Tantangan Menjaga Konsistensi Pengendalian Covid-19 di Kepri
Konsistensi pengendalian pandemi di Kepulauan Riau menjadi kunci sukses tidaknya wilayah ini keluar dari ancaman Covid-19. Penurunan kasus menjadi modal untuk percaya diri, meski kewaspadaan tetap harus dilakukan.
Oleh
Dedy Afrianto
·5 menit baca
Meskipun berhasil menjadi daerah dengan skor pengendalian pandemi terbaik di Pulau Sumatera, Provinsi Kepulauan Riau dihadapkan pada pekerjaan rumah yang tak mudah. Sebagai daerah kepulauan, konsistensi pengendalian pandemi menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh Kepri.
Provinsi Kepri adalah daerah dengan skor pengendalian pandemi terbaik di Sumatera. Hal ini terekam dalam Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC-19) dari Kompas yang memotret capaian pengendalian pandemi pada setiap provinsi di Indonesia.
Indeks ini merekam pengendalian pandemi di suatu daerah berdasarkan dua aspek, yakni manajemen infeksi dan manajemen pengobatan. Semakin tinggi skor indeks, semakin baik kondisi pengendalian pandemi di suatu daerah.
Berdasarkan pengukuran indeks, sejak awal Agustus lalu, Kepri sering kali menjadi daerah dengan skor IPC-19 tertinggi di Pulau Sumatera. Pada 16 Agustus 2021, misalnya, skor Indeks Pengendalian Covid-19 di Kepri mencapai 65 dari skor maksimal 100, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya di Pulau Sumatera, seperti Lampung (32), Sumatera Utara (34), dan Aceh (35).
Pada 15 November 2021, skor indeks di Kepri juga menjadi yang tertinggi di Pulau Sumatera. Skor indeks di wilayah ini (85) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya, seperti Lampung (62), Aceh (70), maupun Sumatera Selatan (74). Skor IPC-19 di Kepri juga lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor nasional (79).
Tingginya skor indeks di Kepri berbanding terbalik jika dibandingkan dengan periode Juli 2021. Pada dua pekan terakhir Juli lalu, Kepri menjadi salah satu daerah di Pulau Sunatera yang mencatatkan skor pengendalian yang begitu rendah.
Pada 19 Juli 2021, misalnya, skor indeks pengendalian pandemi di Kepri hanya mencapai 35, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata skor nasional (44). Bahkan, saat itu skor indeks di Kepri masih lebih rendah dibandingkan dengan Aceh yang kini menjadi daerah kedua dengan skor IPC-19 terendah di Sumatera.
Gerak cepat perbaikan pengendalian pandemi di Kepulauan Riau tidak terlepas dari berbagai faktor yang saling memengaruhi. Perbaikan ini terlihat dari aspek manajemen infeksi dan manajemen pengobatan.
Pada aspek manajemen infeksi, perbaikan pengendalian pandemi tampak dilakukan secara paralel pada berbagai bidang. Hal ini tergambar dari kenaikan skor yang cukup signifikan di Kepri.
Dalam kurun waktu lima pekan sejak 19 Juli 2021, skor indeks pada aspek ini naik hingga 11 poin. Padahal, rata-rata kenaikan skor indeks aspek manajemen infeksi pada daerah lainnya di Pulau Sumatera hanya mencapai 7 poin.
Aspek manajemen infeksi melihat indikator rata-rata kasus terhadap maksimal kasus, rata-rata perbandingan jumlah kasus dengan tes yang dilakukan (positivity rate), dan persentase vaksin 2 dosis terhadap jumlah penduduk. Berdasarkan indikator ini, Kepri mengalami perbaikan pada seluruh indikator. Artinya, upaya preventif yang dilakukan membuahkan hasil.
Salah satu upaya perbaikan pengendalian pandemi yang paling tampak di wilayah Kepri adalah pelaksanaan vaksinasi. Hingga 15 November 2021, sebanyak 7 dari 10 orang di Kepulauan Riau telah menerima vaksin dosis pertama.
