Secercah Harapan Industri Tekstil dan Alas Kaki Indonesia
Peningkatan investasi dan upaya peremajaan mesin menjadi angin segar bagi industri TPT dan alas kaki nasional. Industri padat karya ini diperkirakan terus naik produktivitasnya pada masa mendatang.
Oleh
Agustina Purwanti
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Foto udara pabrik sepatu PT Dean Shoes Karawang, Jawa Barat, Selasa (28/3/2023). PT Dean Shoes di Kabupaten Karawang dikabarkan menutup pabrik dan menghentikan operasinya pada 14 April. Sebanyak 3.329 pekerja mengalami PHK. Penutupan pabrik PT Dean Shoes itu karena permintaan pasar ekspor sedang turun.
Tingginya realisasi investasi menjadi angin segar di tengah gejala kemunduran industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki. Membendung produk impor dan menjaga pasar dalam negeri perlu dilakukan agar industri padat karya tersebut berkelanjutan.
Awal tahun ini, industri tekstil dan alas kaki Tanah Air mencatatkan realisasi investasi yang cukup fantastis. Pada triwulan pertama, penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke Indonesia sebesar 304,4 juta dollar AS atau setara Rp 4,6 triliun. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, terjadi peningkatan sebesar 36,6 persen.
Pada periode yang sama, nilai investasi dalam negeri (PMDN) tercatat Rp 3,29 triliun, naik 400 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2022. Jika dibandingkan dengan total PMDN 2022, realisasi triwulan pertama 2023 sudah mencapai lebih dari separuhnya.
Dapat dikatakan bahwa realisasi investasi ini sangat besar dibandingkan capaian investasi PMDN tahun 2019 hingga 2021 yang rata-rata per tahun tidak mampu menyentuh angka Rp 3 triliun. Bahkan, di tahun 2019 hanya mampu mengundang investasi dalam negeri sebesar Rp 1,4 triliun.
Peningkatan investasi pada tahun ini terjadi secara umum pada industri TPT maupun alas kaki. Masing-masing dengan peningkatan sekitar lima kali lipat dari triwulan yang sama tahun 2022 lalu. Khusus industri TPT, investasi mayoritas berupa pengadaan barang modal seperti mesin tenun, alat pintal, dan suku cadang lainnya.
Secara spasial kewilayahan, beberapa provinsi di Pulau Jawa mendominasi tujuan investasi industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki, terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah. Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 2022, lebih dari 80 persen PMDN industri TPT dan alas kaki masuk ke Jabar dan Jateng dengan proporsi yang hampir sama masing-masing sebesar Rp 2,53 triliun dan Rp 2,50 triliun. Sementara itu, untuk investasi luar negeri cenderung lebih banyak mengarah ke Jateng dengan proporsi sekitar 59 persen dari total PMA industri TPT dan alas kaki nasional. Untuk wilayah Jabar serapan investasi asing yang ditanamkan berkisar 31 persen.
Secercah harapan
Fakta tersebut memberi angin segar di tengah fenomena sunset industri TPT dan alas kaki nasional. Diketahui, dalam beberapa tahun terakhir kedua industri padat karya tersebut telah mengalami gejala-gejala kemunduran. Pasar ekspor melemah seiring belum pulihnya kondisi pasar global akibat dampak berganda pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Selain itu, juga diperparah adanya ketegangan geopolitik negara-negara mitra dagang utama yang membuat daya beli menurun.
Akibatnya, pangsa ekspor produk tekstil Indonesia pun kini semakin melemah, tertinggal jauh dari negara lain. Tahun 2000, Indonesia masih mampu menyumbang 2,4 persen dari total ekspor pakaian jadi dunia, tetapi kini hanya mampu menyumbang sebesar 1,7 persen (Kompas, 17 Mei 2023).
Menguatnya daya saing negara lain tak sekadar mengurangi pangsa ekspor Indonesia, tetapi juga memengaruhi pasar domestik. Produk-produk luar negeri kini kian membanjiri Indonesia lantaran harga relatif lebih murah dengan kualitas yang dinilai lebih baik. Belum lagi banjir impor pakaian bekas yang kian mengancam keberlanjutan industri TPT dan alas kaki Tanah Air.
Idealnya, investasi yang kini meningkat dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing produksi nasional agar kompetitif dengan produk-produk asing yang membanjiri pasar domestik. Salah satunya dengan berinvestasi mengadakan mesin baru untuk merestrukturisasi mesin-mesin lama yang tidak efisien. Kementerian Perindustrian mencatat, tahun 2022 pemerintah tengah fokus dalam pemberian insentif pembelian mesin dengan potongan harga. Peremajaan ini membuka peluang untuk industri tekstil Indonesia menghadirkan mesin-mesin yang lebih mutakhir seiring perkembangan zaman.
