Adaptasi Dunia di Tahun Macan Air
Pandemi Covid-19 yang masih merebak mengiringi hadirnya Tahun Baru 2022 dan Tahun Baru China 2573. Meskipun sudah lebih dari dua tahun pandemi berjalan, adaptasi dalam berbagai hal masih harus terus diupayakan dunia.
Pandemi yang masih membawa dampak pada sektor kesehatan dan ekonomi menuntut berlanjutnya adaptasi atau penyesuaian di 2022 ini. Varian Covid-19 galur Omicron masih mengancam negara-negara terutama Inggris, AS, Denmark, dan Jerman. Di Indonesia, infeksi Omicron sudah mencapai 2.980 kasus per 31 Januari 2022.
Selain sektor kesehatan, merebaknya varian baru Covid-19 juga mengancam pemulihan ekonomi global. Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 yang berpotensi tertekan menjadi 4,4 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan perkiraan pertumbuhan di 2021 yaitu sebesar 5,9 persen.
Selain munculnya varian baru, IMF melihat tekanan ekonomi dunia juga datang dari kenaikan harga pangan dan harga bahan bakar minyak. Karenanya, krisis akibat pandemi masih akan mewarnai perjalanan masyarakat dunia di tahun “Macan Air”.
Untuk tahun ini, Tom Standage, editor “The World Ahead 2022” dari The Economist menyampaikan, bahwa 2022 adalah tahun penyesuaian untuk realitas yang baru. “Kita tidak lagi akan melawan Covid-19 tetapi melakukan menyesuaikan dalam masa krisis ini. Ke depan, kesuksesan vaksinasi Covid-19 akan mempengaruhi suatu negara untuk bertahan,” tulis Standage dalam artikelnya.
Lebih lanjut laporan “The Economist” tersebut menjabarkan sejumlah tren yang bisa terjadi pada 2022 secara global, yang sekaligus juga memberikan pengaruhnya dan antisipasinya untuk Indonesia.Tren tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga aspek mendasar, yaitu krisis pandemi termasuk program vaksinasi Covid-19, tren bisnis, serta isu laten dunia seperti krisis iklim.
Pertama, adalah penyesuaian atas berlanjutnya krisis pandemi. Salah satu adaptasi besar yang akan dilakukan dunia terhadap wabah korona adalah transisi status pandemimenjadi endemi.
Namun, transisi ini masih membutuhkan kerja sama dunia terutama dalam hal pemerataan akses vaksin. Seiring berkembangnya pilihan vaksin untuk Covid-19, penyakit ini sebenarnya dapat diturunkan statusnya menjadi penyakit endemi.
Secara epimologi dapat dijelaskan infeksi penyakit tersebut kini lebih banyak terjadi pada wilayah tertentu. Kondisi wilayah/negara yang masih minim capaian vaksin berpotensi terjadi penularan lebih besar. Namun, “The Economist” juga memberikan catatan khusus terhadap perubahan status endemi ini.
Jika perubahan status ini terjadi, yang paling rentan terkena dampak buruknya adalah kelompok negara-negara miskin. Hal tersebut karena fasilitas kesehatan yang belum merata, sehingga bisa menyulitkan kelompok rentan mendapatkan layanan perawatan yang memadai.
Catatan lain adalah masih merebaknya varian Omicron di sejumlah negara termasuk Indonesia yang dapat menghambat transisi endemi. Karenanya, program vaksinasi tersebut masih harus diikuti penerapan disiplin protokol kesehatan oleh masyarakat.
Kasus Covid-19 galur Omicron di Indonesia, saat ini masih mengalami kenaikan. Padahal, cakupan vaksin pertama di Indonesia sudah mencapai 86 persen, dan vaksin kedua sebanyak 56 persen. Indonesia juga telah melakukan vaksinasi anak yang dimulai sejak awal Januari 2022.
