Tantangan Vaksinasi dan Disiplin Protokol Kesehatan di Jawa Barat
Jawa Barat relatif membaik dalam penanganan pandemi Covid-19. Namun, ketidakdisiplinan warga menerapkan protokol kesehatan masih menjadi pekerjaan rumah.
Pengendalian Covid-19 di Jawa Barat konsisten membaik. Daerah tataran Sunda berhasil merangkak naik dari posisi bawah hingga menjadi provinsi terbaik kedua dalam penanganan Covid-19. Meski demikian, posisi unggul ini masih menyisakan dua tantangan besar.
Perjalanan pengendalian Covid-19 di Jawa Barat tecermin dari skor Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC-19) yang disusun oleh Litbang Kompas. Pada 19 Juli 2021, Jawa Barat baru mencatatkan skor 38 atau berada di posisi ke-26 dari 34 provinsi.
Tidak butuh waktu lama, skor IPC-19 Jawa Barat mampu melampaui rerata nasional dalam waktu dua minggu. Tercatat pada 2 Agustus 2021, Jawa Barat mencetak skor 52 atau lebih tinggi 5 poin dari rerata IPC-19 nasional. Skor Jawa Barat terus terkerek naik hingga kini.
Per 4 Oktober 2021, Provinsi Jawa Barat mencetak skor 84. Angka ini menempatkan provinsi yang dipimpin oleh Gubernur Ridwan Kamil sebagai provinsi kedua terbaik dalam penanganan Covid-19. Provinsi yang meraih skor yang sama adalah Banten. Kedua provinsi berada di bawah capaian DKI Jakarta yang memperoleh skor 94.
Lompatan terbaik terjadi pada 6 September 2021 dengan kenaikan 10 poin dari minggu sebelumnya menjadi 76. IPC-19 merupakan pengukuran untuk merekam capaian pengendalian Covid-19 di setiap provinsi.
Pengukuran menggunakan berbagai macam aspek yang diperbarui setiap minggu. Skor mendekati 100 berarti pengendalian Covid-19 semakin baik. Sebaliknya, skor mendekati 0 berarti pengendalian Covid-19 semakin buruk.
Posisi unggul Jawa Barat saat ini adalah buah dari konsistensi dalam penanganan penyebaran Covid-19. Meski merangkak dari bawah, capaian Jawa Barat tidak pernah menunjukkan penurunan. Padahal, Jawa Barat mengemban beban berat di tengah jumlah penduduk yang mencapai hampir 50 juta jiwa dan terbanyak di Indonesia.
Provinsi Banten yang saat ini mencapai skor yang sama dengan Jawa Barat pernah mengalami kemunduran pengendalian, yakni penurunan skor selama dua minggu berturut sejak 13 September 2021. Begitu pula dengan Bali yang mengalami perburukan di medio akhir Juli 2021.
Baca juga: Periode Stabilisasi dalam Penanganan Pandemi
Keunggulan
Konsistensi Jawa Barat dalam mencapai skor tinggi dalam pengendalian Covid-19 tidak lepas dari kesuksesan, khususnya dalam manajemen pengobatan. Manajemen pengobatan dalam IPC-19 diukur dari tiga aspek, yakni total sembuh terhadap total kasus, rata-rata kematian terhadap total kasus, dan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit khusus Covid-19.
Skor manajemen pengobatan Jawa Barat pada 4 Oktober tercatat 47 atau lebih tinggi 8 poin dari capaian nasional. Jawa Barat turut memantapkan akselerasi capaiannya dengan meraih skor di atas 40 sejak awal September 2021. Titik capai tersebut lebih dahulu diraih Jawa Barat jika dibandingkan dengan provinsi di Jawa lainnya, seperti Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah.
Sejak awal Oktober, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Jawa Barat telah melandai di bawah 200 kasus per hari. Per 8 Oktober 2021, persentase kesembuhan telah mencapai 97,5 persen, yakni dengan total 686.363 kasus sembuh dari 703.639 kasus aktif. Sementara persentase meninggal tercatat 2,1 persen dari jumlah yang terkonfirmasi.
Kesuksesan Jawa Barat dalam manajemen pengendalian ini mampu menyamai DKI Jakarta yang berada di posisi pertama. Padahal, DKI Jakarta telah memperoleh skor 47 sejak 23 Agustus 2021 yang justru mengalami stagnasi hingga hampir dua bulan ini.
Baca juga: Penanganan Covid-19 Membaik, Kewaspadaan Tak Boleh Kendur
Tantangan
Di tengah konsistensi yang membuktikan keunggulan Jawa Barat dalam pengendalian Covid-19, sejumlah hal justru menunjukkan potensi luput dari perhatian.
