”Tsunami Trofi” Manchester United Menuju Episode Antiklimaks?
Klub besar Liga Inggris, Manchester United, menghadapi ujian besar, yaitu redupnya prestasi pasca-kepelatihan Sir Alex Ferguson. Seberapa besar kans MU meraih trofi dan berada di zona aman Liga Champions musim ini?
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·4 menit baca
Di tengah redupnya prestasi Manchester United, ”tsunami trofi” menjadi bahan candaan dari fans rival MU beberapa waktu belakangan. Musim ini candaan beraroma sarkastis tersebut sempat berubah menjadi mimpi yang membuai fans”The Red Devils”. Menjelang akhir musim akankah drama ini berakhir antiklimaks?
Manchester United merupakan tim sepak bola dengan pamor kuat dan tradisi juara dalam sejarah sepak bola dunia. Daftar pesepak bola klub dari Manchester ini pun senantiasa diisi pemain-pemain kelas wahid. Di semua lini The Red Devils nyaris selalu punya pemain tenar, termasuk ketika era sepak bola modern bergulir di Inggris. Mulai dari barisan penyerang, nama-nama melegenda macam Eric Cantona, Ruud van Nistelrooy, Ole Gunnar Solskjaer, hingga Wayne Rooney dapat disebut.
Bergeser ke tengah lapangan ada deretan pemain legendaris macam Ryan Giggs, David Beckham, Paul Scholes, Roy Keane, hingga megabintang Cristiano Ronaldo. Mundur ke baris pertahanan, ada nama-nama seperti Jaap Stam, Rio Ferdinand, Garry Neville, Patrice Evra, sampai Nemanja Vidic. Bahkan sampai ke bawah mistar gawang, siapa tak kenal kiper legendaris macam Peter Schmeichel, Fabian Barthez, hingga Edwin van der Sar.
Tak hanya pemain legendaris, salah satu pelatih terbaik yang ada di semesta ini adalah peracik strategi Manchester United dari tahun 1986 hingga 2013, Sir Alex Ferguson. Pelatih berkebangsaan Skotlandia ini memang fenomenal. Tahun 1999, Sir Alex menjadi pelatih pertama yang membawa klub Inggris tersebut merebut treble winner, yakni juara Piala FA, Liga Inggris, dan Liga Champions Eropa.
Secara total, ada 38 trofi yang mampu ia raih selama menukangi ”Setan Merah”. Raihan paling fantastisnya adalah 13 trofi Premier League dari total 20 kali Manchester mengangkat trofi Liga Inggris sepanjang sejarah. Sir Alex menutup kariernya di Manchester United sebagai pelatih dengan membawa tim ini juara Liga Inggris pada musim 2012/2013. Sayangnya, trofi ini sekaligus menjadi yang terakhir kali Setan Merah menjuarai Premier League hingga kini.
Redup
Tidak dapat ditolak, berakhirnya era Sir Alex Ferguson di Manchester United menjadi awal redupnya prestasi Manchester United sebagai klub raksasa di Inggris. Bagaimana tidak, berstatus sebagai juara bertahan, MU mengakhiri musim 2013/2014 Liga Inggris di peringkat ketujuh klasemen. Tak hanya gagal mempertahankan posisinya sebagai kampiun di Inggris, tim yang bermarkas di Old Trafford ini juga tak berhasil mendapat tempat di kompetisi Eropa musim itu.
Dari yang awalnya bergelimang trofi, dalam satu dekade terakhir gelar juara seakan tak lagi identik dengan Manchester United. Segelintir piala yang sempat diangkat tim Setan Merah sepuluh tahun terakhir ialah Piala FA tahun 2016, juara Liga Eropa 2017, dan Piala EFL 2017. Selebihnya belum ada prestasi yang mampu mendongkrak kembali pamor MU sebagai juara.
Di tengah redupnya prestasi Setan Merah, sindiran dari penggemar rival pun mencuat, yakni ”tsunami trofi”. Musim ini candaan lawan ini sempat akan berbalik menjadi kepercayaan diri ketika Manchester United berpeluang menyabet empat gelar semusim, yakni juara Liga Inggris, Liga Eropa, Piala FA, dan Piala Liga Inggris. Kepercayaan diri tim ini makin meningkat dengan hadirnya pelatih karismatik asal Belanda, Erik ten Hag.
Namun, mendekati akhir musim, dua dari empat mimpi di atas kandas di tengah jalan. Harapan untuk menjadi juara Liga Inggris sirna. Sementara mimpi untuk mengangkat piala Liga Eropa pupus di babak perempat final. Manchester United dihentikan langkahnya oleh Sevilla dengan agregat skor 5-2.
