Analisis Litbang ”Kompas”: Ridwan Kamil Sang Pemecah Kebekuan Politik
”Dunia ini dihuni dan dipenuhi dengan orang-orang baik. Jika kamu tidak bisa menemukannya, maka jadilah salah satunya.”
Kalimat itu ditulis oleh warganet bernama Roby Putra Jaya Buah Indonesia, empat bulan yang lalu, merespons pemberitaan tentang Ridwan Kamil dan anaknya, almarhum Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) yang tenggelam di Sungai Aare, Swiss. Kalimat Roby dapat dibaca sebagai kesimpulan atas pengamatannya, mencermati bagaimana keluarga Ridwan Kamil menghadapi tragedi itu. Ungkapan itu juga seolah menggambarkan keyakinan dari hatinya bahwa dunia ini masih dipenuhi oleh orang-orang yang baik. Dan, Ridwan Kamil menumbuhkan keyakinan itu karena menjadi salah satunya.
Di tengah makin gersangnya kehidupan akan bibit-bibit kebaikan, Ridwan muncul sebagai tokoh yang menjadi kiblat kebaikan. Ketegaran, rasa tanggung jawab, kesolehan, kasih sayang, dan kehangatan dalam keluarga tecermin pada sosok Ridwan dalam menghadapi cobaan kematian anaknya.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Ridwan Kamil memberi contoh kepada masyarakat tentang bagaimana tokoh publik menjadi pemimpin yang harmonis dan hangat dalam keluarga, di tengah kekhawatiran akan hilangnya sifat-sifat tersebut karena perubahan zaman, terutama disrupsi teknologi komunikasi yang menggerus sendi-sendi kehangatan keluarga. Juga, di tengah nuansa kehidupan tokoh politik yang makin teralienasi dari kehidupan keluarga.
”Insya Allah Pak Ridwan Kamil menjadi seorang ayah dan jadi contoh, suri teladan, kebaikan, khusus di keluarga, umumnya masyarakat di Jawa Barat, menyayangi dan mengayomi semua masyarakat yang dicintainya. Amin,” tulis Bapak Sae, warganet lain yang mengungkapkan perasaannya.
Tragedi tenggelamnya Eril di Sungai Aare pada 26 Mei 2022 hingga beberapa saat setelah penemuan jasadnya pada 8 Juni 2022, bagaimanapun, tidak hanya telah memberi inspirasi masyarakat akan makna ketokohan dan keluarga. Lebih dari itu, telah mengubah peta perpolitikan di negeri ini yang mulai jumud. Meskipun Pemilu 2024 masih cukup lama, tokoh-tokoh baru selama ini seakan terkunci di bawah bayang-bayang tiga figur papan atas yang makin melesat.
Telah dua tahun perlombaan menggapai popularitas terkonsentrasi pada tiga tokoh, yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Pengerucutan itu makin lama makin memusat pada mereka bertiga sehingga disparitas elektabilitas tokoh-tokoh papan atas dan papan tengah makin lebar. Potensi keterpilihan tokoh-tokoh di papan tengah semakin lemah, beberapa malah sudah tergelincir ke papan bawah.
Kembali menguatnya Ridwan Kamil sebetulnya sudah mulai tertangkap dalam survei sebelumnya, awal Juni 2022 lalu. Survei yang dilakukan berbarengan waktunya dengan saat musibah yang menimpa keluarga Ridwan itu mendapati peningkatan pada elektabilitas Kang Emil, walaupun belum signifikan. Suara untuknya naik, dari 2,6 persen pada Januari 2022 menjadi 3,4 persen pada Juni 2022.
Perubahan elektabilitas yang cukup signifikan terjadi tiga bulan setelahnya. Sejalan dengan tingkat pengenalan dan kesukaan masyarakat terhadap Ridwan yang makin tinggi, potensi keterpilihannya juga meningkat drastis, lebih dari dua kali lipat angka sebelumnya.
Pada Juni 2022, tingkat pengenalan masyarakat terhadapnya berada di angka 70,4 persen, lalu meningkat menjadi 80,7 persen pada Oktober 2022. Tingkat kesukaan orang terhadapnya pun meningkat dari 62,5 persen menjadi 71,6 persen. Seiring dengan itu, elektabilitasnya menanjak tinggi, mengalami kenaikan sebesar 5,1 persen menjadi 8,5 persen pada Oktober 2022. Peringkat perolehan suara pun naik dari posisi lima menjadi empat, menggeser posisi Sandiaga Uno.
