Periode Stabilisasi dalam Penanganan Pandemi
Pada pekan ke-13 per 11 Oktober 2021, skor indeks pengendalian Covid-19 di Indonesia menunjukkan tren meningkat. Sinyal sudah amankah dari pandemi?
Skor Indeks Pengendalian Covid-19 atau IPC Kompas pada minggu ke-13 per 11 Oktober 2021 masih menunjukkan tren meningkat. Skor nasional naik satu poin dibandingkan dengan minggu sebelumnya, yaitu dari 75 menjadi 76.
Penambahan ini disebabkan sebanyak 16 provinsi skornya tetap atau cenderung stagnan. Sementara ada 4 provinsi yang skornya turun.
Melihat pergerakan skor IPC, masa lima minggu pengukuran yang terakhir, dimulai sejak pertengahan September hingga sekarang, bisa dikatakan sebagai periode stabilisasi dalam penanganan pandemi di Indonesia.
Hal ini berbeda dengan masa delapan bulan sebelumnya, sejak awal Juli hingga pertengahan September, yang merupakan periode perjuangan dalam pengendalian. Periode yang berusaha bangkit dari situasi tak terkendali akibat varian Delta.
Performa provinsi banyak yang semakin percaya diri dalam mengendalikan pandemi. Sebanyak 25 provinsi (73 persen) kini memiliki skor yang sama atau di atas skor nasional.
Dua dari 16 provinsi yang skornya tidak berubah dibandingkan dengan minggu lalu adalah DKI Jakarta dan Papua. Dua wilayah yang kontras dan menunjukkan kesenjangan. Skor DKI Jakarta sudah stabil di angka 90-an, jauh di atas skor nasional.
Minggu ini di Jakarta skornya tetap di angka 94. Penanganan pandemi Covid-19 di Jakarta sudah bisa dikatakan terkendali, baik di aspek manajemen infeksi maupun manajemen pengobatan. Performa DKI Jakarta dalam mengendalikan pandemi belum bisa dikalahkan oleh provinsi lain.
Sementara skor Papua mandek di angka 60 selama dua minggu terakhir. Posisi yang jauh di bawah skor nasional. Meski demikian, posisinya nomor dua dari bawah atau setelah Aceh yang baru mencapai skor 58.
Empat provinsi yang mendapat skor di bawah 70 secara berturut-turut adalah Aceh (58), Papua (60), Lampung (65), dan Maluku Utara (68). Maluku Utara pada minggu ini mengalami penurunan skor yang cukup signifikan dibandingkan dengan minggu sebelumnya, yakni sebanyak 10 poin dari 78 menjadi 68.
Ini merupakan penurunan skor terbesar minggu ke-13 ini. Penurunan lebih disebabkan ada peningkatan jumlah pasien yang meninggal. Pada minggu sebelumnya, kasusnya nol. Namun, pada periode minggu berikutnya, pada tanggal 7 Oktober 2021 terdapat kasus sembilan orang terinfeksi Covid-19 yang meninggal.
Maluku Utara bukan satu-satunya provinsi yang mengalami penurunan skor. Terdapat tiga provinsi lain yang skornya juga menurun, yakni Jawa Tengah, Sulawesi Barat, dan Gorontalo sebesar 1-2 poin.
Daerah yang konsisten mengalami penambahan skor antara lain Jambi yang mencapai skor 80, Kepulauan Riau yang mencapai skor 84, Yogyakarta dengan skor 80, dan Kalimantan Tengah yang mencapai skor 79. Juga ada Sulawesi Selatan yang mencapai angka 82.
Beberapa provinsi yang stagnan di angka 80-an dan belum bisa mencapai angka 90 adalah Jawa Barat (84), Banten (84), dan Bali (81). Papua Barat selama tiga minggu terakhir bahkan stagnan di angka 78. Padahal, sebelumnya, tepatnya di pengukuran indeks minggu ke-10, skornya sempat mencapai angka 82.
