara Liga Champions musim ini akan menjadi trofi ketiga bagi Pep.
Baik Inter Milan dan Manchester City memiliki motivasi kuat untuk memenangi laga final Liga Champions 2023. Meskipun angin kemenangan lebih kencang berhembus bagi Manchester City, Inter Milan tetap punya asa juara dengan mempertimbangkan pengalamannya di Liga Champions bahkan sudah tiga kali menjadi juara. Harapan besar ini membuat kemengangan tak akan semudah itu digenggam oleh Manchester City. (LITBANG KOMPAS)