Kepri menjadi daerah keempat dengan capaian vaksinasi dosis pertama tertinggi di Indonesia sekaligus menjadi daerah dengan capaian vaksinasi dosis pertama tertinggi di Sumatera.
Kepri juga menjadi daerah dengan cakupan vaksinasi dosis lengkap tertinggi di Sumatera. Lebih dari separuh (55,3 persen) penduduk telah menerima vaksin dosis lengkap di wilayah ini hingga 15 November lalu.
Tingginya cakupan vaksinasi di Kepri tidak terlepas dari perhatian pemerintah pusat dan daerah untuk mempercepat vaksinasi di daerah ini agar kegiatan ekonomi dan pariwisata dapat kembali bergeliat.
Bahkan, pada Mei 2021 lalu, Presiden Joko Widodo juga menaruh perhatian pada daerah Kepri dengan meminta agar distribusi vaksin tetap terjaga meskipun daerah ini memiliki karakteristik sebagai daerah kepulauan.
Selain vaksinasi, perbaikan pengendalian pandemi juga tidak terlepas dari pengetatan yang dilakukan pada akses keluar dan masuk menuju Malaysia ataupun Singapura. Selain itu, pembatasan mobilitas antarpulau juga dilakukan guna mencegah penularan di pulau-pulau terdepan Indonesia.
Sukarelawan desa juga dimanfaatkan untuk mengedukasi masyarakat terkait Covid-19. Kehadiran sukarelawan desa menjadi hal yang begitu penting sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam menegakkan protokol kesehatan di akar rumput.
Selain aspek preventif, perbaikan pengendalian pandemi di Kepulauan Riau juga tampak dari aspek kuratif yang tergambar dari manajemen pengobatan. Aspek ini melihat beberapa indikator seperti total sembuh terhadap total kasus, rata-rata kematian terhadap total kasus, dan rata-rata tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit khusus Covid-19.
Kepri pernah mengalami perburukan kondisi pandemi pada Juli lalu. Bahkan, pada 18 Juli 2021, terdapat 928 kasus positif Covid-19 dalam sehari di wilayah ini. Padahal, sebelumnya penambahan kasus Covid-19 di wilayah ini sering kali berada di bawah 400 kasus per hari.
Namun, tingginya kasus di wilayah ini juga diikuti oleh tingginya angka kesembuhan dan angka kematian harian yang tidak begitu tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kepri adalah penambahan tempat tidur khusus Covid-19 untuk memastikan setiap pasien menerima perawatan. Dengan beragam upaya yang dilakukan, Kepri berhasil keluar dari gelombang tingginya laju penambahan kasus positif Covid-19.
Kini, di tengah capaian dalam pengendalian pandemi, Kepri dihadapkan pada tantangan konsistensi dalam melakukan pengendalian. Pasalnya, dalam tiga pekan terakhir, terjadi tren penurunan skor IPC-19 di Kepri. Inilah untuk pertama kalinya Kepri mengalami tren penurunan skor indeks setelah selalu mencatatkan laju positif dalam upaya pengendalian pandemi.
Ada dua penyebab penurunan skor IPC-19 di Kepri. Pertama adalah penurunan skor indeks pada aspek manajemen pengobatan. Meskipun laju penambahan kasus terbilang kecil, total kesembuhan dan kematian tetap perlu menjadi perhatian dalam pengendalian pandemi dari aspek kuratif.
Faktor selanjutnya adalah stagnasi pada aspek manajemen infeksi. Stagnasi ini terjadi selama enam pekan berturut-turut. Percepatan vaksinasi menjadi pekerjaan rumah bagi Kepri meskipun wilayah ini memiliki catatan vaksinasi yang lebih baik dibandingkan daerah lainnya.
Penurunan skor IPC-19 di tengah laju perbaikan selama tiga bulan terakhir menunjukkan adanya persoalan untuk menjaga konsistensi pengendalian pandemi di wilayah ini.
Sebagai wilayah kepulauan, konsistensi pengendalian pandemi memang bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Inilah yang menjadi tantangan bagi Kepri menjelang libur akhir tahun nanti. (LITBANG KOMPAS)