Jajak Pendapat Litbang ”Kompas”: Misi Perdamaian Presiden Jokowi Diapresiasi Publik
Misi perdamaian Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia diapresiasi publik. Lawatan ini dinilai berkontribusi dalam upaya resolusi konflik kedua negara dan meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia.
Oleh
Rangga Eka Sakti
·5 menit baca
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/LAILY RACHEV
Pertemuan antara Presiden RI Jokowi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Istana Maryinsky, Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022) siang waktu setempat.
Lawatan perdamaian yang dilakukan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia menuai apresiasi dari publik. Kunjungan ini dinilai dapat berkontribusi dalam upaya penyelesaian konflik kedua negara. Misi perdamaian ini juga dianggap bisa meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia.
Konflik antara Rusia dan Ukraina menjadi salah satu peristiwa internasional yang paling krusial setidaknya selama satu dekade terakhir. Berada cukup jauh dari titik konflik tak membuat Indonesia bisa terlepas dari dampak negatif perang kedua negara tersebut.
Sebab, bukan hanya oleh negara-negara Eropa, dampak dari konflik ini telah dirasakan oleh nyaris tiap negara di dunia. Dampak dari perang kedua negara tersebut paling terasa di sektor perekonomian seiring dengan terganggunya rantai pasok dunia.
Tekanan ekonomi ini salah satunya dapat terlihat dari tingkat inflasi yang melejit di sebagian negara dan kawasan. Per Mei, tingkat inflasi year on year (y-o-y) di negara anggota OECD telah mencapai 9,6 persen. Angka tersebut merupakan peningkatan sebesar 2,4 persen semenjak Januari 2022.
Selama lima bulan awal 2022, tingkat inflasi di negara anggota OECD ini mengalami peningkatan paling tajam di bulan Maret, tak lama setelah invasi Rusia di Ukraina dimulai. Pola serupa juga terlihat di beberapa organisasi seperti G7 dengan tingkat inflasi sebesar 7,5 persen, serta Uni Eropa dan G20 yang inflasinya mencapai 8,8 persen. Di Indonesia sendiri, tingkat inflasi sudah naik lebih dari dua kali lipat hingga Juni 2022.
Sebagai upaya untuk meredam perang, Presiden Joko Widodo melaksanakan kunjungan perdamaian ke Jerman, Polandia, Ukraina, dan Rusia. Selain itu, bertujuan untuk turut berkontribusi meredam perang antara Rusia dan Ukraina,
Presiden juga bertemu dengan pimpinan negara G-7 dan mitra G-7 untuk membahas berbagai peluang kerja sama. Kunjungan ini dilaksanakan selama enam hari dari Minggu (26/6/2022) hingga Jumat (1/7/2022).
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN - LAILY RACHEV
Presiden RI Joko Widodo bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Rusia, Kamis (30/6/2022).
Meski terkesan dilakukan secara tiba-tiba, kunjungan perdamaian Presiden Joko Widodo kali ini memang mendapatkan atensi yang cukup tinggi dari masyarakat. Hal ini tecermin dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas yang dilaksanakan akhir Juni 2022. Berdasarkan survei tersebut, setidaknya 66 persen dari responden mengaku mengetahui adanya lawatan perdamaian yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia.
Tingginya atensi ini pun diimbangi oleh persetujuan oleh publik. Hasil jajak pendapat Litbang Kompas juga menunjukkan, sebanyak 74 persen responden menyetujui misi presiden untuk melakukan lawatan perdamaian. Bahkan, lebih dari seperlima dari mereka menyatakan sangat setuju dengan agenda tersebut. Artinya, keputusan Presiden Joko Widodo untuk melakukan lawatan lalu dianggap tepat.
Respons positif dari publik ini sejalan dengan keyakinan terkait dengan keberhasilan agenda tersebut. Sebagian besar dari responden mengaku percaya lawatan Presiden Joko Widodo lalu dapat memberikan dampak positif dalam upaya penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina. Sementara, hanya sekitar seperempat dari publik yang berkata sebaliknya.
Selain turut berkontribusi dalam mendorong perdamaian, kunjungan Presiden ke dua negara tersebut juga dilihat dapat meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia. Hasil jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan, lebih dari 70 persen responden berkata demikian. Bahkan, tak sampai seperempat dari mereka yang memiliki pendapat berbeda.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN - LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo dan Nyonya Iriana saat meninjau kompleks Apartemen Irpin di kota Irpin, Ukraina, Rabu (29/6/2022).
