Survei Litbang “Kompas”: Ganjar dan Ridwan Surplus Dukungan Pemilih Mula
Setahun terakhir, Ganjar Pranowo dan juga Ridwan Kamil mendapat surplus dukungan pemilih mula. Sebaliknya, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan mengalami defisit dukungan.
Oleh
Bestian Nainggolan
·4 menit baca
Dari segi jumlah, pemilih mula bisa jadi tidak terlalu signifikan besarnya dibandingkan dengan mereka yang sudah punya pengalaman dalam memilih dalam pemilu. Merujuk pada Daftar Pemilih Tetap Pemilu 2019, dari mereka yang berusia 17 tahun diperkirakan sekitar lima juta pemilih, atau hanya sekitar 2,5 persen dari total pemilih saat itu.
Namun, sejatinya para pemilih mula tidak hanya mereka yang berusia 17 tahun saja. Pada saat Pemilu 2019 diselenggarakan, mereka yang berusia di atas 17 tahun hingga berusia 20 atau sebagian 21 tahun masih dapat tergolong sebagai pemilih mula. Pasalnya, pada pemilu sebelumnya mereka belum memenuhi syarat menjadi pemilih. Dengan tambahan rentang usia tersebut, jika dikalkulasi, mereka yang berada pada rentang usia 17-21 tahun diperkirakan berada pada kisaran 10-12 persen.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Dengan proporsi sebesar itu, jika diasumsikan tidak akan banyak berubah proporsinya pada Pemilu 2024, suara pemilih mula tentu saja menjadi semakin penting. Dalam kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kemenangan ataupun kekalahan bisa terjadi lantaran faktor pemilih mula.
Di sisi lain, kehadiran para pemilih mula menarik dicermati. Tidak hanya sebatas persoalan besaran kuantitas mereka, tetapi juga karakteristik kelompok ini faktanya punya pembeda dengan kelompok usia lainnya. Dari sisi konsumsi informasi, misalnya, kecenderungan penggunaan media berbasis media sosial relatif lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
Hasil survei Litbang Kompas periode Oktober 2022 menunjukkan sebanyak tiga perempat bagian (76,2 persen) pemilih mula mengonsumsi media sosial dalam keseharian mereka. Sementara mereka yang sudah berkali-kali punya pengalaman memilih tidak kurang hanya seperempat bagian yang mengonsumsi media sosial.
Pemanfaatan media sosial bagi kalangan pemilih mula pun lebih banyak bertumpu pada konten-konten hiburan ketimbang informasi. Sekalipun mengonsumsi informasi, konten tertuju pada isu konkret keseharian dalam kehidupan masyarakat seperti layanan publik, kemacetan, harga kebutuhan, dan sejenisnya ketimbang pewacanaan nilai, gagasan, dan perdebatan pandangan.
Itulah mengapa karakteristik pemilih mula yang teridentifikasi dalam survei ini cenderung memiliki preferensi yang kurang ideologis. Persoalannya kini, bagaimana dengan ekspresi dan pilihan politik mereka?
Menariknya, hasil survei Oktober 2022 menunjukkan antusiasme pilihan yang tergolong besar dan relatif tidak berbeda dengan kalangan pemilih yang berpengalaman. Jika kepada kalangan ini ditanyakan apakah saat ini sudah ada tokoh yang menjadi rujukan mereka sebagai calon presiden, misalnya, tidak kurang dari 85 persen responden pemilih mula menyatakan sudah memiliki tokoh pilihan. Proporsi tersebut jauh meningkat dibandingkan dengan survei sejenis pada Oktober 2021, di mana baru sekitar 72,5 persen pemilih mula yang memiliki sosok rujukan.
Dari sisi antusiasme yang ditunjukkan, menjadi menarik pula mencermati pilihan-pilihan para pemilih mula pada calon presiden rujukan mereka. Ada puluhan sosok yang menjadi rujukan. Namun, dari berbagai sosok politik yang kerap dirujuk sebagai calon presiden, siapakah yang menjadi pilihan terbanyak kalangan pemilih mula?
