Sorotan Tragedi Kanjuruhan dari Surat Kabar Dunia
Setidaknya ada 43 koran dari 22 negara memberitakan Tragedi Kanjuruhan. Secara umum, media tersebut mewartakan jumlah korban, kronologi petaka, dan tembakan gas air mata kepolisian dalam upaya mengendalikan massa.
Tragedi Kanjuruhan yang menelan 130 korban jiwa menjadi sorotan koran-koran luar negeri. Lewat berita yang ditampilkan, dunia menyampaikan duka yang mendalam kepada para korban sekaligus menyampaikan kritik perbaikan terhadap sepak bola Indonesia.
Sorotan dunia terhadap Tragedi Kanjuruhan terlihat dari pemberitaan koran-koran dunia. Untuk melihat sejauh mana sorotan pemberitaan surat kabar dunia, Litbang Kompas mencermati halaman depan koran-koran dunia yang ada di laman Freedom Forum.
Total ada 43 koran dari 22 negara yang ikut memuat berita terkait Tragedi Kanjuruhan pada edisi 3 Oktober 2022. Koran-koran tersebut tersebar mulai dari kawasan Asia hingga Amerika. Di Asia Tenggara terdapat koran New Straits Times dan juga surat kabar berbahasa Mandarin yang terbit di Singapura, yaitu Lianhe Zaobao.
Masih dari kawasan Asia terdapat koran The New Indian Express serta koran China Daily. Selanjutnya surat kabar di kawasan Teluk, seperti Kuwait Times (Kuwait) dan Gulf News, serta The National yang terbit di Uni Emirat Arab, juga turut mengabarkan tragedi yang terjadi di Kabupaten Malang tersebut.
Surat kabar di kawasan Eropa juga ikut mewartakan berita duka ini. Dari Belanda terdapat surat kabar Algemeen Dagblad dan Het Parool. Keduanya memasang foto suasana Kanjuruhan sebesar setengah halaman pada lembar muka koran.
Surat kabar terbitan Austria yang berbahasa Jerman, Kurier, juga melakukan hal serupa dengan dua koran dari Belanda dengan memasang foto berukuran besar di halaman muka. Tidak ketinggalan pula koran terbitan Irlandia (The Irish Time) dan dari Afrika Selatan (Cape Times dan The Mercury).
Setiap surat kabar memberikan ruang dan porsi yang beragam terkait pemberitaan Tragedi Kanjuruhan. Porsi perhatian paling besar tampak dari pemasangan foto dan pemuatan berita pada halaman pertama. Kemudian ada yang hanya memasang foto lengkap dengan keterangan di bawah foto.
Ada juga yang memberitakan peristiwa kelam tersebut di halaman bagian dalam koran. Mayoritas surat kabar yang memuat berita Kanjuruhan pada halaman depan mereka menyajikan secara lengkap, yaitu terdapat foto dan beritanya.
Secara garis besar, surat kabar dari beberapa negara yang memberitakan Tragedi Kanjuruhan mewartakan jumlah korban dan kronologi singkat terjadinya petaka tersebut. Poin yang selalu muncul dan ditekankan pada setiap surat kabar ialah momen kunci ketika polisi menembakkan gas air mata dalam upaya mengendalikan massa.
Selain itu, dibahas juga instruksi Presiden Joko Widodo untuk segera menyelidiki tragedi yang terjadi pada perhelatan Liga 1 tersebut.
Baca juga: Aremania dan Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang
Gas air mata
Beberapa surat kabar bahkan membandingkan antara aturan FIFA terkait pengamanan dan pengendalian massa di stadion sepak bola dengan rentetan peristiwa di Kanjuruhan. Hal ini untuk membahas penggunaan gas air mata pada penonton yang di dalam aturan FIFA terdapat larangan penggunaan gas pengendali massa (crowd control gas).
Salah satu yang mengulas poin ini ialah koran The Wall Street Journal. Dalam beritanya, Wall Street menuliskan polisi menembakkan gas air mata untuk mengendalikan penonton. Wall Street juga menggunakan diksi stampede atau menyerbu untuk tindakan polisi tersebut pada judul beritanya.
Dari sekian surat kabar internasional, The New York Times memiliki kedalaman tersendiri. Koran yang berbasis di New York, Amerika Serikat, itu menyajikan berita dengan menyertakan banyak kesaksian dan keterangan dari individu yang berada di lokasi kejadian dan mengalaminya secara langsung. Hal itu berbeda dengan kebanyakan koran luar negeri yang menyadur dari sumber agensi atau kantor berita.
