Siapa Juara Liga Inggris 2023, Arsenal atau Manchester City?
Arsenal dan Manchester City bersaing ketat di puncak klasemen Liga Inggris musim 2022/2023. Siapa yang memiliki lebih banyak kans menjadi juara musim ini?
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·4 menit baca
Menjelang akhir Februari ini, Arsenal dan Manchester City menjadi kandidat kuat pemuncak klasemen akhir Liga Inggris. Hitungan di atas kertas sedikit mengunggulkan ”The Citizens” dibandingkan ”The Gunners”. Bagaimana peluangnya dan masihkah ada tim yang berpotensi mengancam keduanya?
Arsenal melakoni Liga Inggris musim ini dengan elok. Tim besutan Mikel Arteta yang mengakhiri musim lalu di posisi kelima ini melejit secara percaya diri menantang juara bertahan Manchester City. Bahkan, memasuki awal Februari musim 2022/2023 ini, The Gunners menjadi pemuncak klasemen dengan poin 50. Unggul dua poin di atas Manchester City.
Sebagian khalayak menyangsikan, panasnya ”Meriam London” akan melorot memasuki paruh kedua musim. Nyatanya, anggapan ini belum terbukti, paling tidak hingga pekan ke-24. The Gunners tetap mempertahankan posisi puncak dengan poin 54 dari 23 pertandingan.
Sementara The Citizens mengekor dengan poin 52 dari 24 pertandingan. Artinya, Arsenal masih punya surplus satu pertandingan dan kemenangan dari satu pertandingan tertunda ini bisa melebarkan jarak hingga lima poin. Apabila membandingkan kedua tim ini, selain mengantongi poin lebih banyak, sungguhkah Arsenal unggul secara hitungan di atas kertas dibandingkan dengan Manchester City?
Catatan statistik
Catatan utama yang berpotensi merongrong keunggulan Odegaard dkk dibanding De Bruyne dkk adalah rasio gol. Dari 24 pertandingan yang telah dilakoni, City mencetak 60 gol. Sementara itu, Arsenal mencetak 51 gol dari 23 pertandingan yang telah dijalani.
Hitungan statistik ini menunjukkan kedua tim paling produktif dalam urusan mencetak gol musim ini. Namun, rasio gol City adalah 2,5 gol per pertandingan. Angka ini sedikit lebih unggul dibandingkan Arsenal dengangan catatan rasio gol 2,2.
Dari sisi kemasukan gol, kedua tim ini tidak terlalu jauh berbeda. Hingga pekan ke-24, Arsenal kebobolan 23 gol, sementara Manchester City 24 gol. Dengan jumlah gol memasukkan lebih tinggi, catatan selisih gol tim asuhan Guardiola lebih baik ketimbang tim besutan Arteta.
Masih dalam urusan mencetak gol, catatan statistik pemain kedua tim ini juga berbeda. Jika melihat papan top skor, Erling Haaland tampil superior dengan mencetak 26 gol dari 24 pertandingan. Artinya, Haaland mencetak 43 persen dari total gol yang dicetak City pada Liga Inggris musim ini.
Secara statistik, penyerang asal Norwegia ini memiliki rasio gol 1,1 per pertandingan. Apiknya penampilan Haaland didukung Kevin De Bruyne yang mencatatkan performa apik di lapangan tengah dengan menorehkan 12 asis sekaligus yang terbanyak sejauh ini.
Hal berbeda terjadi untuk tim London Utara. Sampai detik ini, Arsenal menaruh harapan mencetak gol tidak hanya pada satu sosok sentral. Bukayo Saka menjadi pemain dengan catatan gol terbanyak di Arsenal dengan torehan sembilan gol. Gabriel Martinelli dan Martin Odegaard mengikuti dengan masing-masing delapan gol. Jumlah gol yang disumbang ketiga pemain ini adalah 25. Jumlah tersebut bahkan belum menyamai catatan Haaland seorang diri. Hal ini mungkin juga menunjukkan permainan kolektif yang ingin dibangun olehArteta.
Aliran bola kaki ke kaki tim Manchester City merupakan yang paling lancar di antara tim-tim lain dengan jumlah operan sebanyak 15.584 kali. Artinya, Manchester City mencatatkan sekitar 649 operan dalam tiap pertandingan, sementara Arsenal lebih sedikit, yakni melakukan operan kira-kira sebanyak 524 kali per pertandingan. Catatan statistik rasio gol ataupun aliran bola ini bisa menjadi indikator untuk mengukur kekuatan sebuah tim yang pada akhirnya tecemin dari total poin yang didapatkan.
