Kehati-hatian di Balik Peningkatan Pengendalian Covid-19 di Provinsi DIY
Upaya pengendalian pandemi di DIY kian membaik. Namun, tingkat kematian akibat Covid-19 di DIY masih menjadi catatan karena mengalami peningkatan dalam sepuluh minggu terakhir.
Indeks Pengendalian Covid-19 Indonesia yang disusun oleh Kompas menunjukkan adanya peningkatan penanganan pandemi di Provinsi DI Yogyakarta. Percepatan vaksinasi yang diikuti menurunnya jumlah kasus Covid-19 menandai perbaikan tersebut. Meski demikian, upaya perbaikan masih harus terus dilakukan mengingat masih tingginya angka kematian akibat Covid-19 di DIY.
Berdasarkan pemantauan Kompas, skor Indeks Pengendalian Covid-19 Indonesia (IPC-19) di Provinsi DIY kian meningkat. Bahkan, mampu melampaui capaian nasional menurut pengamatan minggu terakhir pada 20 September 2021.
Penghitungan IPC-19 oleh Kompas dimulai sejak pertengahan Juli 2021 saat kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat diterapkan. Hingga 20 September 2021, pengamatan telah dilakukan sebanyak sepuluh kali atau sepuluh minggu.
Indeks tersebut disusun atas dua aspek utama, yakni manajemen infeksi dan manajemen pengobatan. Aspek manajemen infeksi mengukur upaya-upaya penanganan yang dilakukan hingga terjadinya infeksi Covid-19.
Rata-rata kasus terkonfirmasi positif dalam tujuh hari terakhir di setiap pengukuran menjadi salah satu indikator pembentuk aspek tersebut. Dua indikator lainnya adalah angka rasio positif (positivity rate) dalam tujuh hari terakhir dan cakupan vaksinasi lengkap terhadap total populasi provinsi terkait.
Sementara itu, tiga indikator untuk mengukur aspek manajemen pengobatan adalah angka kesembuhan terhadap total kasus positif Covid-19 , angka kematian tujuh hari terakhir, serta rata-rata keterisian tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) tujuh hari terakhir.
Penghitungan sejumlah indikator tersebut menghasilkan skor dengan skala 0-100 yang menunjukkan sejauh mana kebijakan dan pengendalian telah dilakukan. Di sisi lain, pengukuran yang dilakukan di masing-masing provinsi ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah setempat terkait apa saja yang perlu dibenahi dan ditingkatkan terkait pengendalian Covid-19.
Konsisten meningkat
Pada minggu pertama pemantauan, 19 Juli 2021, skor indeks di DIY baru mencapai 30. Kedua aspek pembentuknya menyumbang skor yang sama, masing-masing 15 poin. Saat itu, capaian di Provinsi DIY masih berada di bawah skor Pulau Jawa yang mencapai 34 poin.
Bahkan, tertinggal jauh dari skor nasional yang mencapai skor 44 poin. Kondisi ini menggambarkan betapa pemerintahaan DIY berjuang mengendalikan virus SARS-CoV-2 masyarakat tidak semakin banyak terinfeksi dan yang positif Covid-19 bisa segera disembuhkan.
Setelah satu bulan berselang, skor IPC-19 di DIY meningkat cukup signifikan. Tanggal 23 Agustus 2021 (minggu keenam), skor DIY menjadi 57, naik 12 poin dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Hingga minggu kesepuluh, skor indeks DIY telah mencapai angka 78 poin. Aspek manajemen infeksi naik menjadi 38 poin, sedangkan manajemen pengobatan menjadi 40 poin.
Angka yang terus meningkat tersebut mencerminkan bahwa upaya pengendalian pandemi di DIY kian membaik. Salah satu langkah pemerintah DIY yang patut diapresiasi adalah percepatan vaksinasi.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tanggal 18 September 2021, capaian vaksinasi dosis pertama di DIY telah mencapai 75,30 persen dan 35,42 persen pada dosis kedua.
Angka tersebut bahkan melampaui capaian vaksinasi nasional yang baru menembus angka 38,14 persen pada dosis pertama dan 21,64 persen dosis kedua pada periode yang sama. Capaian itu akhirnya membawa DIY menduduk posisi keempat tertinggi setelah DKI Jakarta, Bali, dan Kepulauan Riau.
Tingginya capaian vaksinasi itu diikuti dengan rata-rata kasus baru yang terus menurun setelah mencapai titik puncak pada akhir Juli 2021. Saat itu, rata-rata kasus baru dalam tujuh hari terakhir sempat mencapai 2.186 kasus pada 30 Juli 2021.
Memasuki September, kasus Covid-19 di DIY melandai. Rata-rata kasus baru per 1 September 2021 menjadi 521 kasus. Penurunan tersebut kemudian diikuti dengan turunnya level PPKM di DIY.
Terhitung sejak 6 September 2021, PPKM di semua kabupaten/kota DIY turun ke level 3. Membaiknya penanganan Covid-19 DIY pun terus berlanjut ditandai dengan rata-rata kasus baru Covid-19 yang berkurang signifikan menjadi 126 kasus pada 20 September 2021.
Meski demikian, penanganan pandemi di DIY bisa dikatakan bukan yang terbaik di Pulau Jawa. Hingga periode pengamatan minggu kesepuluh, skor IPC-19 di Pulau Jawa mencapai 80 poin. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dari semua pulau besar yang ada di Tanah Air, bahkan melampaui skor nasional yang baru mencapai 74 poin.