Didukung generasi muda
Ridwan Kamil mampu menyedot perhatian semua kalangan, terutama generasi muda. Generasi yang makin teralienasi dari komunikasi verbal itu seolah menemukan sosok yang dapat menjadi substitusi kehangatan keluarga. Generasi Z (< 26 tahun) yang menjatuhkan pilihan kepada Ridwan pun meningkat lebih dari dua kali lipat.
Kenaikan suara terbesar, sebanyak lima kali lipat, adalah dari generasi Y-Madya (34-41 tahun) yang naik dari 2,2 persen menjadi 10,1 persen. Bagi generasi ini, Ridwan seolah menjadi referensi baru dalam mendidik dan berperilaku terhadap anak dan keluarga.
Ridwan Kamil menjadi satu-satunya tokoh laki-laki di antara figur papan menengah dan atas yang komposisi pemilihnya lebih banyak kaum perempuan daripada laki-laki. Pemilih Ridwan dari kalangan perempuan mencapai 63,1 persen, jauh lebih tinggi dari Prabowo Subianto yang 39,8 persen, Ganjar Pranowo yang 44,8 persen, dan Anies Baswedan yang 47,2 persen.
Kalangan perempuan yang memilih Ridwan juga naik tajam, dari 4,2 persen pada Juni 2022 menjadi 10,8 persen pada Oktober 2022. Dilihat dari komposisi jender pemilih, Ridwan lebih mirip dengan karakteristik pemilih Jokowi menjelang Pemilu 2014 yang juga lebih disukai kalangan perempuan.
Kehangatan yang ditunjukkan Ridwan juga mengisi relung-relung kosong yang selama ini makin hampa dari makna keluarga. Mereka yang hidup mandiri tanpa suami/istri dan yang memutuskan untuk tidak menikah, seolah tersentak oleh arti kelengkapan keluarga yang dihadirkan Ridwan. Suara yang diberikan kepada Ridwan dari kalangan yang tidak menikah meningkat drastis, dari 0 persen menjadi 16,7 persen. Suara dari kalangan janda/duda cerai juga meningkat dari 0 persen menjadi 4,5 persen.
Dukungan terhadap Ridwan Kamil juga menguat pada semua segmen pendidikan dan kelas sosial. Di segmen pemilih berdasarkan pendidikan, kenaikan dukungan tertinggi terjadi pada pemilih berpendidikan dasar yang naik sebesar 5,4 persen dan menengah yang naik sebesar 4,3 persen dari sebelumnya.
Sementara itu, penetrasi Ridwan tampak makin kuat di semua kelas sosial, terlebih pada kelas menengah. Kelompok yang dikenal sebagai pembawa perubahan ini dapat menjadi modal sosial bagi Ridwan untuk memperluas dukungan.
Kemunculan Ridwan menjadi alternatif baru bagi pemeluk agama, khususnya Islam, untuk menetapkan pilihannya. Ridwan menyedot pemilih Islam, baik dari aliran Nahdlatul Ulama (NU) maupun Muhammadiyah. Pada kedua aliran tersebut, kenaikan elektabilitas Ridwan cukup signifikan.
Dari pemilih NU, suara Ridwan naik dari 3,7 persen pada Juni 2022 menjadi 9,6 persen pada Oktober 2022, dan dari kalangan Muhammadiyah dari 1,9 persen menjadi 14,3 persen. Kenaikan dukungan terhadap Ridwan dari kedua aliran itu berimbas pada berkurangnya keterpilihan terhadap Prabowo. Suara untuk Prabowo dari kalangan NU menurun dari 24,4 persen menjadi 18,5 persen, dan dari kalangan Muhammadiyah turun dari 26,4 persen menjadi 10 persen.
Nasionalis dan Islam
Ridwan Kamil merupakan figur yang relatif dapat diterima, baik oleh pemilih dari partai nasionalis maupun partai berbasis massa Islam. Peningkatan elektabilitas Ridwan Kamil ditopang oleh menguatnya suara dari sejumlah partai nasionalis maupun Islam. Pemilih Partai Gerindra, Golkar, Perindo, dan Demokrat kali ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi kenaikan suara Ridwan. Selain itu, pemilih partai berbasis massa Islam seperti PKB, PKS, dan PPP juga berperan mendongkrak suara Ridwan.
