Panggung Paradoks Guardiola dan Inzaghi di Istanbul
Manchester City dan Inter Milan, dua tim dengan gaya bermain yang bertolak belakang, akan memperebutkan trofi Liga Champions di Istanbul. City lebih diunggulkan, tetapi Inter pantang menyerah.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
ISTANBUL, JUMAT - Sebagai kota bersejarah penuh riwayat penaklukkan, Istanbul di Turki kembali akan menjadi saksi bisu pertarungan puncak Liga Champions Eropa 2022-2023 antara Manchester City kontra Inter Milan. Duel di Stadion Olimpiade Ataturk, Istanbul, Minggu (11/6/2023) pukul 02.00 WIB itu menjadi momen pembuktian filosofi kontras dua manajer terbaik.
Gaya sepak bola yang dianut Manajer Manchester City Pep Guardiola dan Pelatih Inter Simone Inzaghi ibarat sebuah paradoks. City mengandalkan gaya bermain yang menyerang dan mendominasi, sedangkan Inter bertumpu pada corak permainan pragmatis.
Namun, mereka membuktikan dua kutub sepak bola yang bertolak-belakang itu adalah ramuan terbaik untuk menembus babak final kompetisi antarklub termegah di Eropa tersebut. City bertekad meraih gelar Eropa pertama di milenium ini, adapun Inter mengincar trofi ”Si Kuping Besar” keempat.
Pada laga final, Guardiola tidak akan keluar dari formasi baku, 3-2-4-1, yang telah membantunya meraih dua gelar bergengsi musim ini, Liga Inggris dan Piala FA. Melalui permainan atraktif yang mendominasi, City akan berupaya membongkar pertahanan kokoh Inter yang tidak mampu ditundukkan AC Milan pada dua duel di semifinal.
Bayern Muenchen dan Real Madrid menjadi korban permainan City yang nyaris sempurna. Akurasi operan pemain dengan rerata 90 persen per laga menjadi modal City untuk menyulitkan lawan.
Guardiola pun tidak menyangsikan kualitas timnya menyambut laga pamungkas musim 2022-2023 itu. Ia yakin skuadnya juga punya motivasi besar untuk menjadi tim Inggris kedua yang meraih treble winner setelah Manchester United pada 1999.
”Hal paling utama saya siapkan kepada semua pemain adalah kondisi mental mereka. Saya ingin mereka siap menghadapi semua kondisi di laga nanti,” ujar Guardiola dilansir BBC, Jumat (9/6/2023).
Laga nanti bisa jadi mengulangi duel Inter versus Glasgow Celtic pada final Piala Champions 1967. Laga itu adalah kali pertama ”I Nerazzurri” kalah di final kompetisi yang kini dinamai Liga Champions itu. Saat itu, Inter takluk dari Celtic, 1-2, di Stadion Nasional Lisabon, Portugal. ”Kami akan menyerang sebanyak mungkin, seperti belum pernah kami lakukan sebelumnya,” ucap Jock Stein, manajer Celtic, ketika itu.
Pada saat itu, Inter asuhan pelatih legendaris, Helenio Herrera, menggunakan taktik catenaccio (pertahanan gerendel) yang sukses memberikan trofi Piala Champions 1964 dan 1965. Namun, pada 1967, Inter tidak berdaya menghadapi permainan menyerang Celtic.
Jika kedua tim tampil dengan kemampuan terbaik, City akan menang. Tetapi, pemain adalah manusia. Terkadang mereka tampil di bawah performa, meskipun sangat kecil kemungkinan City tampil buruk di momen penting. (Paul Merson)
Striker City, Erling Haaland, berharap bisa menjadi ”jimat” timnya di Istanbul, terutama lewat sumbangan gol. Pada final pertama di Liga Champions, yaitu 2021 lalu, ”The Citizens” kalah 0-1 dari Chelsea.
”Kami telah menjalani musim yang mengagumkan, tetapi kami perlu menyelesaikan final Liga Champions dengan hasil terbaik. Kami harus berada di performa terbaik untuk mengalahkan Inter, tim yang sangat bagus,” ucap Haaland dilansir laman UEFA.
