Angela Merkel dan Deklarasi Jakarta
Jerman merupakan salah satu mitra utama ekonomi dan investasi Indonesia. Peran Kanselir Jerman Angela Merkel terhadap hubungan kedua negara tak bisa dilepaskan. Peran Merkel sampai menghasilkan Deklarasi Jakarta.
Selama 16 tahun masa kepemimpinannya sebagai Kanselir Jerman, Angela Merkel tercatat pernah sekali berkunjung ke Indonesia. Kunjungannya ke Indonesia yang pertama dan terakhir dilakukannya sampai pemilu 26 September 2021 digelar untuk mencari penggantinya.
Kedatangan Angela Merkel saat itu menghasilkan kesepakatan kerja sama yang dituangkan dalam Deklarasi Jakarta.
Angela Merkel baru berkunjung ke Indonesia di tahun ke-7 dia menjadi kanselir, tepatnya pada 10 Juli 2012, sebelum dia terpilih kembali untuk posisi yang sama dalam pemilu ketiga yang diikutinya, September 2013. Angela Merkel memenangi empat pemilu berturut-turut di Jerman, yaitu tahun 2005, 2009, 2013, dan 2017.
Sebelum kunjungan perempuan pertama yang menjadi kanselir di Jerman ini ke Indonesia, upaya pendekatan dilakukan Pemerintah Indonesia pada waktu itu langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.
Sebelumnya, pada 15 Desember 2009 berlangsung pertemuan bilateral antara Presiden Yudhoyono dan Angela Merkel di Kantor Kanselir Jerman di Berlin. Kedua kepala negara sepakat untuk merevitalisasi Forum Indonesia-Jerman (German-Indonesia Forum/GIF).
GIF merupakan forum kerja sama antara pemerintah dan bisnis kedua negara untuk memperluas kerja sama di bidang ekonomi, industri, perdagangan, dan teknologi.
Setelah itu, dilanjutkan pula dengan pertemuan antara Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu dan Menteri Ekonomi dan Teknologi Jerman Rainer Bruderle di Singapura pada 14 Mei 2010.
Pertemuan kedua menteri tersebut, di sela kegiatan The 12th Asia Pasific Conference of German Business yang diikuti 750 pengusaha Jerman, membahas cara meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan secara bilateral.
Kunjungan balasan Angela Merkel, yang semula direncanakan pada tahun 2011, baru terwujud pada 10 Juli 2012, bertepatan dengan peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jerman.
Kunjungan tersebut menghasilkan kesepakatan peningkatan kerja sama yang tertuang dalam Deklarasi Jakarta. Kesepakatan itu berisi kemitraan komprehensif kedua negara di berbagai bidang, seperti di bidang perdagangan dan investasi, kesehatan, riset dan teknologi, pendidikan, pertahanan, keamanan pangan, keamanan energi, serta transportasi.
Kesepakatan Deklarasi Jakarta kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan keesokan harinya yang mengundang pelaku bisnis Jerman untuk berinvestasi di Indonesia. Iklim investasi dijanjikan akan diperbaiki sehingga investor Jerman tidak akan mengalami hambatan berusaha di Indonesia.
Sebuah kelompok kerja yang terdiri atas pemerintah dan pelaku bisnis kedua negara pun akan dibentuk untuk merealisasikan kerja sama ekonomi yang disusun dalam Deklarasi Jakarta. Target proyek investasi bersama pun segera dirumuskan.
Baca juga : Mencari Pengganti Merkel
Mitra utama
Jerman merupakan salah satu mitra utama ekonomi dan investasi Indonesia. Dalam satu dekade terakhir, nilai perdagangan kedua negara setiap tahun tidak kurang dari 5 miliar dollar Amerika Serikat.
Pada tahun terselenggaranya pertemuan antara Presiden Yudhoyono dan Angela Merkel, nilai perdagangan kedua negara yang terdiri dari ekspor dan impor tercatat 7,263 miliar dollar AS. Setahun kemudian, angkanya naik mencapai 7,3 miliar dollar AS.