Melihat beberapa kendala yang masih terjadi, perlu dipertimbangkan jika perubahan status dari pandemi ke endemi ini harus terus mengupayakan cakupan target vaksinasi dan prosedur karantina yang ketat. “The Economist” memperkirakan perubahan status ini cepat atau lambat bisa terjadi. Indonesia sebaiknya terus bergegas mengejar target vaksinasi dan merapikan prosedur kedatangan warga asing atau turis mancanegara.
Tren masa depan
Aspek kedua adalah adaptasi di bidang bisnis atau pekerjaan. Salah satu fenomena yang diperkirakan berlanjut di tahun ini adalah pola bekerja hibrid. Secara sederhana, hybrid workingdapat dimaknai sebagai metode yang memungkinkan karyawan bisa bekerja dari berbagai lokasi.
Survei yang dilakukan lembaga “Knight Frank Global” menyebutkan dari 400 perusahaan dunia yang di survei, 9 dari 10 perusahaan akan melakukan pola kerja hibrid. Di Indonesia, sejauh ini kebijakan bekerja masih dipengaruhi oleh level PPKM yang ditetapkan pemerintah daerah.
Tren lain yang juga bakal berkembang di tahun ini adalah bisnis kripto. Bank Sentral AS melihat potensi bisnis mata uang digital. Terdapat tiga hal yang dapat bersaing dalam keuangan masa depan, yaitu kripto (mata uangnya) blockchain (teknologi), dan defi crowd (platform).
Bisnis ini mulai banyak diperbincangkan masyarakat Indonesia setelah viral kiprah Ghozaliyang mendadak mendapat banyak keuntungan karena menjual swafoto melalui Non-Fungible Token (NFT). NFT sendiri merupakan salah satu bentuk aset kripto yang memanfaatkan blockchain.
Tren perkembangan pengguna kripto di Tanah Air ternyata sangat besar potensinya. Menurut data dari Asosiasi Blockchain Indonesia, penggunanya mencapai 7,4 juta orang dan angka ini meningkat sebanyak 85 persen dibandingkan pada 2020 yang hanya berjumlah 4 juta orang.
Melihat pertumbuhan yang cukup pesat, Bappebti dan Ditjen Pajak sedang mendiskusikan pengenaan pajak kepada para pemilik kripto. Namun, bisnis ini perlu diwaspadai karena ada temuan penipuan skema Ponzi memakai modus investasi aset kripto. Kripto dijadikan jalan keluar saat money game macet. Orang yang belum mahir menggunakan mata uang ini akan mengganggap hal ini sebagai bagian dari risiko bertransaksi.
Selain kripto, bisnis lain yang berpotensi kembali rebound adalah usaha biro perjalanan atau travel. Seiring terkendalinya pandemi, aktivitas ekonomi dan publik dapat kembali pulih. Meningkatnya aktivitas ekonomi turut meningkatkan intesitas perjalanan. Sepanjang dua tahun terakhir separuh bisnis travel mengalami tekanan hebat akibat kebijakan pembatasan wilayah atau karantina.
Kondisi Indonesia tidak kalah terpukul. Dalam catatan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita), sejak 2020, biro perjalanan merugi hingga 85 persen dibanding 2019. Pada awal 2021 usaha perjalanan mengalami kenaikan hingga 20 persen.
Sejumlah adaptasi dilakukan para agen perjalanan seperti melakukan konsorsium untuk bisa bertahan. Mereka saling menggabungkan wisatawan dari beberapa agen perjalanan untuk melakukan satu perjalanan. Usaha lain yang akan segera dilakukan pemerintah Indonesia adalah travel bubble.
Kebijakan ini mulai dijajaki untuk diterapkan di Batam, Bintan, dan Singapura. Travel bubble adalah pembukaan zona batas lintas negara yang memperbolehkan warganya bepergian asal tidak melampaui area yang sudah ditetapkan. Kebijakan ini diyakini dapat membuka keran perjalanan dari mancanegara dengan risiko yang terukur.
Negara yang sudah menjalankannya adalah Australia dengan Selandia Baru. Hasilnya, pendapatan Selandia Baru meningkat berkat turis dari Australia. Selain itu, penanganan Covid-19 tetap dapat terkendali antara kedua pihak.