Tentu, upaya yang dilakukan Presiden Joko Widodo tidak akan menghasilkan sesuatu yang dramatis dalam waktu singkat. Selayaknya pohon perdamaian tak mungkin berbuah secara instan. Pohon ini harus ditanam, dipupuk, dan dirawat melalui dialog dan jalur-jalur diplomasi lain. Naif apabila mengharapkan kunjungan perdamaian akan langsung berbuah resolusi konflik.
Tak heran, hal inilah yang mendapat penekanan oleh presiden ketika melakukan lawatan. Alih-alih tergesa-gesa meminta Rusia segera menarik pasukan, yang tentunya sulit untuk dikabulkan, Indonesia berfokus pada isu krusial dengan lingkup yang lebih kecil. Salah satu contohnya ialah berupaya untuk meminta Rusia untuk tidak menutup jalur dagang, termasuk lewat jalur laut, agar rantai pasok global segera membaik.
Walau mungkin di atas kertas hasil dari agenda ini belum bisa dibilang signifikan, keinginan politik Indonesia untuk mencairkan ketegangan dan membuka peluang dialog di tengah berbagai risiko patut untuk diapresiasi.
Terlebih lagi, Indonesia kini tengah memiliki momentum presidensi G20. Artinya, selain perdamaian kedua negara yang berseteru akan berdampak langsung dengan perekonomian dunia, Indonesia juga memiliki gelanggang yang dapat digunakan oleh Rusia dan Ukraina untuk membuka dialog.
Lawatan Presiden Jokowi lalu juga dapat dilihat sebagai upaya pemenuhan konstitusi negara yakni untuk turut serta menciptakan perdamaian dunia. Tak hanya itu, misi ini juga meneruskan tradisi Indonesia yang terus berupaya berkontribusi dalam upaya perdamaian di berbagai konflik.
Sepanjang sejarah, Indonesia memang telah beberapa kali turut terlibat dalam upaya resolusi konflik, termasuk konflik Israel dan Palestina yang hingga kini masih berlangsung.
Selain membawa misi perdamaian, kunjungan kerja Presiden Joko Widodo kali ini juga kental dengan nuansa diplomasi ekonomi. Sebelum bertolak ke Ukraina dan Rusia, presiden sempat mengikuti pertemuan dengan negara anggota dan negara mitra G7.
Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh presiden untuk membahas berbagai peluang kerja sama dengan pimpinan negara-negara yang hadir.
Beberapa pembahasan yang disampaikan oleh presiden, di antaranya bersama dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Keduanya melakukan pembicaraan terkait dengan upaya penguatan kerja sama bilateral di bidang ekonomi, pertahanan, dan industri strategis.
Selanjutnya, presiden juga bertemu dengan PM India Narendra Modi yang membahas penguatan kerja sama di bidang pangan.
ISTANA KEPRESIDENAN/AGUS SUPARTO
Presiden Jokowi dan Nyonya Iriana menyerahkan bantuan medis secara simbolis kepada Rumah Sakit Ukrainian Center of Endocrine Surgery, Endocrine Organs and Tissue Transplantion di kota Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022).
Kemudian Presiden Jokowi bertemu PM Inggris Boris Johnson guna membahas penguatan kerja sama di bidang energi baru terbarukan dan ketahanan pangan. Selain itu, presiden juga berbincang dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan PM Kanada Justin Trudeau untuk meminta dukungan selama masa presidensi Indonesia di G20.
Selain menguatkan dan menjaring kemungkinan peluang kerja sama baru, ”misi” ekonomi ini juga tidak terlepas dari misi altruistik untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina. Tanpa adanya dukungan dari negara-negara adidaya, sulit bagi Indonesia untuk bisa membawa kedua negara yang berseteru ke meja G20.
Publik memberikan apresiasinya pada langkah Presiden Jokowi untuk berkontribusi dalam upaya penyelesaian konflik antara Rusia dan Ukraina.
Alih-alih membawa perdamaian, keputusan Indonesia untuk membawa perwakilan kedua negara itu ke G20 justru bisa memantik reaksi penolakan dari negara-negara anggota lain baik dari kubu pendukung Rusia dan Ukraina.
Terlepas bagaimana hasil dari lawatan ini, publik memberikan apresiasinya pada langkah Presiden Jokowi untuk berkontribusi dalam upaya penyelesaian konflik antara Rusia dan Ukraina. Kita tunggu saja bagaimana buah dari lawatan perdamaian Presiden Jokowi ini. (LITBANG KOMPAS)