Perubahan Basis Dukungan Politik Calon Presiden 2024
Nama-nama tokoh yang muncul sebagai calon presiden masih berkutat pada sosok yang sama. Tahun 2022 akan menjadi ajang pemanasan politik menuju pemilihan presiden 2024. Siapa kandidat terkuat?
Oleh
Dedy Afrianto
·5 menit baca
Pelaksanaan pemilu yang masih cukup lama dan penanganan dampak pandemi tampaknya menjadikan fokus masyarakat masih tertuju pada nama-nama tokoh nasional yang banyak muncul di pemberitaan media. Namun, terjadi perubahan basis dukungan politik yang diraih, menyiratkan mulai menghangatnya riak politik nasional.
Dua setengah tahun Pemilu 2019 berlalu, nama-nama tokoh yang muncul dalam benak publik masih berkutat pada sosok yang sama. Tidak ada perubahan berarti dari sosok-sosok yang namanya muncul ke permukaan kompetisi politik nasional, terutama di posisi 10 calon dengan elektabilitas tertinggi. Lima survei nasional Litbang Kompas sejak bulan Oktober 2019 hingga Oktober 2021 merekam kondisi ini.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Tak jauh berbeda dibandingkan tiga survei sebelumnya, nama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan masih menduduki peringkat tiga teratas.
Prabowo dan Ganjar bertengger di posisi teratas dengan elektabilitas yang sama tinggi sebesar 13,9 persen. Sebelumnya, sejak Pilpres 2019, tingkat keterpilihan Prabowo selalu berada di peringkat tertinggi survei calon presiden.
Sementara Anies Baswedan, yang selalu membayangi elektabilitas Prabowo dalam survei-survei sebelumnya, untuk pertama kalinya disalip oleh Ganjar Pranowo.
Elektabilitas gubernur Jawa Tengah ini melejit hampir dua kali lipat dalam enam bulan terakhir, sementara elektabilitas Anies Baswedan cenderung stagnan dalam tiga survei terakhir.
Selain Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan, sejumlah tokoh lainnya juga turut membayangi. Elektabilitas tokoh-tokoh itu ada di peringkat berikutnya, dengan rata-rata perolehan 4-5 persen suara responden. Mereka adalah Ridwan Kamil (5,1 persen), Tri Rismaharini (4,9 persen), Sandiaga Uno (4,6 persen), dan Basuki Tjahaja Purnama (4,5 persen).
Di balik bertahannya nama-nama tokoh yang muncul, hal menarik untuk diamati lebih jauh adalah peta dukungan publik. Pasalnya, terjadi perubahan basis dukungan pada sejumlah tokoh, baik dari basis wilayah maupun pendukung partai politik.
Perubahan yang cukup signifikan tampak pada basis pemilih Ganjar. Elektabilitas Ganjar meningkat dari survei April 2021 sebesar 7,3 persen menjadi 13,9 persen saat ini.
Kenaikan elektabilitas Ganjar adalah yang tertinggi dibandingkan tokoh lainnya. Ganjar juga satu-satunya tokoh yang selalu mengalami kenaikan elektabilitas pada setiap periode survei.
Jika menengok profil pemilih, Ganjar mengalami penguatan basis dukungan pada pemilih di Pulau Jawa. Pada April 2021, sebanyak 80,5 persen pendukung Ganjar adalah pemilih yang berdomisili di daerah-daerah di Pulau Jawa.
Saat ini, basis dukungan Ganjar di Pulau Jawa semakin menguat. Dari seluruh pemilih Ganjar, sebanyak 86,2 persen adalah pemilih yang berada di Jawa.
Di satu sisi, penguasaan Ganjar di Pulau Jawa mengindikasikan adanya pertumbuhan basis pemilih di akar rumput yang cukup konsisten. Hal ini tidak terlepas dari sejumlah faktor, seperti mulai bergeraknya sukarelawan Sahabat Ganjar hingga polemik politik di internal partai yang justru melambungkan nama Ganjar di ruang publik.
Namun, di sisi lain, Ganjar belum mampu memperluas basis dukungan di luar Pulau Jawa. Penguasaan suara di luar Jawa justru berhasil diraih oleh Prabowo Subianto yang unggul di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dibandingkan tokoh lainnya.
Di tengah kecenderungan penurunan elektabilitas, Prabowo justru berhasil meraup dukungan yang terdistribusi lebih merata di luar Jawa. Berbeda dengan Ganjar, basis pemilih Prabowo tidak hanya terpusat di satu gugus wilayah tertentu. Posisi politik Prabowo sebagai bagian dalam Kabinet Indonesia Maju tampaknya turut berpengaruh pada distribusi dukungan politik.