Beralihnya sebagian suara pemilih Gerindra kepada Ridwan Kamil cukup berpengaruh pada elektabilitas Prabowo. Pada Juni 2022 lalu, simpatisan Gerindra yang memilih Prabowo masih di angka 56 persen. Namun, pada Oktober 2022 turun menjadi 49,5 persen. Sebaliknya, pemilih partai ini yang menjatuhkan pilihan kepada Ridwan naik dari 0,7 persen menjadi 8,7 persen.
Perubahan dukungan ini tentu sangat berarti bagi peningkatan elektabilitas Ridwan, mengingat Gerindra adalah partai kedua terbesar. Meski demikian, menguatnya dukungan dari Gerindra sebetulnya tidak terlalu mengherankan, karena Ridwan adalah calon yang pernah diusung oleh Gerindra dan PKS dalam Pilkada Wali Kota Bandung tahun 2013. Terlebih, gejala seperti ini juga terjadi pada pemilih PKS yang kali ini memberikan dukungan sebesar 8,1 persen kepada Ridwan, dari yang sebelumnya 0 persen.
Sementara itu, Partai Golkar yang belakangan dekat dengan Ridwan Kamil juga cukup berpengaruh pada kenaikan elektabilitas Ridwan. Dukungan pemilih Golkar kepada Ridwan menguat, dari sebelumnya 4,1 persen menjadi 9,5 persen. Tanda kenaikan ini membuat prospek Ridwan cukup cerah untuk digandeng atau diusung oleh Golkar.
Yang cukup unik adalah dukungan dari pemilih Partai Perindo yang sangat besar, mencapai 24,1 persen. Padahal, sebelumnya tidak ada pemilih partai ini yang tertarik memilih Ridwan. Dukungan dari pemilih Perindo kepada Ridwan bahkan jauh melampaui yang diberikan kepada Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo yang hanya 7,4 persen.
Jika ditelisik lebih jauh, pemilih Perindo yang memberikan suaranya untuk Ridwan adalah kelompok generasi muda, yaitu generasi Z (<26 tahun) dan generasi Y-Muda (26-33 tahun). Sumbangan dari dua kategori kalangan muda Partai Perindo ini mencapai 83,4 persen dari total dukungan pemilih partai tersebut kepada Ridwan.
Suara Jawa Barat
Naiknya elektabilitas Ridwan juga disebabkan oleh beralihnya dukungan dari pemilih Prabowo ke Ridwan di sejumlah wilayah. Dengan kata lain, kehadiran Ridwan menyedot suara pemilih Prabowo. Wilayah-wilayah utama lumbung suara Prabowo, khususnya Jawa Barat, kini mulai tergerus. Sebaliknya, penetrasi kekuatan Ridwan di wilayah-wilayah itu menguat signifikan.
Di Jawa Barat, kini perolehan Prabowo seimbang dengan Ridwan, yaitu 19,7 persen untuk Prabowo berbanding 20,6 persen untuk Ridwan. Tiga bulan lalu, di wilayah ini perolehan Prabowo masih 31,6 persen dan Ridwan 13 persen. Secara umum, suara untuk Ridwan di Pulau Jawa naik 6 persen, dari 4,6 persen menjadi 10,6 persen. Kenaikan suara yang cukup signifikan juga terjadi di gugus Pulau Sumatera, Sulawesi, dan Maluku dan Papua.
Tak hanya di perkotaan, di perdesaan suara Ridwan Kamil juga melonjak drastis. Di perkotaan naik dari 2,9 persen menjadi 6,6 persen, sementara di perdesaan pemilihnya naik dari 3,8 persen menjadi 10,2 persen. Figur penantang baru yang pada umumnya lebih cepat melesat di perkotaan, termentahkan oleh fenomena kemunculan Ridwan.
Baca juga: Ganjar dan Ridwan Surplus Dukungan Pemilih Mula
Liputan masif di televisi tentang Ridwan Kamil dan anaknya sangat mungkin berpengaruh besar pada masyarakat perdesaan yang masih lekat dengan media konvensional. Selain tren kenaikan di perkotaan dan pada pengguna aktif media sosial, suara Ridwan di perdesaan juga melaju kencang.
Ridwan Kamil adalah fenomena tersendiri dalam ajang kontestasi Pemilu 2024. Ia tidak bertarung dengan kekerasan atau politisasi identitas, tetapi membedah kebekuan politik dengan ekspresi kasih sayang. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Ridwan Kamil Mencuri Perhatian Pemilih Muda