Potensi bisnis perjalanan yang akan juga akan berkembang adalah industri luar angkasa. Dalam ulasannya, “The Economist” meyakini 2022 akan menjadi tahun dimana akan lebih banyak orang rela membayar untuk bisa pergi ke luar angkasa. Perjalanan luar angkasa oleh perusahaan SpaceX milik Elon Musk, Virgin Galactic milik Richard Branson, dan Blue Origin milik Jeff Bezos membuka mata banyak orang tentang peluang bisnis perjalanan luar angkasa.
Atas fenomena tersebut Bank Sentral AS memperkirakan perputaran uang di industri ini dapat mendapai Rp 6.032 triliun. Nilai pendapatan tersebut diperkirakan terus meningkat menjadi Rp 20.373 triliun pada 2030. Beberapa perusahan yang bergerak di bidang perjalanan luar angkasa juga terlihat mulai go public di Bursa Efek AS, seperti Astra Space, Rocket Lab Usa, dan perusahaan infrastruktur luar angkasa Redwire.
Masalah iklim
Di luar berbagai tren dan adaptasi yang masih terus berlanjut di tahun ketiga pandemi ini, dunia juga masih menghadapi problem lama seperti persaingan kekuatan dunia dan anomali perubahan iklim. Negara Yunani, Turki, Albania, Siprus dan Israel saat ini tengah mengalami badai salju yang hebat sejak 24 Januari 2022.
Padahal pada tahun-tahun sebelumnya bencana itu tidak pernah terjadi. Ancaman perubahan iklim makin serius dihadapi masyarakat dunia di masa depan. Laporan “The Guardian” edisi 26 Januari 2022 menyebutkan Suku Sami yang bermukim di wilayah Artik mulai kewalahan mengurus rusa kutub karena cuaca yang kian menghangat.
Hal ini menjadikan stok makanan untuk rusa kutub menjadi terbatas. Salah satu usaha yang gencar dikampanyekan publik dunia untuk menekan perubahan cuaca adalah dekarbonisasi.
Dalam kamus Oxford, dekarbonisasi ini merupakan penggantian bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Proses ini dilakukan dengan teknologi dan sumber energi rendah karbon, misalnya energi terbarukan, pertanian regeneratif, dan menggunakan jaringan listrik yang bersumber dari energi ramah lingkungan.
Pemerintah Indonesia juga mengambil peran dalam hal mengurangi beban iklim dengan memberlakukan pajak karbon yang akan diterapkan mulai 1 April 2022 untuk kegiatan usaha di bidang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara. Pertimbangan yang diambil adalah emisi karbon yang dihasilkan oleh batubara menjadi paling besar dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya, bahkan minyak bumi.
Baca juga: Bersiap Menghadapi Dinamika Ekonomi Global 2022
Adaptasi untuk mencegah makin buruknya kondisi bumi menjadi intisari dari Konferensi COP 26 mengenai perubahan iklim di Glasgow, Skotlandia, tahun lalu.Langkah tersebut juga mengingatkan rumusan hasil Kesepakatan Iklim Paris 2015 untuk mengurangi risiko pemanasan bumi dari 4 derajat celsius menjadi 2,7 derajat celsius.Baik COP 26 dan Perjanjian Paris tersebut memiliki arti penting bagi agenda menjaga iklim dunia oleh seluruh negara di dunia.
Dalam penanggalan China, tahun ini merupakan periode yang dinaungi dengan lambang Macan Air. Macan merupakan simbol kekuatan dan keberanian. Sedangkan air menjadi perlambang kepekaan dan keterbukaan. Tahun ini diyakini akan menjadi masa yang identik dengan perubahan dan membawa beragam adaptasi. Keberanian untuk melakukan upaya besar menjaga iklim dunia, menjadi bentuk kepekaan yang dinantikan di Tahun Macan Air ini sekaligus memulihkan kondisi dunia dari pandemi Covid-19. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Waspadai Peningkatan Pasien Dirawat akibat Varian Omicron