Akan tetapi, nilai ekspor Indonesia ke Jerman selalu lebih kecil dari nilai impor Jerman ke Indonesia. Dengan demikian, neraca perdagangan di sisi Indonesia selalu defisit. Defisit terbesar dalam satu dekade terakhir terjadi pada tahun 2013, yaitu minus 1,542 miliar dollar AS.
Defisit sempat berkurang secara perlahan sehingga pada tahun 2016 hanya tercatat minus 520,8 juta dollar AS. Hal itu disebabkan impor dari Jerman yang menurun.
Namun, angka defisit kembali meningkat sehingga pada 2018 tercatat 1,264 miliar dollar AS. Tahun 2020, defisit perdagangan Indonesia-Jerman hanya 567,6 juta dollar AS.
Ekspor produk andalan Indonesia ke Jerman antara lain adalah sepatu atau alas kaki, pakaian jadi, produk olahan pertanian dan perkebunan seperti karet remah, kopi, santan kelapa, dan rempah-rempah.
Ada pula komoditas biji tembaga Sedangkan impor dari Jerman ke Indonesia, antara lain pupuk, pipa besi dan baja, kendaraan bermotor, perlengkapan telekomunikasi, mesin industri, peralatan listrik, peralatan optik, juga produk-produk kimia.
Dari sisi investasi, realisasi investasi Jerman tergolong tinggi di Indonesia. Tahun 2017 tercatat sebagai tahun dengan nilai investasi tertinggi, yaitu 289 juta dollar AS dengan jumlah 367 proyek.
Nilai tersebut naik empat kali lipat dibandingkan dua tahun sebelumnya. Namun, setelah itu nilai realisasi investasi Jerman mulai menurun. Di masa pandemi, realisasi investasi Jerman menjadi 143,6 juta dollar AS atau turun separuh dalam kurun tiga tahun.
Baca juga : Ketegangan Diplomatik Jakarta-Berlin
Indonesia teladan beragama
Angela Merkel bukanlah satu-satunya Kanselir Jerman yang pernah datang ke Indonesia dalam seperempat abad terakhir. Kanselir sebelumnya, yaitu Gerhard Schrouder yang menjabat selama 7 tahun (1998-2005), pun pernah ke Indonesia.
Gerhard Schrouder melakukan perjalanan muhibah pada tahun 2003 ke beberapa negara di Asia Tenggara, yang dimulai dari Malaysia, Singapura, Indonesia, dan berakhir di Vietnam. Schrouder berburu kontrak-kontrak baru di kawasan tersebut.
Gerhard Schrouder berada di Indonesia selama dua hari, yaitu 13-14 Mei 2003, dan bertemu dengan Presiden Megawati Soekarnoputri di Istana Merdeka. Pertemuan menghasilkan penandatanganan Perjanjian Perlindungan dan Peningkatan Penanaman Modal Indonesia-Jerman.
Dalam lawatannya, Schrouder sempat mendatangi Sekolah Internasional Jerman (Deutsche Internationale Schule/DIS) di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang.
Berbeda dengan Gerhard Schrouder, Angela Merkel saat di Indonesia, sebelum bertemu dengan Presiden Yudhoyono, sempat mengunjungi Masjid Istiqlal dan Gereja Immanuel.
Angela Merkel antusias berdiskusi mengenai kehidupan beragama di Indonesia. Dia juga mengungkapkan kekagumannya terhadap Indonesia yang memilliki ribuan pulau, tetapi bisa menjadi teladan dalam toleransi beragama.
Dalam kesempatan kunjungan itu pula Angela Merkel menyampaikan apresiasi terhadap Indonesia yang selalu berinisiatif dalam setiap isu perubahan iklim dan lingkungan serta upaya untuk menjaga perdamaian dunia.
Pandangan dan apresiasi Merkel terhadap Indonesia hampir 10 tahun yang lalu itu masih relevan dengan situasi Indonesia saat ini. Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini, berupaya terus menjaga dan meningkatkan persatuan dan toleransi kehidupan beragama sekaligus juga berperan aktif dalam penyelesaian isu-isu perdamaian di kawasan ASEAN. (LITBANG KOMPAS).
Baca juga : Gelombang Ketiga Covid-19, Keyakinan Bisnis Jerman Naik pada April