Di kubu sebaliknya, Inzaghi mempersiapkan timnya dengan bertumpu pada pertahanan yang tangguh. Inter berusaha memenangkan duel di lini tengah, lalu mengandalkan serangan balik cepat memanfaatkan kedua sisi sayap.
Ketahanan fisik pemain Inter juga bisa menjadi batu sandungan bagi City. Tetapi, Inzaghi perlu cermat menentukan susunan pemain dan melakukan pergantian agar skuadnya mampu tampil konsisten selama 90 menit menghadapi tekanan tanpa henti City.
”Laga akan berjalan sulit bagi kami karena City adalah tim yang sangat ahli menguasai bola. Tujuan kami adalah menutup semua celah di atas lapangan. Saya yakin kami bisa menaklukkan City,” ucap Inzaghi kepada Sky Sport Italia.
Inter pun punya modal bagus menuju Istanbul. Mereka telah memenangkan final Piala Italia menghadapi Fiorentina yang juga menampilkan sepak bola menyerang. Meskipun begitu, Inzaghi menegaskan, City tidak bisa dibandingkan dengan tim-tim lainnya yang telah mereka hadapi pada musim ini. Menurut Inzaghi, City adalah tim terbaik di dunia saat ini.
”Kami sangat menghormati City, tim yang luar biasa. Tetapi, Inter tidak takut siapa pun. Kami bisa mengalahkan mereka dengan kekuatan yang kami miliki,” kata Presiden Inter Steven Zhang kepada media Italia, La Gazzetta dello Sport.
Inter patut percaya diri, meskipun tak lebih diunggulkan ketimbang City. Rekor Inzaghi sangatlah menakjubkan, yaitu selalu menang di tujuh laga final, yaitu bersama Lazio dan Inter. Ia menyuntikkan mental juara tersebut ke skuad asuhannya di Inter.
”Jika kedua tim tampil dengan kemampuan terbaik, City akan menang. Tetapi, pemain adalah manusia. Terkadang mereka tampil di bawah performa, meskipun sangat kecil kemungkinan City tampil buruk di momen penting,” ungkap Paul Merson, kolumnis Sky Sports.
Menit krusial
Dalam laga final, City akan mengutamakan permainan sabar untuk menunggu momen tepat mencetak gol. Di Liga Champions musim ini, City lebih produktif pada 15 menit akhir babak kedua dengan menciptakan sembilan gol atau setara 29 persen dari jumlah gol mereka di Eropa.
Selain itu, City juga tajam pada periode menit ke-16 hingga ke-30 dengan enam gol. Lalu, antara menit ke-46 hingga 60, skuad City mengoleksi tujuh gol. Adapun Inter lebih dominan membobol gawang lawan ketika laga telah berjalan lebih dari satu jam. Pada peride menit ke-60 hingga ke-90, I Nerazzurri menceploskan 10 gol atau 53 persen dari total 19 gol mereka di Liga Champions musim ini.
Inter juga kerap menghasilkan gol pada 20 menit awal laga. Mereka mencetak 15 gol pada periode waktu itu di Liga Italia dan Liga Champions. Namun, Inter akan kesulitan berharap mencetak gol cepat di Istanbul. Pasalnya, City amat kokoh dalam 30 menit awal laga karena belum pernah kemasukan pada periode waktu itu pada musim ini.
Roberto Di Matteo, manajer yang membawa Chelsea juara Liga Champions pada 2012, mengatakan, Inter punya kans mengalahkan City. Menurutnya, skuad Inter saat ini serupa tim Chelsea asuhannya yang mengalahkan Barcelona dan Guardiola pada babak semifinal Liga Champions, 2012 silam.
”Inzaghi memiliki tim yang terorganisir dan motivasi besar yang sama dengan skuad Chelsea 2012. Pastinya, Inter tidak akan banyak menguasai bola, tetapi semua pemain mereka bisa melukai City saat peluang datang. Satu hal lagi, Guardiola memiliki ketakutan dengan gaya pertahanan rapat Italia,” ucap Di Matteo seperti dikutip Corriere dello Sport.