Satu-satunya piala yang sudah di tangan musim ini adalah trofi Carabao Cup alias Piala Liga Inggris yang merupakan kompetisi ”kelas tiga” di Inggris. Harapan terakhir untuk mengangkat trofi lain musim ini adalah memenangi kompetisi kelas dua di Inggris, yakni Piala FA. Akan tetapi, misi ini bukan perkara mudah. Lawan Manchester United di final Piala FA yang akan digelar awal Juni nanti adalah rival sekotanya, Manchester City.
”The Citizens” bukan lawan mudah sebab sedang moncer musim ini. Di liga domestik, ”Manchester Biru” adalah pemuncak klasemen. Sementara di kancah Eropa, De Bruyne dan kawan-kawan adalah semifinalis Liga Champions. Tentunya, Piala FA tidak akan direlakan dengan mudah oleh The Citizens untuk Setan Merah.
Kalkulasi empat besar
Salah satu posisi prestisius lain yang perlu dipertahankan oleh Manchester United adalah posisi empat besar klasemen Liga Inggris. Namun, menjelang akhir musim, posisi ini mulai terasa rawan lepas dari genggaman. Apalagi dalam pertandingan terakhir pekan lalu, Senin (8/5/2023), Setan Merah takluk di kandang West Ham United dengan skor 0-1. Lalu, bagaimana peluang tim asuhan Ten Hag ini mempertahankan posisi empat besar?
Secara kalkulasi statistik, dua tim yang perlu diperhatikan secara saksama oleh Mancheter United ialah Liverpool dan Newcastle United. Pertama, ”The Reds” perlu diperhitungkan sebab tengah berada dalam performa terbaik dengan selalu menang dalam lima laga terakhir. Di papan klasemen, Mohamed Salah dan kawan-kawan hanya berselisih satu poin di bawah Rashford dan kawan-kawan. Meskipun memiliki satu pertandingan tersimpan, Setan Merah perlu waswas berkaca dari performa tim yang malah menurun.
Sementara di atas MU, Newcastle United berada di posisi ketiga dengan mengantongi dua poin lebih banyak. Menariknya, Newcastle juga dalam performa tidak konsisten. Tripier dan kawan-kawan kalah dua kali dan menang tiga kali dari lima pertandingan terakhir. Jika Manchester United tidak berhasil menyapu bersih empat laga terakhir dengan kemenangan, fans MU semestinya berharap agar Newcastle United juga tersandung. Hal ini mengandaikan Liverpool akan mengancam dengan konsisten mendulang kemenangan di tiga laga terakhirnya.
Secara kalkukasi statistik sepanjang musim ini, Manchester United sebenarnya relatif aman. Dari keberhasilan mendulang poin probabilitas ketiga tim ini untuk berada di posisi empat besar menempatkan Setan Merah di posisi tengah, yakni 33,5 persen. Dengan perhitungan yang sama, persentase Newcastle United adalah 34,5 persen dan Liverpool 32 persen.
Akan tetapi, sisi problematik muncul bagi MU apabila persentase ini diboboti dengan probabilitas kemenangan dalam lima laga terakhir. Dengan perhitungan ini, persentase Manchester United berada di angka 21,6 persen sekaligus terendah. Probabilitas menempati posisi tinggi bagi Liverpool menjadi 48,4 persen dan Newcastle United 30 persen.
Belum lagi apabila dilihat selisih golnya, Setan Merah berada di angka paling rendah, yakni delapan. Padahal, Liverpool memiliki selisih gol 25 dan Newcastle 32. Namun, Risiko perhitungan statistik ini menjadi runtuh apabila Manchester United mampu mendulang poin penuh dalam laga terakhir berturut-turut melawan Wolves, Bournemouth, Chelsea, dan Fulham.
Dari sisi yang paling realistis, pencapaian terbaik bagi Manchester United musim ini adalah menjuarai Piala Liga Inggris, Piala FA, dan menempati posisi empat besar klasemen Liga Inggris. Dengan demikian, pekerjaan rumah pertama bagi MU bulan Mei ini adalah mengamankan posisi zona Liga Champions tersebut, untuk selanjutnya berjuang menaklukkan rival sekotanya, Manchester City, di final Piala FA.
Di sisi lain, risiko terburuk bagi Manchester United adalah digeser posisinya oleh Liverpool di zona Liga Champions. Setelahnya, dikalahkan oleh The Citizens di final Piala FA. Jika ini yang terjadi, serangkaian drama ”tsunami trofi” yang pernuh harapan bagi Setan Merah musim ini akan berakhir dengan episode antiklimaks dengan penghiburan piala Carabao Cup. (LITBANG KOMPAS)