Menanti Hasil Transformasi Labuan Bajo sebagai Destinasi Wisata Superprioritas
Rencana kenaikan harga tiket masuk TNK pada awal tahun 2023 perlu terus disosialisasikan dengan baik. Terutama dari sisi alasan yang berkaitan dengan konservasi lingkungan dan ekosistem taman nasional.
Labuan Bajo berkembang pesat sejak ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata superprioritas. Setelah sempat terpuruk selama dua tahun pandemi, Labuan Bajo siap menyambut lebih banyak wisatawan dengan suasana yang lebih tertata dan menarik. Harapannya, antusiasme kunjungan wisatawan terus meningkat sehingga perekonomian daerah setempat dapat terus berkembang.
Nama Labuan Bajo sudah tidak lagi asing di telinga masyarakat. Daerah yang terletak di paling barat Nusa Tenggara Timur ini sudah menjelma menjadi destinasi wisata populer bagi wisatawan asing dan lokal. Labuan Bajo yang merupakan ibu kota Kabupaten Manggarai Barat ini memang dikenal sebagai pintu gerbang menuju Taman Nasional Komodo. Karena itulah, daerah ini menjadi tujuan awal para pelancong sebelum beriwisata ke pulau-pulau sekitarnya.
Popularitas Labuan Bajo meningkat pesat sejak pemerintah gencar melakukan pengembangan pariwisata di sana. Satu indikasinya terlihat dari pencarian tentang Labuan Bajo di dunia maya meningkat pesat. Google Trends merekam, pencarian kata Labuan Bajo semakin bertambah signifikan sejak 2015. Di media sosial, beragam tagar dan publikasi tentang Labuan Bajo dari para wisatawan turut mendongkrak ketenaran daerah di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTB, ini.
Dampak dari popularitas itu adalah lonjakan wisata yang masif sebelum pandemi melanda. Salah satunya pada tahun 2019. Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) menyebutkan ada kunjungan wisatawan hingga mencapai 221.700 orang. Terdiri dari 144.100 turis asing dan 77.600 wisatawan nusantara. Angka kunjungan ini lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni 176.800 orang pada 2018 dan 125.100 pada 2017.
Meningkatnya turis yang berkunjung ke Labuan Bajo tersebut berdampak pada perekonomian daerah setempat. Salah satunya terlihat dari kontribusi sektor akomodasi dan makan minum pada produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Manggarai Barat yang selalu tumbuh dinamis. Pada kurun 2016-2019, pertumbuhan sektor yang berkaitan dengan jasa hotel dan pariwisata ini stabil di angka 11 hingga 12 persen. Capaian itu lebih baik dibanding periode sebelumnya, yakni pada 2011-2015 yang hanya naik berkisar sekitar 6 persen per tahun.
Sayangnya, lonjakan kunjungan wisatawan yang terus meningkat itu ”terpaksa” harus terhenti karena wabah pandemi Covid-19. Jumlah wisatawan yang berwisata ke Labuan Bajo turun drastis menjadi 51.600 orang pada 2020 dan 91.500 orang pada 2021.
Baca juga: Asa Tumbuhnya Pariwisata Holistik di Bumi Nucalale
Meski demikian, pandemi tersebut hanya bersifat sementara dalam menahan laju gelombang wisatawan yang ingin mengunjungi Labuan Bajo. Pasalnya, daya Tarik Labuan Bajo dan juga kawasan di sekitarnya tetap semakin popular dan memikat hati sebagian wisatawan yang menyukai destinasi wisata alam. Apalagi, sejumlah pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata terus masif dilakukan sehingga aksesibilitas dan kenyamanan berwisata kian meningkat kualitasnya.
Linimasa Pengembangan
Potensi Labuan Bajo sebagai destinasi wisata besar sebenarnya sudah terlihat sejak mulai terkenalnya satwa langka Komodo di kancah dunia. Keberadaan Komodo yang mulai dikenal dunia pada 1970-an itu memancing para wisatawan khususnya yang berasal dari luar negeri untuk datang ke Labuan Bajo. Dampak positifnya, Labuan Bajopun berkembang sebagai destinasi wisata sekaligus pintu masuk ke Pulau Komodo dan Pulau Rinca.