Basis parpol
Selain gugus wilayah, corak basis dukungan juga tampak dari pendukung partai politik. Bagi pendukung PDI-P saat ini, baru sebagian kecil pilihan berlabuh pada sosok Ganjar.
Sebanyak 26,2 persen responden pemilih PDI-P menyatakan memilih Ganjar sebagai calon presiden. Meski masih kecil, raihan dukungan ini meningkat dibandingkan Januari 2021 yang hanya 14,7 persen pendukung PDI-P memilih Ganjar.
Penambahan basis dukungan ini tidak terlepas dari semakin banyaknya pendukung PDI-P yang telah memutuskan pilihan. Jika pada awal tahun ini sebanyak 57,2 persen pemilih PDI-P belum menentukan sosok capres pilihan, jumlahnya saat ini semakin menyusut menjadi 28,5 persen.
Ganjar juga meraih basis dukungan yang cukup besar dari pemilih PKB. Sebagian besar pemilih PKB (21,3 persen) saat ini memilih Ganjar sebagai calon presiden. Basis dukungan ini juga bertambah dibandingkan awal tahun 2021 dengan raihan dukungan dari pemilih PKB sebesar 10,9 persen.
Sementara Prabowo Subianto masih meraih dukungan utama dari pemilih Gerindra. Sebanyak 42,9 persen pemilih Gerindra saat ini memutuskan untuk mendukung Prabowo sebagai capres.
Namun, dibandingkan survei awal tahun ini, terjadi penurunan dukungan pada Prabowo dari pemilih Gerindra. Sebelumnya, hampir separuh (49,1 persen) pemilih Gerindra melabuhkan dukungannya pada Prabowo. Kondisi ini menyiratkan terjadinya peralihan dukungan sebagian pendukung Gerindra pada tokoh lainnya sebagai calon presiden.
Di tengah penurunan dukungan dari pemilih Gerindra, Prabowo justru meraih penambahan basis dukungan dari pemilih Partai Golkar. Jika pada survei Januari 2021 Prabowo meraih dukungan dari 19,5 persen pemilih Partai Golkar, dukungan saat ini meningkat menjadi 27,6 persen.
Anies Baswedan, meskipun berasal dari kalangan nonpartai, meraih dukungan cukup besar dari pemilih PKS dan Demokrat. Anies meraih kenaikan dukungan dari pemilih PKS dari 29,7 persen pada Januari 2021 menjadi 32,9 persen saat ini. Anies kini juga menjadi pilihan utama dari pemilih Demokrat (21,5 persen) dibandingkan tokoh lainnya.
Terjadinya perubahan basis pemilih menjadi tantangan tersendiri, baik bagi tokoh politik yang akan berlaga dalam suksesi kepemimpinan nasional maupun bagi pemerintah.
Bagi tokoh politik, tantangan kian terlihat karena semakin banyak masyarakat yang mulai melirik dan menentukan pilihan sejak saat ini. Kondisi ini tergambar dari semakin kecilnya jumlah responden yang belum menentukan pilihan pada setiap periode survei sejak Agustus 2020.
Pelaksanaan pemilu serentak juga menimbulkan konsekuensi politik bagi kepala daerah, terutama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, yang masa jabatannya akan habis sebelum tahun 2024. Padahal, panggung politik dibutuhkan oleh setiap tokoh untuk bersaing meraih dukungan publik dalam hajatan politik nasional.
Sementara dari sisi pemerintah, menjaga stabilitas dalam menjalankan roda pemerintahan juga menjadi tantangan yang tidak mudah. Pasalnya, sebagian sosok yang menjadi pilihan utama publik adalah tokoh yang menduduki jabatan strategis dalam pemerintahan. Bahkan, tokoh yang tidak masuk dalam peringkat elektabilitas tertinggi pun tampak telah mulai bergerak menjaring dukungan.
Kondisi ini tentu menjadi catatan khusus jelang memasuki gerbang tahun politik, apalagi belum ada calon yang benar-benar mendominasi serta masih cukup banyak masyarakat yang belum menentukan pilihan (37,2 persen).
Artinya, semua calon masih memiliki potensi untuk bersaing. Tentu dengan catatan stabilitas pemerintahan tetap perlu dijaga di tengah denyut nadi politik yang kian terasa. (LITBANG KOMPAS)