Melalui tuturan langsung orang yang berada di lokasi, berita dari The New York Times lebih dapat menggambarkan peristiwa secara rinci dari perspektif korban. Dengan demikian, gambaran yang lebih mendekati fakta peristiwa Tragedi Kanjuruhan tersaji kepada pembaca di seluruh dunia.
Melalui publikasi surat kabar asing dari beberapa negara tersebut secara umum menggaungkan satu suara, yaitu menyebutkan bahwa peristiwa Kanjuruhan merupakan tragedi kemanusiaan karena mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka.
Baca juga: Hujan Duka hingga Buzzer Polisi dalam Tragedi Kanjuruhan
Peristiwa Kanjuruhan juga merupakan pengulangan dari peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya di beberapa tempat. Walau tidak sama persis kejadiannya, pengunaan gas air mata pada massa penonton sepak bola pernah terjadi di Peru dan menelan korban jiwa 328 orang.
Kerusuhan dipicu oleh keputusan wasit yang menganulir gol tim tuan rumah ke gawang lawannya, yaitu Argentina. Massa pendukung tim nasional Peru mengamuk dan merangsek ke lapangan. Sebagian besar korban tewas karena mengalami sesak napas.
Setelah tragedi di Peru pada 1964, pertandingan sepak bola yang menelan banyak korban terjadi di Ghana. Pada 9 Mei 2001 dilangsungkan pertandingan antarklub sepak bola lokal. Pendukung dari salah satu tim merasa tidak puas dengan hasil pertandingan dan mulai mengamuk.
Petugas keamanan bereaksi dengan melepaskan gas air mata saat terjadi kerusuhan. Akibatnya, penonton panik dan berdesak-desakkan berupaya melarikan diri. Akibat gas air mata dan kepanikan massa itu, jatuh korban jiwa hingga sebanyak 126 orang.
Jangan terulang
Berkaca pada peristiwa-peristiwa sebelumnya, Tragedi Kanjuruhan merupakan yang paling mematikan di urutan kedua di dunia dengan korban sebanyak 130 jiwa. Sorotan dunia yang diwakili oleh pemuatan berita tragedi di 43 koran dari 22 negara tersebut menjadi alarm bagi tata kelola sepak bola nasional.
Pelanggaran prosedur pengamanan berupa penggunaan gas air mata dan atribut yang represif sudah menjadi noda hitam sepak bola nasional. Peristiwa semacam ini harus diupayakan tidak terulang lagi di masa-masa mendatang.
Pembenahan mulai dari pihak penyelenggara hingga mengedukasi para pendukung untuk berperilaku tertib dalam kerumunan massa perlu dilakukan.
Ketentuan FIFA terkait pengamanan penonton pertandingan menjamin keselamatan penonton dengan sejumlah aturan. Selain larangan menggunakan senjata api serta gas air mata, jumlah penjaga keamanan yang bertugas harus diupayakan agar disesuaikan dengan tingkat risiko yang dihadapi.
Baca juga: Polri Temukan Kesalahan Bertumpuk di Tragedi Kanjuruhan
Keputusan meletakkan berita di halaman pertama sebuah surat kabar adalah panggung yang istimewa. Dalam konteks ini ada dua hal yang dapat dipetik dari Tragedi Kanjuruhan.
Pertama, dari aspek solidaritas. Sorotan pemberitaan dunia terhadap tragedi kemanusiaan di Kanjuruhan menjadi bentuk ucapan duka dan solidaritas warga dunia kepada para korban.
Kedua ialah kritik terhadap manajemen sepak bola nasional. Perhatian koran-koran dunia merupakan bentuk kritik yang berat bagi penyelenggara sepak bola Indonesia.
Pemerintah Indonesia, terutama pihak-pihak terkait dengan sepak bola nasional, perlu segera melakukan evaluasi dan pembenahan manajemen sepak bola nasional untuk mencegah terulangnya kembali Tragedi Kanjuruhan.
Pada akhirnya, pemberitaan Tragedi Kanjuruhan oleh koran dari seluruh dunia menjadi simbol perhatian terhadap kemanusiaan yang universal. Olahraga yang diselenggarakan untuk menyatukan segala elemen masyarakat dan menciptakan kegembiraan harus dijaga agar tidak mendatangkan petaka dan duka. (LITBANG KOMPAS)