Hanya saja, selama lebih dari tiga dekade, Labuan Bajo belum benar-benar populer seperti saat ini. Daripada berwisata ke Labuan Bajo, para turis lebih memilih Bali atau Lombok yang memiliki banyak infrastruktur pariwisata sekaligus memiliki destinasi wisata yang variatif. Akibatnya, jumlah wisatawan di kawasan Pulau Komodo jauh tertinggal dibanding destinasi wisata populer lainnya di wilayah Kepulauan Nusa Tenggara. Selain itu, kawasan wisata alam ini umumnya hanya menarik bagi turis asing. Jumlah wisatawan domestiknya relatif sangat minim.
Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat seperti yang dicatat Kompas edisi 6 Juni 2011 menyebutkan, jumlah wisatawan mancanegara pada 2010 mencapai 41.707 orang. Sementara itu, wisatawan domestik hanya 2.965 orang.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan tempat wisata lain yang umumnya didominasi wisatawan lokal. Hal ini mengindikasikan bahwa Labuan Bajo belum begitu dikenal sebagai destinasi wisata populer bagi masyarakat Indonesia.
Hal itu menjadi tantangan pengembangan Labuan Bajo. Meskipun sudah dicita-citakan sebagai kawasan pariwisata, nyatanya investasi, infrastruktur, dan fasilitas pendukung lainnya relatif masih sangat kurang. Ketersediaan air bersih masih jadi kendala, infrastruktur jalan dan fasilitas kesehatan masih seadanya, serta bandara yang melayani pariwisatapun masih tergolong kecil sehingga belum dapat melayani penerbangan skala besar.
Padahal, Labuan Bajo sangat strategis sebagai pintu masuk ke pariwisata bahari di sekitarnya dan juga daerah-daerah lain di luar Manggarai Barat. Selain itu, Labuan Bajo juga memberikan kontribusi langsung bagi penerimaan daerah dan masyarakat dibandingkan Taman Nasional Komodo (TNK). Pasalnya, TNK di bawah kendali pengelolaan pemerintah pusat sehingga semua retribusi dan pemasukannya tidak secara langsung berdampak bagi daerah setempat.
Destinasi Superprioritas
Berbagai kendala dan hambatan itu kian terkikis seiring dengan bertambahnya perhatian dan dukungan pemerintah pusat pada Labuan Bajo. Atensi tersebut semakin terlihat setelah TNK ditetapkan sebagai salah satu Tujuh Keajaiban Dunia. Melalui penetapan tersebut, kunjungan wisatawan ke TNK termasuk Labuan Bajo terdongkrak secara drastis. Hal ini menjadi dorongan tersendiri bagi pemerintah pusat untuk turut andil dalam pengembangan kawasan Labuan Bajo dan sekitarnya.
Baca juga: Keseimbangan antara Konservasi dan Pariwisata di Pulau Komodo
Langkah tersebut diawali melalui penetapan TNK beserta Labuan Bajo sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) pada 2011. Sebagai KSPN, TNK dan Labuan Bajo memiliki posisi strategis dalam pengembangan pariwisata nasional. Sebab, wilayah itu dinilai memiliki potensi besar untuk pariwisata skala nasional dan internasional yang diharapkan dapat menggerakan investasi ke daerah bersangkutan. Selain itu, Labuan Bajo dan TNK sebagai KSPN juga memiliki peran strategis dalam pelestarian budaya dan kekayaan alam.
Pengembangan pariwisata Labuan Bajo semakin gencar ketika pemerintah menetapkannya sebagai salah satu destinasi wisata prioritas Indonesia pada 2015. Program yang dikenal dengan ”10 Bali Baru” itu dijalankan dengan meningkatkan pembangunan dan pemasaran 10 destinasi wisata terpilih, termasuk Labuan Bajo.
