Survei ”Kompas”: Jarak Keterpilihan Tiga Sosok Capres Melebar
Survei Kompas menunjukkan, dalam skema ”head to head” di antara dua calon yang berhadapan, elektabilitas Ganjar lebih tinggi daripada Anies, elektabilitas Prabowo melebihi Anies, dan Ganjar melebihi Prabowo.
Oleh
BAMBANG SETIAWAN/Litbang Kompas
·4 menit baca
Survei Litbang Kompas menyimulasikan kontestasi elektoral saat Prabowo berhadapan dengan Ganjar, Anies dengan Prabowo, dan Anies dengan Ganjar.
Prabowo unggul dari Anies, sedangkan Ganjar unggul dari Prabowo, serta Ganjar unggul dari Anies.
Para kandidat masing-masing mendapat limpahan elektoral dari responden yang memilih nama-nama sosok potensial calon presiden yang lain.
Satu tahun menjelang Pemilu 2024, nama-nama tokoh yang diunggulkan masyarakat sebagai calon presiden masih mengerucut pada tiga sosok, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Jika tokoh itu berhadapan pada Pilpres 2024, bagaimana peluang mereka?
Dalam survei Kompas terbaru yang dilaksanakan pada 25 Januari-4 Februari 2023, terpetakan peluang keterpilihan Ganjar, Prabowo, dan Anies seandainya berhadapan satu sama lain. Rentang elektabilitas Ganjar cukup lebar dengan Prabowo Subianto ataupun Anies Baswedan dalam skema simulasi 10, 5, dan 3 nama. Bahkan, semakin lebar pada skema head to head di antara dua calon yang berhadapan.
Ganjar dan Anies
Pada survei Oktober 2022, jarak keterpilihan antara Ganjar dan Anies pada skema head to head masih terlalu dekat, bahkan berimpitan, tapi dalam survei Januari 2023, potensi suara yang diperoleh keduanya berjarak semakin lebar. Kalau Ganjar berhadapan dengan Anies, Ganjar akan mendapat 60,2 persen, unggul dari Anies yang memperoleh 39,8 persen. Jarak keterpilihan keduanya menjadi 20,4 persen, makin lebar dari survei sebelumnya yang selisihnya 5,6 persen.
Kalau hanya dua sosok itu yang maju sebagai capres, suara dari orang-orang yang sebelumnya memilih calon lain akan terdistribusi kepada keduanya. Suara pemilih Prabowo akan cukup menguntungkan bagi Ganjar. Ganjar akan mendapatkan 47,2 persen dan Anies memperoleh 40,4 persen dari suara pemilih Prabowo. Ganjar juga mendapat suara yang cukup besar dari pemilih Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (45,5 persen) dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa (68,4 persen).
Sementara itu, selain mendapat limpahan suara dari Prabowo, Anies juga mendapatkan tambahan dari pemilih Ridwan Kamil (42,6 persen) dan tokoh lain. Terbanyak adalah dari pemilih Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY (62,5 persen) serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (60 persen).
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Kota Semarang, Jawa Tengah (17/8/2019).
Suara pemilih partai juga akan terdistribusi kepada kedua calon. Ganjar akan mendapat suara terbesar dari pemilih PDI-P (78,6 persen). Selain itu, dukungan untuk Ganjar juga mengalir dari pemilih Partai Gerindra, Partai Golkar, PKB, PPP, dan Perindo. Proporsi dukungan pemilih partai-partai tersebut lebih besar ke Ganjar daripada ke Anies.
Sebaliknya, Anies mendapat dukungan terbanyak dari pemilih Nasdem, PKS, Demokrat, dan PAN. Pemilih Partai Nasdem yang memberikan suaranya kepada Anies sebesar 65,2 persen, pemilih PKS memberikan 75,9 persen, dan Demokrat 49 persen. Dengan melihat proporsi dukungan ini, pemilih partai dalam Koalisi Perubahan yang terdiri dari Nasdem, Demokrat, dan PKS tampaknya cukup solid mendukung Anies.
Simulasi Ganjar melawan Anies akan membuat orang-orang yang pada Pemilu 2019 memilih pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin terkonsolidasi untuk memilih Ganjar. Pemilih Jokowi-Amin mayoritas (63,5 persen) akan memilih Ganjar. Sementara 58,7 persen mantan pemilih Prabowo-Sandiaga akan memberikan suaranya kepada Anies Baswedan.