Peningkatan investasi dan upaya peremajaan mesin itu menjadi angin segar bagi industri TPT dan alas kaki nasional dalam mengembangkan usahanya di masa mendatang. Apalagi, diperkirakan industri padat karya ini kemungkinanan akan terus meningkat produktivitasnya. Bank Indonesia mencatat, indeks kinerja industri TPT dan alas kaki relatif membaik. Kinerjanya meningkat lebih jauh dibandingkan ketika masa pandemi.
Triwulan kedua 2020, nilai prompt manufacturing index (PMI-BI) industri tekstil dan pakaian jadi hanya mencapai 19,10. Namun, pada triwulan I 2023 nilai indeks kinerja industri tersebut meningkat pesat menjadi sebesar 53,17. Kendati sedikit menurun dibandingkan triwulan IV 2022, industri TPT masih berada pada fase ekspansif. Bank Indonesia memprediksi nilai PMI-BI industri TPT akan kembali meningkat hingga mencapai 58,52 pada triwulan kedua tahun ini. Dengan kata lain, harapan kebangkitan industri TPT Tanah Air masih ada.
Komoditas yang masih menjadi perhatian cukup serius saat ini adalah alas kaki karena industri produk ini belum mencatatakan hasil cukup memuaskan seperti halnya industri TPT. PMI-BI industri alas kaki triwulan II tahun ini justru diprediksi menurun jika dibandingkan triwulan pertama, yakni dari 58,50 menjadi 54,00.
Hal ini patut menjadi perhatian lantaran industri alas kaki tercatat mengalami peningkatan kinerja dari tahun-tahun sebelumnya. Dalam hal ekspor, misalnya, trennya cenderung meningkat setidaknya dari tahun 2012 hingga 2021. Penyerapan tenaga kerjanya pun meningkat hampir dua kali lipat dalam dua dekade terakhir. Jadi, perkiraan PMI-BI industri alas kaki itu yang menurun itu harus menjadi perhatian serius untuk segera diantisipasi.
Pasar domestik
Melihat fenomena tersebut, pemerintah perlu segera merespons dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada industri TPT dan alas kaki Tanah Air. Salah satunya, dengan memperkuat pasar domestik di tengah lesunya pasar ekspor, baik produk tekstil maupun alas kaki berikut produk turunannya.
Potensi pasar dalam negeri sangat besar mengingat populasi Indonesia yang saat ini mencapai lebih dari 270 juta penduduk. Secara agregat, kebutuhan fashion berpotensi meningkat. Tak terkecuali kebutuhan alas kaki mengingat tren olahraga dan kebiasaan mengunakan sepatu di dalam negeri diperkirakan terus bertambah.
Pemerintah perlu lebih serius dalam membatasi impor produk TPT dan alas kaki guna menjaga keberlanjutan industri padat karya. Dalam bidang tekstil dan produk turunnya, implementasi lanjutan dari kebijakan pemerintah memberantas impor pakaian bekas ilegal pun dinanti.
Pada dasarnya, penggunaan kembali pakaian bekas pakai atau yang populer dengan sebutan thrifting baik bagi lingkungan. Pasalnya, selama ini produksi tekstil dan produk turunannya dinilai masih banyak menggunakan bahan kimia yang merusak lingkungan. Baru segelintir produsen yang menggunakan bahan ramah lingkungan dalam berproduksi.
Sayangnya, tren thrifting yang terjadi di Indonesia juga dibanjiri produk dari luar negeri. Alih-alih mengurangi limbah industri, fenomena tersebut justru menambah beban sampah pakaian di dalam negeri. Apalagi jika dilakukan secara ilegal, tidak memberi manfaat secara ekonomi lantaran tidak ada nilai tambah yang diciptakan di dalamnya.
Efek lanjutannya adalah melemahnya industri dalam negeri lantaran permintaan akan barang impor baik dalam kondisi baru maupun bekas pakai lebih digandrungi masyarakat Indonesia. Kerja kolektif pun mendesak perlu untuk segera dilakukan. Sembari pemerintah memperkuat pasar domestik, fenomena ini pun menuntut kreativitas industri untuk menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan selera pasar saat ini.
Tuntutan sinergi keduanya menjadi tak terhindarkan guna merespons realisasi investasi yang tetap membaik di tengah karut-marut industri pertekstilan dan alas kaki Tanah Air. Keberlanjutan kedua industri unggulan tersebut patut terus diperjuangkan mengingat kontribusinya yang cukup besar bagi perekonomian nasional. (Litbang Kompas)