Peluang dan ancaman
Jika melihat keberhasilan sebuah tim dalam mendulang poin dibandingkan dengan kemungkinan maksimal poin yang didapat kemudian dikalikan dengan persentase selisih gol, akan didapat angka untuk mendekati hitungan peluang juara. Dengan hitungan di atas kertas seperti ini hingga pekan ke-24 Liga Inggris, Manchester City menjadi tim yang paling besar kemungkinannya menjadi juara.
Dari 24 pertandingan, The Citizens berhasil mendulang 52 poin dari potensi poin maksimal 72. Artinya, probabilitas kemenangannya mencapai 0,72. Jika angka ini dikalikan dengan bobot golnya (1,5 gol) hasil dari selisih gol dibagi jumlah pertandingan, ditemukan probabilitas akhir sekitar 1,08. Jika probabilitas akhir Manchester City dibandingkan dengan akumulasi probabilitas akhir seluruh tim Premier League, kemungkinan Manchester City merebut juara adalah 55,1 persen. Dengan perhitungan yang sama, Arsenal memiliki probabilitas juara sebesar 48,5 persen.
Di luar dua tim di atas, ada lima tim lagi yang berpeluang juara. Kelima tim yang memiliki penghitungan kans juara di atas 10 persen ialah Newcastle United (26,3 persen), Manchester United (18,8 persen), Brighton & Hove Albion (12,3 persen), Liverpool (12,3 persen), dan Tottenham Hotspur (11,1 persen).
Melihat kemungkinan-kemungkinan ini, penantang yang paling berpotensi mengganggu dominasi Arsenal dan Manchester City ialah Newcastle dan Manchester United. Memang, ”The Red Devil” berada di posisi tiga saat ini, tetapi catatan selisih gol Newcastle lebih baik. Hal ini membuat probabilitas Newcastle masih berada di atas ”Setan Merah”.
Tim besutan Erik ten Hag ini memiliki catatan mencetak gol lebih banyak, tetapi catatan kebobolan gol lebih banyak juga dibandingkan dengan Newcastle United. Jika Manchester United ingin serius mengejar puncak klasemen akhir, pekerjaan rumah Casemiro dkk adalah meminimalkan angka kebobolan mereka dalam 14 pertandingan terakhir. Dengan semangat yang sama, Newcastle United perlu berusaha untuk menggenjot daya gedor mereka di lini depan.
Sementara Brighton, Liverpool, dan Tottenham tampaknya harus rela bahwa merebut juara bukan lagi harapan utama musim ini. Ketiga tim dengan probabilitas 11-12 persen ini lebih pas jika memfokuskan usaha dalam berpacu merebut posisi empat besar demi mendapat tiket ke laga prestisius Eropa, Liga Champions.
Kembali ke Arsenal dan Manchester City, ujian membuktikan kelayakan sebagai juara tampaknya akan dijalani secara ketat dalam 14 pertandingan terakhir. Dari sisi fans, musim ini menjanjikan tensi tinggi hingga pekan terakhir Liga Inggris.
Ambisi Manchester City adalah mengamankan gelar keenam mereka dalam 10 tahun terakhir. Tak hanya itu, menjuarai Liga Inggris musim ini akan membuat The Citizens mengamankan gelar juara selama tiga musim berturut-turut. Sejak tahun 2000-an, hanya Manchester United yang mampu melakukannya, yakni juara Liga Inggris tahun 2007, 2008, dan 2009. Catatannya, Manchester City tengah didera isu miring di luar lapangan mengenai skandal finansial. Jika masalah ini tak segera memperoleh kejelasan, bukan tak mungkin bisa berdampak pada pupusnya ambisi juara.
Hal ini bisa dimanfaatkan oleh Arsenal. Menyabet juara musim ini akan mengakhiri paceklik gelar Liga Inggris yang terakhir disandang Meriam London pada 2004. Puasa gelar Liga Inggris selama 19 tahun bisa memberi motivasi besar bagi Arsenal untuk mempertahankan konsistensi penampilan kolektif dan rapi musim ini. Sebaliknya, jika ambisi ini gagal, mungkin The Gunners hanya akan mengulang pencapaian terbaik mereka dalam dalam 19 tahun terakhir setelah juara, yakni runner-up pada musim 2015/2016. (LITBANG KOMPAS)