Keseriusan untuk memajukan pariwisata Labuan Bajo ditunjukkan dengan membentuk Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) pada 2018. Kemudian, pada 2019, pemerintah kembali meningkatkan skala prioritas pengembangan pariwisata Labuan Bajo melalui penetapan daerah ini sebagai Destinasi Pariwisata Superprioritas.
Hal itu diikuti dengan pembangunan serta perbaikan sarana prasarana di berbagai sudut kota. Bandara Komodo di Labuan Bajo telah diperluas dan diresmikan pada Juli 2022. Besar kemungkinan bandara ini akan diperbesar lagi agar dapat menampung berbagai pesawat dengan beragam ukuran.
Selain itu, pemerintah juga membangun Terminal Multipurpose Wae Kelambu, yaitu Pelabuhan Labuan Bajo yang baru. Pelabuhan ini untuk menggantikan pelabuhan lama yang dekat dengan kawasan wisata. Tujuannya, pelabuhan lama lebih bersih sehingga tidak mengganggu area wisata dan pelabuhan baru dapat menjadi pusat logistik yang lebih besar.
Tidak hanya itu, jalan raya, penyediaan air bersih, hingga manajemen sampah kota diperbaiki. Atraksi wisata juga ditambah. Beberapa di antaranya Puncak Waringin yang merupakan creative hub serta pusat souvenir dan Goa Batu Cermin. Selain itu, kawasan pesisir juga semakin menarik dengan dibangunnya Kawasan Marina yang mengadopsi konsep waterfront city.
Dengan beragam pembangunan itu, Labuan Bajo siap menyambut lebih banyak wisatawan lagi. Sesuai dengan visi BOPLBF, pengembangan Labuan Bajo diharapkan dapat mendatangkan 500.000 wisatawan mancanegara dan menyumbang devisa negara hingga Rp 8 triliun per tahun. Selain itu, Labuan Bajo juga diharapkan dapat menjadi pintu gerbang wisata dunia di NTT.
Hanya saja, ada sedikit anomali kunjungan wisata yang patut diwaspadai jelang akhir tahun 2022 lalu. Data dari BOPLBF menunjukkan mulai Agustus 2022 terjadi tren kunjungan wisata yang terus menurun hingga akhir tahun. Penurunan ini salah satu kemungkinannya karena berkaitan dengan isu kenaikan tarif masuk TNK (Pulau Komodo dan Padar) yang mencapai Rp 3,75 juta per orang.
Baca juga: Menyelamatkan Pariwisata Labuan Bajo
Fenomena tersebut perlu menjadi perhatian bersama para pemangku kebijakan pariwisata baik di level nasional atau pun daerah. Rencana kenaikan tiket masuk yang diberlakukan mulai 1 Januari 2023 itu perlu terus disosialisasikan dengan baik. Terutama dari sisi alasan kenaikan yang berkaitan erat dengan konservasi lingkungan dan ekosistem taman nasional. Bila tidak tersampaikan secara baik kepada para calon wisatawan, bukan tidak mungkin tren kunjungan wisatawan akan menurun.
Di sisi lainnya, kebijakan pemerintah tersebut dapat menjadi peluang positif untuk menawarkan potensi wisata lain di sekitar Labuan Bajo yang tidak kalah menarik dengan Taman Nasional Komodo. Dengan demikian infrastruktur pariwisata yang sudah dibangun di Labuan Bajo dapat termanfaatkan secara optimal. Selain itu, perekonomian daerah setempat juga tetap tumbuh dengan hadirnya wisatawan yang ingin mengunjungi berbagai destinasi wisata yang variatif di kawasan tersebut.
Relatif mahalnya harga tiket masuk TNK diharapkan tidak menyurutkan minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan itu. Pasalnya, ada banyak destinasi wisata yang bisa dikunjungi dengan daya tawar yang tak kalah menarik dengan TNK. (LITBANG KOMPAS)