Hal ini tecermin dari aspek manajemen infeksi yang masih mencatatkan skor rendah, yakni 37. Angka tersebut menjadi capaian yang tidak istimewa. Setidaknya 8 provinsi memiliki skor 37 dalam hal manajemen infeksi. Skor ini juga lebih rendah dari capaian Bali dan DI Yogyakarta.
Manajemen infeksi diukur dari tiga aspek, yakni rata-rata kasus terhadap maksimal kasus, rata-rata perbandingan jumlah kasus dengan tes yang dilakukan, dan persentase pemberian vaksin lengkap terhadap jumlah penduduk.
Dalam hal vaksinasi, Jawa Barat terbukti tertinggal dibandingkan dengan provinsi di Jawa lainnya. Data Kementerian Kesehatan per 6 Oktober 2021 menunjukkan, vaksinasi dosis pertama di Jawa Barat baru mencapai 44,32 persen. Cakupan ini berada di bawah rerata nasional yang tercatat 46,41 persen.
Sementara itu, cakupan vaksinasi dosis kedua baru mencapai 23,91 persen di saat cakupan vaksinasi dosis lengkap nasional mencapai 26,41 persen. Jawa Barat tertinggal dari Bali, DI Yogyakarta, Banten, dan Jawa Timur.
Untuk wilayah di luar Jawa, persentase pemberian vaksinasi di Jawa Barat juga tertinggal dari Kepulauan Riau, Jambi, Sulawesi Utara, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kalimantan Timur.
Tantangan kedua yang dihadapi Jawa Barat adalah gagalnya penanganan Covid-19 di sejumlah wilayah. Hal ini tampak dari pertambahan kota atau kabupaten yang masuk dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3.
Pada PPKM periode 5-18 Oktober 2021, jumlah wilayah yang memberlakukan PPKM level 3 bertambah menjadi 24 daerah. Padahal, hanya terdapat 17 daerah yang menerapkan PPKM level 3 pada periode 21 September hingga 4 Oktober 2021.
Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2021 tentang pemberlakuan PPKM yang berlaku pada 5-18 Oktober 2021, terdapat 7 kota dan 17 kabupaten yang masuk ke level 3 serta 2 kota dan 1 kabupaten yang masuk level 2.
Sementara itu, dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2021 yang berlaku 21 September hingga 4 Oktober 2021, 9 kota dan 8 kabupaten masuk dalam level 3 dan 10 kabupaten masuk dalam level 2.
Artinya, ada daerah yang meningkatkan kewaspadaannya terhadap penularan Covid-19. Dua wilayah yang naik ke PPKM level 3 di antaranya adalah Kabupaten Ciamis.
Pantauan Kompas di Kabupaten Ciamis menunjukkan gambaran yang dapat memicu peningkatan penularan Covid-19. Observasi di Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, pada Sabtu (25/9/2021) menunjukkan gambaran kurangnya penerapan protokol kesehatan.
Aktivitas kampung kala itu diwarnai dengan anak-anak pulang sekolah atau warga yang berkumpul di beranda rumah dengan tidak menggunakan masker ataupun menerapkan protokol jaga jarak.
Sementara itu, Kota Bandung yang masuk kategori PPKM level 3 juga menunjukkan gambaran adanya pelanggaran protokol kesehatan di sejumlah kafe dan restoran. Menurut aturan, kafe atau restoran hanya diperbolehkan mengisi kapasitas maksimal 50 persen.
Pantauan Kompas pada kawasan kafe dan restoran di selatan Gedung Sate pada Sabtu (2/10/2021) menunjukkan sejumlah kafe penuh dipesan hingga mengantre. Kafe juga memaksimalkan jumlah pengunjung dengan ketersediaan bangku di tengah animo pengunjung yang tinggi.
Kesuksesan Jawa Barat dalam manajemen pengendalian ini mampu menyamai DKI Jakarta yang berada di posisi pertama.
Meski begitu, upaya penerapan protokol tampak dari pengendara motor, mobil, dan pejalan kaki yang berlalu lalang di Kota Bandung. Protokol kesehatan ketat juga tampak di sejumlah restoran di kawasan Braga dengan pembatasan pengunjung dan waktu singgah.
Ketidakdisiplinan warga disejumlah lokasi ini dapat menyumbang petaka dalam penanganan Covid-19 di Jawa Barat yang konsisten membaik. Akhirnya, kesadaran dari warga untuk tidak lengah pada penurunan penularan Covid-19 menjadi kunci sukses keberhasilan lolos dari pandemi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Saatnya Percepat Vaksinasi