Prabowo dan Ganjar
Dalam simulasi Ganjar berhadapan hanya dengan Prabowo, Ganjar mendapat elektabilitas 56,7 persen, sedangkan Prabowo 43,3 persen. Selisih elektabilitas keduanya saat ini mencapai 13,4 persen, lebih besar daripada jarak tingkat keterpilihan pada Oktober 2022 yang 5,8 persen.
Ganjar mendapat limpahan suara dari pemilih Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Andika Perkasa, yang lebih besar dari yang diberikan kepada Prabowo. Sebaliknya, Prabowo mendapat tambahan suara dari pemilih Anies dan AHY. Namun, ketidakhadiran Anies dalam kontestasi akan membuat bimbang pemilih Anies (13,4 persen) dan AHY (25 persen) sehingga cukup banyak yang berpotensi golput.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menghadiri Pembukaan Kongres V PDI-P di Grand Inna Bali Beach Hotel, Bali, Kamis (8/8/2019).
Yang cukup unik dari skema Ganjar versus Prabowo adalah kemungkinan terpecahnya massa Koalisi Perubahan. Selain dari Gerindra, Prabowo juga akan mendapatkan suara dari pemilih Nasdem dan Demokrat yang proporsinya lebih besar daripada yang diberikan kepada Ganjar. Sementara suara pemilih PKS justru lebih banyak yang lari ke Ganjar.
Skema Ganjar melawan Prabowo cenderung akan mengulang kembali kontestasi pasangan Jokowi-Amin dengan Prabowo-Sandi pada Pemilu 2019. Mantan pemilih Jokowi-Amin cukup solid untuk mendukung Ganjar (61,8 persen). Begitu pula mantan pemilih pasangan Prabowo-Sandi akan memberikan mayoritas suaranya (65,7 persen) kepada Prabowo. Sementara Ganjar juga disokong oleh pemilih yang baru menggunakan hak pilihnya dan kalangan yang sebelumnya golput.
Anies dan Prabowo
Dalam skema Anies melawan Prabowo, survei saat ini menunjukkan Prabowo akan unggul dengan selisih 14,6 persen dari Anies. Prabowo akan mendapatkan 57,3 persen, sementara Anies 42,7 persen. Selisih keterpilihan kedua tokoh itu membesar jika dibandingkan dengan survei Oktober 2022, ketika perolehan suara keduanya tak terlalu signifikan berbeda, yakni 4,2 persen.
Prabowo akan mendapat limpahan suara yang besar dari pemilih Ganjar (51,8 persen). Selain itu, juga dari pemilih Ridwan Kamil, Andika Perkasa, dan mayoritas pemilih tokoh-tokoh lain. Sebaliknya, pemilih Sandiaga dan AHY lebih condong memberikan suaranya kepada Anies.
Selain dari pemilih Partai Gerindra yang dukungannya mencapai 79,7 persen, Prabowo juga akan mendapat dukungan yang lebih besar dari pemilih PDI-P, Golkar, PKB, dan Perindo. Sementara suara Demokrat akan terpecah dan lebih menguntungkan Prabowo karena memberikan 48,1 persen suaranya kepada Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Sebaliknya, Anies akan mendapatkan dukungan utama dari pemilih Partai Nasdem (59,1 persen) dan PKS (74,1 persen). Selain itu, Anies juga akan mendapat dukungan yang lebih besar dari pemilih PAN, PPP, dan partai-partai baru.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Anies Baswedan
Kontestasi Prabowo melawan Anies akan membuat orang-orang yang pada Pemilu 2019 memilih pasangan Prabowo-Sandi cenderung banyak yang memilih Prabowo, yaitu 50,2 persen, berbanding 41,8 persen dengan yang memilih Anies.
Sementara itu, suara dari pemilih Jokowi-Amin juga cenderung memilih Prabowo, yaitu 47,5 persen, berbanding 30,4 persen dengan yang memilih Anies. Namun, skema Prabowo versus Anies rupanya cukup membuat gamang bekas pemilih Jokowi-Amin sehingga cukup banyak (22,1 persen) yang tidak tahu harus memilih siapa. Kelompok ini berpotensi untuk golput.