Betulkah sosok-sosok capres sudah cukup aman dengan elektabilitasnya saat ini? Simulasi Litbang “Kompas” mencoba melihat peluang yang mungkin terjadi pada tiga sosok capres.
Oleh
BAMBANG SETIAWAN
·3 menit baca
Dalam Pemilihan Presiden 2024, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh sedikitnya 20 persen kursi DPR atau sedikitnya 25 persen suara nasional pada pemilu sebelumnya. Dengan skema itu dan berdasarkan pada sebaran perolehan kursi yang terjadi pada Pemilu 2019, maksimal dapat terbentuk empat pasang kandidat presiden untuk Pemilu 2024.
Seandainya PDI-P mencalonkan tanpa koalisi, maka sisa kursi dapat membentuk tiga pasang calon lainnya. Merujuk pada kecenderungan arah koalisi yang mulai terbentuk, meskipun masih sangat cair, calon-calon lain bisa muncul dari hasil koalisi Gerindra dan PKB (Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya); koalisi Golkar, PAN, dan PPP (Koalisi Indonesia Bersatu); serta koalisi Nasdem, PKS, dan Demokrat. Walaupun demikian, hingga saat ini belum dapat dipastikan berapa jumlah pasangan calon yang akan tampil dalam Pemilihan Presiden 2024.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Nama-nama tokoh yang diunggulkan masyarakat untuk pencalonan presiden cenderung mengerucut pada tiga sosok, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dan, sejauh ini baru Prabowo dan Anies yang sudah mendeklarasikan diri untuk maju dalam pencalonan presiden. Sementara Ganjar, salah satu calon yang diunggulkan, meskipun telah memberikan sinyal bersedia dicalonkan, masih menunggu restu dari ketua umum partainya.
Proses pencalonan presiden memang masih sangat cair, tetapi bukan tidak mungkin ketiga nama tersebut akan saling berhadapan dalam kontestasi pemilu. Peluang Ganjar, Prabowo, dan Anies ketika saling berhadapan terpetakan dalam survei Litbang Kompas terbaru yang dilaksanakan pada 24 September-7 Oktober 2022.
Jika hanya terdapat dua pasang calon yang saling berhadapan, bagaimana peluang keterpilihan Ganjar, Prabowo, dan Anies?
Simulasi yang dilakukan lewat survei menunjukkan Ganjar akan memenangi kompetisi perolehan suara jika berhadapan langsung dengan Prabowo. Namun, jika berhadapan dengan Anies, suaranya masih mungkin berimbang. Tren menguatnya Anies cukup membuat perubahan konstelasi.
Jika hanya berhadapan dengan Prabowo, Ganjar akan mendapatkan sekitar 52,9 persen suara, sedangkan Prabowo 47,1 persen. Meskipun selisihnya tipis, perbedaan suaranya cukup signifikan, yaitu di atas margin of error penelitian ini sebesar ±2,8 persen. Perolehan Ganjar kali ini sekaligus membalikkan posisi kekalahannya dari Prabowo pada dua kali survei sebelumnya. Pada Januari 2022, Ganjar kalah dari Prabowo dengan selisih 4,4 persen. Selisih kekalahan itu menjadi semakin tipis (2,2 persen) pada Juni 2022. Hingga, akhirnya Ganjar unggul dengan selisih 5,8 persen pada saat ini.
Perolehan suara Ganjar juga tampak masih lebih unggul jika hanya berhadapan dengan Anies. Ganjar akan mendapatkan 52,8 persen suara, sementara Anies 47,2 persen. Namun, dengan selisih yang hanya 5,6 persen, elektabilitas Ganjar belum aman karena sangat mungkin perolehan sebenarnya di tingkat populasi berimpitan di angka 50 persen (dengan margin kesalahan sampling yang 2,8 persen). Anies berhasil mempersempit jarak kekalahannya dari Ganjar dalam tiga bulan terakhir. Pada Juni 2022, selisih keterpilihan mereka masih 7,6 persen.
Anies juga makin mempersempit jarak kekalahannya dari Prabowo. Secara gradual, selisih elektabilitas Anies dengan Prabowo makin dekat. Jika pada Januari Anies memperoleh 38,9 persen sedangkan Prabowo 61,1 persen, maka jarak kekalahan yang mencapai 22,2 persen itu berhasil dipersempit menjadi 13,6 persen pada Juni 2022. Sekarang, dengan selisih hanya 4,2 persen dari Prabowo, sulit untuk mengatakan bahwa Prabowo masih unggul dari Anies dalam pertarungan head to head keduanya.
Modal dukungan
Calon pemilih dalam pemilu mendatang yang pada Pemilu 2019 memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin cukup solid memberikan dukungan suara untuk Ganjar. Suara yang diberikan kepada Ganjar mencapai 68,4 persen jika hanya berhadapan dengan Anies dalam kontestasi pemilu.
Sebaliknya, dukungan dari pemilih yang pada pemilu lalu memilih pasangan Prabowo-Sandiaga Uno, kepada Anies lebih solid lagi, mencapai 75,1 persen. Meski demikian, Ganjar diuntungkan oleh dukungan dari kelompok yang saat pemilu lalu belum memberikan suaranya dan yang golput. Sebesar 63,8 persen dari kelompok itu memberikan suara untuk Ganjar.
Suara yang diberikan dari pemilih Jokowi kepada Ganjar juga memiliki proporsi yang relatif sama jika Ganjar hanya berhadapan dengan Prabowo, yaitu 69,4 persen. Sementara suara yang diberikan mantan pemilih Prabowo-Sandiaga kepada Prabowo saat ini mencapai 73,4 persen.
Sementara itu, kontestasi Prabowo melawan Anies memiliki keunikan tersendiri karena bermain di ceruk yang sama. Kontestasi Prabowo dan Anies akan membelah suara pemilih Jokowi dalam proporsi yang hampir berimbang, bahkan tidak berbeda secara signifikan. Prabowo 51,2 persen dan Anies 48,8 persen.
Pun demikian suara dari pemilih Prabowo-Sandiaga, terbelah dalam proporsi yang mirip dengan pemilih Jokowi, 51,2 persen mendukung Prabowo berbanding 48,8 persen memilih Anies. Namun, sejauh ini elektabilitas Prabowo diuntungkan oleh pemilih yang saat pemilu lalu belum menentukan pilihannya atau golput, yang condong ke arah Prabowo.
Golput
Pemilihan presiden dengan hanya menyandingkan dua pasangan dapat berpengaruh pada penggunaan hak suara, terlebih jika ada kelompok besar calon pemilih yang merasa tidak terwakili oleh kandidat yang ada. Gambaran ini terlihat dari simulasi berhadap-hadapan antara Ganjar, Prabowo, dan Anies.
Jika yang maju hanya dua kandidat, yaitu Ganjar dan Prabowo, potensi golput dalam pemilu bisa berada di kisaran 8,9-14,5 persen. Potensi itu membesar menjadi 10,9-16,5 persen jika yang maju hanya Ganjar dan Anies. Potensi golput terbesar adalah jika hanya ada Prabowo dan Anies dalam kontestasi pemilu, yaitu 12,2-17,8 persen.
Pemilih Jokowi dalam Pemilu 2019 adalah kelompok yang paling rentan untuk golput jika yang maju hanya Prabowo dan Anies. Besarannya diprediksi mencapai angka 15,8-21,4 persen. Sementara pada kelompok yang pada pemilu lalu sudah golput atau belum memberikan suaranya, sebanyak seperempatnya juga mungkin tidak akan menggunakan hak suaranya. (LITBANG KOMPAS)