Dengan skor indeks di atas rerata nasional pun, DIY masih tertinggal jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa. Jawa Barat, misalnya, sebagai provinsi dengan jumlah penduduk tertinggi dan menyumbang kasus Covid-19 terbesar kedua secara nasional sudah mampu mencapai skor 80 poin pada periode yang sama.
Apalagi, jika dibandingkan dengan DKI Jakarta, jaraknya menjadi semakin lebar. Skor IPC-19 di DKI Jakarta sudah mencapai 92 poin, jauh di atas rata-rata nasional dan capaian Pulau Jawa. Provinsi DIY hanya dua tingkat di atas Jawa Tengah dan Jawa Timur yang baru mencapai skor 71 dan 75 poin pada 20 September 2021.
Tingkat kematian
Dengan posisi tersebut, Pemerintah Provinsi DIY masih harus berupaya keras agar pengendalian pandemi lebih optimal. Salah satu hal yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil pengamatan adalah tingkat kematian akibat Covid-19 di DIY yang justru mengalami peningkatan.
Merujuk data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana, tingkat kematian akibat Covid-19 di DIY pada 20 September 2021 mencapai 3,34 persen. Padahal, dua bulan sebelumnya, tingkat kematian hanya mencapai 2,59 persen.
Secara jumlah pun kasus meninggal harian masih berfluktuasi, meski angkanya sudah lebih kecil. Tanggal 8 September 2021, untuk pertama kalinya kasus meninggal harian di DIY di bawah angka 10, yakni hanya 9 kasus. Sebelumnya, jumlah meninggal harian mencapai 25 kasus pada 4 September. Namun, jumlahnya kembali meningkat menjadi 18 kasus pada 9 September.
Terakhir, tanggal 20 September 2021 jumlah kematian harian kembali pada angka 9 kasus setelah berhasil turun menjadi 6 kasus tiga hari sebelumnya. Dengan kata lain, kasus Covid-19 yang terus menurun belum diikuti dengan konsistensi penurunan jumlah kematian.
Jika ditelusuri lebih dalam, kematian akibat Covid-19 di DIY didominasi oleh penduduk usia lansia. Merujuk data statistik Covid-19 yang dirilis Pemerintah DIY, lebih dari 55 persen kematian akibat Covid-19 di DIY terjadi pada penduduk usia di atas 60 tahun.
Hingga saat ini penduduk lansia menjadi kelompok usia yang paling rentan akan bahaya kematian akibat Covid-19 karena adanya penyakit penyerta atau komorbid.
Hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus lantaran DIY merupakan provinsi dengan jumlah lansia terbanyak di Indonesia. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, dari 26,82 juta lansia di Indonesia, hampir 15 persennya tinggal di Yogyakarta.
Bagi DIY sendiri pun, persentase penduduk lansia terus mengalami peningkatan. Pada Sensus Penduduk DIY tahun 2000, persentase lansia DIY sebanyak 12,54 persen. Namun, pada Sensus Penduduk 2020 naik menjadi 15,75 persen.
Salah satu langkah pemerintah DIY yang patut diapresiasi adalah percepatan vaksinasi
Pada satu sisi, persentase warga lansia yang tinggi menunjukkan keberhasilan pemerintah DIY dalam meraih Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang baik. Hal tersebut tercermin dari tingginya angka harapan hidup (AHH) di DIY.
Tahun 2020, AHH perempuan di DIY sebesar 76,83 dan AHH laki-laki sebesar 73,22. Angka tersebut melampaui capaian nasional dan membuat DIY menjadi provinsi dengan AHH tertinggi dibandingkan 33 provinsi lainnya.
Namun, di sisi lain, angka harapan hidup yang menjadi prestasi DIY dapat menjadi bumerang di kala pandemi jika tidak dibarengi dengan penanganan dan kebijakan yang sesuai. Apalagi, kini DIY telah memasuki PPKM level 3 dengan sejumlah pelonggaran, salah satunya uji coba pembukaan tempat wisata.
Pengawasan atas kebijakan tersebut harus diperketat lantaran saat ini muncul tren revenge travel atau wisata balas dendam. Wisata balas dendam merupakan fenomena di mana masyarakat melakukan perjalanan wisata setelah sekian lama terpaksa menjalani isolasi ataupun kebijakan pembatasan.
Jangan sampai fenomena tersebut menjadi ancaman baru bagi DIY yang sedang mengalami perbaikan penanganan pandemi. Pasalnya, DIY memiliki daya tarik wisata yang tinggi baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara.
Baca juga: Di Balik Angka Indeks Pengendalian Covid-19
Dengan jumlah warga lansia yang tinggi dan pergerakan yang masif, bukan tidak mungkin gelombang baru akan terjadi di provinsi bagian selatan Jawa itu. Sebab, 58,19 persen warga lansia di DIY masih aktif bekerja, salah satunya pada sektor jasa dan pariwisata.
Di lain sisi, pelayanan rumah sakit untuk orang yang terpapar Covid-19 harus ditingkatkan. Pasalnya, banyak kasus kematian di DIY terjadi karena kurangnya manajemen rumah sakit rujukan Covid-19. Sejumlah kebijakan perlu kembali dirumuskan lantaran hingga saat ini DIY masih menjadi 10 besar penyumbang kasus terkonfirmasi positif dan kasus kematian tertinggi di Tanah Air. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Bagaimana "Kompas" Mengukur Indeks Pengendalian Covid-19?