Pilihan
Hasil survei Oktober 2022 menunjukkan, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Ridwan Kamil, dan Anies Baswedan empat sosok yang menjadi rujukan terbesar sebagai calon presiden. Hanya saja, di antara keempat sosok tersebut, Ganjar paling tinggi dipilih dan terpaut cukup besar dengan para pesaingnya.
Ganjar kali ini dipilih oleh 38,8 persen responden yang teridentifikasi sebagai pemilih mula. Menyusul kemudian, Prabowo yang dipilih 14 persen responden, Ridwan Kamil sebesar 8,5 persen, dan Anies dengan dukungan sebesar 7,8 persen.
Dari konfigurasi pilihan kalangan pemilih mula sebenarnya tidak banyak berbeda dengan para pemilih lainnya. Akan tetapi, jika dicermati, pada sosok calon presiden seperti Ganjar tampaknya konsentrasi pemilih kalangan mula ini jauh lebih besar dibandingkan dengan para pemilih berpengalaman.
Pada sisi yang berbeda, Anies justru paling sedikit kontribusi pemilih mulanya pada keseluruhan dukungan yang ia dapatkan. Bahkan, di kalangan pemilih mula, proporsi dukungan pada Anies lebih rendah ketimbang Ridwan Kamil.
Perbedaan konsentrasi dukungan semacam ini menunjukkan perbedaan segmen dukungan pada masing-masing calon presiden yang menjadi rujukan. Dalam hal ini pilihan pada Ganjar lebih banyak ditopang para pemilih mula.
Sebaliknya, pada Prabowo dan Anies lebih banyak konsentrasi dukungan dari kalangan yang berpengalaman, baik yang baru sekali memilih maupun lebih dalam pemilu. Namun, kondisi yang terjadi pada Ganjar, Prabowo, dan Anies tidak terjadi pada Ridwan Kamil lantaran dukungan padanya relatif merata pada pemilih mula atau yang sudah berpengalaman memilih.
Dari segenap perbedaan yang ditampilkan, menjadi pertanyaan apakah besaran dukungan semacam itu sudah terbentuk sejak semula pada setiap tokoh yang direlasikan dengan karakteristik calon presiden yang mereka pilih?
Pergeseran
Mencermati perubahan dukungan pada Ganjar, tampaknya tidak demikian. Merujuk pada hasil survei setahun terakhir, tampaknya bagi Ganjar surplus dukungan baru terjadi pada survei terakhir, periode Oktober ini. Pada survei tahun lalu, Oktober 2021, dukungan para pemilih mula sebagian besar justru terkonsentrasi pada Prabowo.
Prabowo yang sempat memuncaki dukungan dari kalangan pemilih mula ini mulai memudar pada survei berikutnya. Pada bulan Juni, misalnya, penurunan signifikan terjadi, dari sebelumnya didukung oleh 29,2 persen pemilih mula, menjadi 16,7 persen. Survei terakhir, kembali turun, dan tersisa 14 persen pendukung kaum pemula.
Pengalaman susutnya dukungan juga terjadi pada Anies. Setahun yang lalu, masih tercatat sebanyak 13,2 persen dukungan kaum pemilih mula. Akan tetapi, berjalannya waktu proporsi dukungan kaum ini menjadi susut. Survei kali ini tersisa 7,8 persen saja.
Penurunan dukungan kaum pemilih mula pada Prabowo dan Anies menjadi problem yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Pasalnya, gejala penurunan sudah terjadi pada dua survei berturut yang sekaligus menunjukkan semakin kurang populernya kedua tokoh tersebut pada kalangan ini. Jika memang kalangan pemilih mula menjadi prioritas bagi kedua sosok calon presiden ini, perhatian dan strategi baru penguasaan politik kaum pemilih mula harus dilakukan. (LITBANG KOMPAS)