Analisis Litbang ”Kompas”: Citra dan Prestasi TNI Dibayangi Pelanggaran Personelnya
Di usia yang ke-77, TNI masih perlu berbenah dari dalam. Masih ada sejumlah pelanggaran dan tindak kriminal dilakukan oleh personel militer yang menurunkan citra TNI di mata publik.
Oleh
Yohanes Mega Hendarto
·7 menit baca
Hari ulang tahun ke-77 Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih dibayangi sejumlah pelanggaran yang dilakukan beberapa personel militer. Secara tidak langsung, tindakan tersebut akan mempengaruhi citra lembaga di mata masyarakat. Padahal, wajah TNI di mata dunia dipandang cukup tinggi.
Dinamika citra lembaga TNI tersebut dapat dilihat melalui hasil hasil survei tatap muka Litbang Kompas yang dilakukan secara periodik di 34 provinsi. Pada kurun Januari 2015 - Januari 2022, persepsi publik terhadap kinerja TNI dinilai relatif sudah sangat baik, yakni dengan rata-rata tingkat kepuasan mencapai kisaran 90 persen untuk tiap periode survei. Bahkan, pada April 2021, citra TNI mendapat kepuasan tertinggi hingga sebesar 95,5 persen. Kala itu, TNI dinilai “sangat baik” oleh masyarakat salah satunya karena keterlibatan aktif dan sigap dalam menangani pandemi Covid-19.
Sayangnya, citra penilaian yang cenderung selalu baik dan relatif tinggi itu, tiba-tiba menurun dan menjadi yang terendah pada medio tahun ini. Pada survei Juni 2022, citra penilaian terhadap TNI mendapat angka 84 persen atau turun 7,2 persen dari riset sebelumnya.
Citra TNI yang turun tersebut tentu tidak dapat dilepaskan dari penilaian kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah di bidang politik dan keamanan (polkam). Hasil survei Juni 2022 menunjukkan, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah di bidang polkam berada di angka 73,1 persen. Perolehan tersebut turun 4,5 persen dibandingkan hasil survei Januari 2022, yakni 77,6 persen.
Secara garis besar, hasil ini mengindikasikan bahwa pemerintah dan lembaga keamanan belum dapat sepenuhnya mengendalikan persoalan polkam di masyarakat. Adapun aspek dalam penilaian itu adalah seputar pengendalian konflik-separatisme, menjamin kebebasan berpendapat, menjamin rasa aman, dan membuka partisipasi masyarakat. Apalagi di awal tahun, sempat terjadi kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng yang memicu aksi demonstrasi.
Kendati demikian, merujuk laporan Global Firepower 2022, kekuatan militer Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata. Dari 142 negara yang dinilai, Indonesia mendapat peringkat ke-15 untuk seluruh penilaian, mulai dari tenaga personel, alat utama sistem senjata (alutsista), hingga potensi SDA. Saat ini, untuk peringkat pertama kekuatan militer dunia masih dipegang Amerika Serikat.
Di tingkat regional Asia, Indonesia menempati posisi ke-9 dari 45 negara. Sementara itu, di Asia Tenggara, militer Indonesia menduduki peringkat teratas. Pemeringkatan ini diperbarui tiap tahun oleh Global Firepower (GFP) sejak 2016.
Pengakuan terhadap TNI juga datang dari berbagai pihak luar melalui sejumlah penghargaan yang diberikan. Misalnya, pada 26 Oktober 2021, Panglima TNI saat itu, Marsekal Hadi Tjahjanto menerima Penghargaan Kehormatan Order of Australia (Divisi Militer) dari Australia yang diwakili oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams. Penghargaan ini adalah wujud pengakuan atas tekad dan komitmen yang luar biasa terhadap hubungan pertahanan bilateral, koordinasi, dan kolaborasi angkatan bersenjata Indonesia dan Australia.
Citra TNI yang baik juga tidak terlepas dari peran para anggotanya yang menorehkan prestasi. Di 24 Agustus 2022 kemarin, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman menerima penghargaan “Combat Kagitingan Badge” dari Panglima Angkatan Darat Filipina, Letnan Jenderal Romeo S. Brawner Jr. Tanda kehormatan ini diberikan atas jasa KSAD dalam penugasan pasukan PBB yang pernah dilaksanakan di Filipina pada tahun 1996 selama kurun waktu lebih dari satu tahun.
Pelanggaran anggota
Seperti halnya lembaga negara lainnya, kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan anggota militer juga dapat berimbas pada penurunan citra lembaga TNI di mata masyarakat. Adanya sejumlah kasus yang melibatkan peran anggota TNI bisa menjadi faktor buruknya citra TNI di akar rumput. Setidaknya terdapat beberapa kasus yang dilakukan anggota TNI dan dapat mencoreng muka lembaga pertahanan ini.
Pertama, kasus personel TNI yang menabrak sepasang pengendara sepeda motor di kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan membuang korban kecelakaan itu di Sungai Serayu, Jawa Tengah. Kasus yang terjadi pada Desember 2021 itu relatif menyita perhatian publik karena melibatkan sejumlah anggota TNI dan dinilai cukup sadis dengan membuang salah satu korban dalam kondisi hidup di sungai. Pada Juni 2022, Majelis Hakim Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta menjatuhi vonis seumur hidup dan dipecat dari kesatuan TNI kepada salah satu perwira menengah yang menjadi otak pelaku kejahatan itu.