Aspek manajemen
Dilihat dari aspek manajemen yang membangun skor, aspek manajemen pengobatan bertambah satu poin dari 39 menjadi 40 (skala 0-50). Artinya, semakin ada perbaikan terhadap penanganan bagi yang terinfeksi Covid-19.
Jika orang yang terpapar Covid-19 bisa segera disembuhkan, hal ini juga akan memengaruhi tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit khusus Covid-19, sehingga kecepatan penanganan, skor aspek manajemen pengobatan juga cepat naik.
Sementara aspek manajemen infeksi masih tetap di angka 36. Indikator yang masih menjadi problem dalam perbaikan aspek manajemen infeksi adalah jumlah orang yang sudah divaksin dosis lengkap.
Meski penerima vaksin dosis lengkap bertambah, jumlahnya belum signifikan memengaruhi kenaikan skor. Hal ini karena jumlah target sasaran penerima vaksin tergolong besar, lebih dari 200 juta penduduk.
Baca juga : Saatnya Percepat Vaksinasi
Vaksinasi di Indonesia timur
Skor IPC-19 Kompas juga merekam terjadinya stagnasi pengendalian pandemi pada aspek manajemen infeksi di wilayah timur Indonesia. Selama lima pekan berturut-turut, skor indeks pada aspek manajemen infeksi di Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat tidak beranjak dari angka 35 (skala 0-50).
Dibandingkan dengan gugus wilayah lainnya, Indonesia bagian timur menjadi satu-satunya kawasan yang mengalami stagnasi. Padahal, gugus wilayah lainnya mencatatkan kenaikan skor manajemen infeksi dalam lima pekan terakhir.
Daerah-daerah di Pulau Sumatera, misalnya, mengalami kenaikan skor rata-rata dari 32,6 pada 13 September 2021 menjadi 36,3 pada 11 Oktober 2021. Perbaikan senada tercatat di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi.
Faktor penyebab stagnasi skor indeks aspek manajemen infeksi di empat wilayah di Indonesia bagian timur adalah lambatnya perkembangan pelaksanaan vaksinasi.
Selama lima pekan terakhir, terdapat tujuh provinsi yang mencatatkan laju penambahan jumlah penduduk yang divaksinasi dosis lengkap di bawah 3 persen.
Sebanyak empat dari tujuh provinsi tersebut adalah daerah-daerah di kawasan Indonesia bagian timur, yakni Papua (1,9 persen), Maluku Utara (2,7 persen), Papua Barat (2,8 persen), dan Maluku (2,9 persen).
Pada periode waktu yang sama, penambahan jumlah penduduk yang divaksinasi di kawasan Indonesia timur jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebagian besar daerah di Indonesia bagian barat, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (20,8 persen), Kepulauan Riau (14,1 persen), DKI Jakarta (9,3 persen), dan Kepulauan Bangka Belitung (8,6 persen).
Kondisi ini menyiratkan bahwa progres pelaksanaan vaksinasi di Indonesia bagian timur masih berjalan lambat. Percepatan diperlukan agar pelaksanaan vaksinasi di Indonesia dapat diterapkan secara merata dari ujung barat hingga timur Indonesia.
Periode stabilisasi yang dialami saat ini harus ditingkatkan atau minimal dipertahankan agar tidak menjadi masa stagnansi atau berbalik arah memasuki periode penurunan.
Kondisi baik yang dicapai bersama saat ini oleh masyarakat dan pemerintah harus pula dijaga bersama-sama. Pertahanan yang kuat akan menghindarkan Indonesia dari potensi geombang ketiga yang kini masih terjadi di negara-negara luar.
(Dedy Afrianto/Reza Felix Citra/Rangga Eka Sakti/Litbang Kompas)
Baca juga : Penanganan Covid-19 Membaik, Kewaspadaan Tak Boleh Kendur