Dalam empat survei terakhir publik telah mulai melirik tokoh sebagai capres. Indikasinya terlihat dari semakin kecilnya jumlah responden yang belum menentukan pilihan. Siapa capres favorit publik?
Oleh
Dedy Afrianto
·5 menit baca
Survei terbaru Litbang Kompas mengungkap terjadinya pergerakan dukungan dari publik untuk memilih sosok calon presiden jelang Pemilu 2024. Nama-nama lama masih mendominasi. Ada yang konsisten mengalami kenaikan basis dukungan, ada pula yang mengalami kondisi sebaliknya. Siapa saja mereka?
Tak jauh berbeda dari empat survei sebelumnya, nama-nama yang muncul dalam survei Litbang Kompas pada 26 September–9 Oktober 2021 masih berkutat pada tokoh yang sama.
Dalam jajaran pemerintah pusat, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, serta Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD masih menjadi pilihan responden sebagai calon presiden (capres) yang dianggap layak saat ini.
Tokoh lainnya yang juga mencuat ke permukaan ialah Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, serta mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Nama-nama ini kerap masuk sebagai 10 tokoh utama yang menjadi pilihan publik sebagai capres saat survei dilakukan.
Selain tokoh nasional, sejumlah kepala daerah juga masih menjadi pilihan yang melekat dalam benak publik. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, merupakan kepala daerah yang menjadi pilihan publik jika pilpres dilakukan saat ini.
Nama-nama inilah yang juga kerap muncul sebagai 10 tokoh utama sebagai capres pilihan dalam lima survei terakhir sejak Oktober 2019 hingga Oktober 2021. Artinya, pilihan publik terhadap tokoh yang dinilai layak sebagai presiden masih belum jauh berubah dalam kurun dua tahun terakhir. Sejumlah tokoh yang belakangan muncul di ruang publik lewat baliho belum mencuat ke permukaan.
Dari nama-nama yang muncul, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo menduduki peringkat elektabilitas teratas dalam survei terbaru pada September-Oktober 2021. Keduanya sama-sama memperoleh dukungan dari 13,9 persen responden pada berbagai daerah di Indonesia. Mereka dibayangi oleh Anies Baswedan (9,6 persen), Ridwan Kamil (5,1 persen), Tri Rismaharini (4,9 persen), Sandiaga Uno (4,6 persen), dan Basuki Tjahaja Purnama (4,5 persen).
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam wawancara khusus usai peresmian pengangkatan rangka atap Jakarta International Stadium (JIS) di Tanjung Priok, Jakarta Utara, 16 Juni 2021.
Meski nama-nama utama yang muncul masih sama, perubahan mulai terjadi pada basis dukungan. Sejumlah tokoh mencatatkan penambahan dukungan, sementara tokoh lainnya justru mencatatkan fluktuasi perolehan dukungan publik.
Ganjar Pranowo satu-satunya tokoh yang konsisten mengalami kenaikan elektabilitas dalam lima survei terakhir yang dilakukan oleh Litbang Kompas. Pada Oktober 2019, Ganjar memperoleh 1,8 persen dukungan. Saat itu, Ganjar cukup jauh tertinggal dibandingkan seperti Prabowo Subianto (14,7 persen), Anies Baswedan (8,4 persen), dan Sandiaga Uno (7,3 persen).
Namun, jumlah dukungan meningkat pada periode survei berikutnya seiring kemunculan Ganjar di ruang publik yang semakin masif. Pada April 2021, elektabilitas Ganjar telah meyentuh 7,3 persen dan menjadi tokoh dengan elektabilitas tertinggi ketiga setelah Prabowo Subianto (16,4 persen) dan Anies Baswedan (10,0 persen),
Elektabilitas Ganjar kian melejit saat ini. Dukungan pada Ganjar untuk pertama kalinya menyamai elektabilitas Prabowo. Ganjar menjadi tokoh pertama yang mampu menyamai tingkat keterpilihan Prabowo sejak Pilpres 2019.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di acara Ideafest 2019, Jakarta, 4 Oktober 2019.
Ridwan Kamil juga mengalami kenaikan elektabilitas yang konsisten dalam empat survei terakhir. Setelah sempat mengalami penurunan pada Agustus 2020, tingkat keterpilihan Ridwan Kamil mengalami kenaikan secara bertahap.
Pada Agustus 2020, elektabilitas Ridwan Kamil hanya 1,9 persen, sedangkan sekarang tingkat keterpilihannya mencapai 5,1 persen dan untuk pertama kalinya berhasil menyalip Sandiaga Uno.
Di tengah kenaikan dukungan yang diraih sejumlah tokoh, fluktuasi dukungan dialami oleh tokoh lainnya. Prabowo Subianto, misalnya, mengalami penurunan elektabilitas dari 16,4 persen pada April 2021 menjadi 13,9 persen pada Oktober 2021.
Sejak Oktober 2019, elektabilitas Prabowo memang selalu mengalami fluktuasi. Setelah sempat naik pada Agustus 2020, tingkat keterpilihan Prabowo turun pada Januari 2021 dari 15,7 persen menjadi 12 persen. Kondisi serupa terjadi pada April dan Oktober 2021.
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan salam kepada wartawan saat menyampaikan pengarahan dalam peringatan HUT ke-12 Partai Gerindra di kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, 6 Februari 2020.
Namun, fluktuasi ini tidak diikuti oleh penurunan raihan dukungan secara signifikan. Prabowo masih menjadi tokoh dengan elektabilitas tertinggi hingga April 2021 sebelum akhirnya memiliki tingkat keterpilihan yang sama dengan Ganjar sekarang.
Fluktuasi elektabilitas juga dialami Tri Rismaharini, Sandiaga Uno, maupun Agus Harimurti Yudhoyono. Sebagian besar tokoh yang mencuat masih belum mencatatkan tingkat keterpilihan yang konsisten dalam lima survei terakhir.
Kondisi ini menyiratkan bahwa perubahan basis dukungan masih sangat mungkin dialami oleh para tokoh. Apalagi, masih terdapat lebih dari sepertiga responden (37,2 persen) yang hingga sekarang belum menentukan pilihan.
Dalam empat survei terakhir, tampak bahwa semakin banyak publik yang telah mulai melirik tokoh sebagai capres. Indikasi ini terlihat dari semakin kecilnya jumlah responden yang belum menentukan pilihan.
Pada Agustus 2020, masih terdapat lebih dari separuh (54,5 persen) responden yang belum memutuskan untuk memilih atau masih merahasiakan tokoh pilihan, sedangkan sekarang jumlah itu terus berkurang.
Artinya, jika tren ini konsisten, pada waktu yang akan datang semakin banyak publik yang mulai mencari dan menentukan sosok pilihan. Situasi dan kerja politik yang akan datang tentu akan sangat berpengaruh pada pilihan publik pada sosok capres.
Selain perubahan dukungan ke depan, hal yang saat ini menarik untuk dicermati ialah perubahan peta dukungan yang mulai tampak. Mengapa elektabilitas Ganjar meningkat pesat?
Bagaimana perubahan peta dukungan politik di akar rumput pada sosok calon presiden? Dan, apakah pendukung partai juga mendukung sosok yang menjadi kader atau tokoh dari partai tersebut? Nantikan ulasan selanjutnya. (LITBANG KOMPAS)