Kedua, seorang prajurit TNI yang bertugas di Papua dilaporkan membelot dan bergabung dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di daerah Intan Jaya. Prajurit tersebut dilaporkan meninggalkan tugas pengamanan pada April lalu dan sudah dinyatakan dipecat dari TNI serta dicap sebagai pengkhianat negara.
Ketiga, masih berkaitan dengan KKB, pada Juni 2022, seorang prajurit TNI dilaporkan telah menjual amunisi peluru kepada kelompok separatis di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua. Hal ini merupakan pelanggaran berat yang dilakukan oleh seorang prajurit TNI di daerah penugasan. Alih-alih menumpas gerombolan KKB, yang ada justru memperkaya diri sendiri dengan menjual amunisi milik TNI kepada pihak KKB.
Sejumlah kasus itu kemungkinan besar turut andil dalam menurunkan citra TNI di mata masyarakat pada survei medio 2022 lalu. TNI yang selama ini lekat dengan citra pertahanan dan melindungi masyarakat, ternyata sebagian oknumnya berperilaku sebaliknya sehingga merugikan citra institusi militer tersebut. Oleh sebab itu, pembenahan internal di tubuh TNI harus segera dilakukan mulai dari level prajurit hingga perwira. Pasalnya, hingga saat ini masih dijumpai beberapa kasus yang melibatkan oknum TNI yang potensial mereduksi penilaian positif institusi militer itu.
Di antaranya, 13 prajurit Batalyon Infanteri Mekanis Raider 411/Pandawa, Kostrad, terlibat dalam kasus dugaan penganiayaan terhadap warga sipil di Salatiga, Jawa Tengah. Aksi tersebut menelan lima korban, satu korban telah meninggal dunia dan empat korban lainnya dirawat di rumah sakit. Ada pula kasus lainnya, yakni seorang anggota TNI berpangkat Kapten terlihat menodongkan senjata api ke arah pengemudi mobil di ruas jalan tol Jagorawi arah Jakarta. Aksi tersebut terekam kamera pengguna jalan lainnya yang kemudian menjadi viral di media sosial. Kedua kasus yang terjadi pada September lalu itu kian melengkapi kasus keterlibatan oknum TNI dalam berbagai pelanggaran kriminal lainnya.
Misalnya saja, kasus mutilasi disertai perampokan di Mimika, Papua pada 22 Agustus 2022. Dalam kasus tersebut, enam anggota TNI dari Brigade Infanteri Raider 20 disebut terlibat dan menjadi tersangka. Ada lagi kasus penembakan istri TNI di Semarang Jawa Tengah pada Juli lalu yang ternyata didalangi oleh suaminya sendiri dengan motif perselingkungan.
Serangkaian kasus kejahatan, pelanggaran kriminal, dan juga pengkhianatan dalam tubuh TNI tersebut patut menjadi perhatian bersama. Para pemangku kebijakan dan juga pihak TNI harus berbenah dan juga mengevaluasi kembali secara menyeluruh agar nilai-nilai Sapta Marga yang tertanam pada personel TNI dapat dijalankan seutuhnya.
Berbenah dari dalam
Deretan kasus yang dilakukan para anggota TNI secara tidak langsung menunjukkan perlunya evaluasi dan perubahan internal tubuh lembaga. Alih-alih menunjukkan sikap tegas demi melindungi warga sipil, para anggota TNI kadang kala menunjukkan arogansi yang membuat masyarakat merasa terancam dan ketakutan. Perspektif ini perlu diubah demi mewujudkan prajurit TNI yang profesional dan adaptif terhadap kondisi di masyarakat.
Persoalan internal TNI lainnya juga tampak dalam hal kesejahteraan. Dalam upacara HUT TNI AL di Jakarta, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menyinggung soal kesejahteraan prajurit di HUT ke-77 TNI AL. Perhatian tersebut diwujudkan dengan rencana perumahan untuk prajurit dan tunjangan bagi prajurit yang berlayar di kapal perang. Harapannya dengan aspek kesejahteraan yang terpenuhi, para anggota dapat sepenuhnya fokus pada penugasan tanpa harus memikirkan kebutuhan hidup.
Apalagi, permasalahan kedaulatan dan keamanan negara mendapat sejumlah tantangan akhir-akhir ini. Ketegangan di perbatasan Laut Natuna Utara antara kapal asing dan lokal masih belum mereda hingga kini. Terakhir pada 8 September 2022, empat nelayan dicegat dicegat kapal Penjaga Pantai China.
Untuk menghadapi permasalahan eksternal, pertama-tama perlu dibenahi dahulu persoalan internal. Citra TNI di mata dunia memang tidak perlu diragukan dan dapat menjadi modal berharga di peringatan HUT ke-77 TNI. Kini TNI masih perlu terus menerus melakukan pembenahan dari dalam, khususnya membina para anggota dan menegakkan prinsip profesionalisme. Bukan demi citra lembaga, pertama-tama demi pengabdian tiga matra dalam satu jiwa, tekad, dan semangat perjuangan TNI. Selamat HUT ke-77 TNI. (LITBANG KOMPAS)