Pasar Membara di April 2021
Tiga dari enam kebakaran pasar terjadi di DKI Jakarta sepanjang April 2021. Perlu evaluasi dan sinergi dari pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat untuk menjaga keberadaan ruang publik ini.
Pemberitaan mengenai kebakaran terus mengisi di awal tahun 2021 ini, terutama kebakaran pasar. Sebagai ruang publik, pasar memiliki peran vital sejak awal kemunculannya. Revitalisasi pasar perlu dilanjutkan dengan mitigasi yang melibatkan masyarakat.
Pertengahan November 2013, sebanyak 843 lapak di Blok B dan C Pasar Minggu telah ditata sesuai jenis lapaknya dan disediakan bagi para pedagang. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kala itu meresmikan kompleks pasar yang direnovasi sejak Agustus 2013. Gedung pasar yang sudah berusia lebih dari 30 tahun tersebut memang memerlukan renovasi.
Selang delapan tahun, tepatnya 12 April 2021 malam hari, kobaran api melahap kompleks Blok C Pasar Minggu. Petugas pemadam kebakaran berhati-hati memadamkan api karena struktur bangunan bertingkat yang rentan roboh ketika terbakar. Kebakaran tersebut tidak menelan korban jiwa, tapi kerugian ratusan pedagang tidak terelakkan.
Kejadian malam itu di Pasar Minggu menjadi salah satu kebakaran pasar yang terjadi di waktu berdekatan selama April ini. Selama April 2021, setidaknya ada enam pasar tradisional yang terbakar. Litbang Kompas mencatat, kebakaran pasar tersebut tidak hanya terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, dan tiga lainnya di DKI Jakarta.
Kejadian kebakaran di DKI Jakarta memang cukup menyita perhatian publik di awal tahun ini. Hingga 14 April 2021, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta mencatat 374 kali kebakaran dan 1.248 tindak pengamanan. Kejadian kebakaran ini meliputi bangunan perumahan, tempat usaha, maupun fasilitas umum di DKI Jakarta dengan jumlah kerugian yang ditaksir mencapai Rp 47,8 miliar.
Kembali pada persoalan pasar yang terbakar, berdasarkan laporan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), ada 35 pasar tradisional di Indonesia yang mengalami kebakaran. Data ini tercatat sejak awal Januari hingga 8 April 2021. Sementara itu, 4.028 kios yang terdampak, baik rusak maupun habis terbakar.
Sebelumnya, IKAPPI mendata terdapat 201 kasus kebakaran pasar di sepanjang 2019 dan 10.088 kios atau ruko yang terbakar. Dengan jumlah tersebut, rata-rata dalam sepekan terdapat empat titik kebakaran yang terjadi di pasar tradisional. Sementara itu, kebakaran di Pasar Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, pada November 2019 lalu menjadi yang terbanyak menyebabkan rusaknya kios, yakni sejumlah 800 kios.
Penyebab kebakaran pasar begitu beragam, mulai dari arus pendek listrik atau korsleting, pembakaran sampah, puntung rokok, hingga dibakar massa. Kasus kebakaran ini masih menjadi momok yang menghantui masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor perdagangan di pasar tradisional.
Melihat kasus kebakaran di Blok C Pasar Minggu, ada sesuatu yang perlu dievaluasi secara menyeluruh. Sebab, pada 2013 kawasan Blok C mengalami renovasi dari Pemprov DKI Jakarta melalui PD Pasar Jaya. Akan tetapi, hanya berumur kurang dari delapan tahun, kawasan tersebut habis dilalap si jago merah.
Berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 dituliskan bahwa pencegahan dan pengamanan bahaya kebakaran dibangunan seperti pasar tradisional harus dimulai sejak perencanaan. Pasar yang dibangun juga harus memenuhi unsur sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif dan pasif, pengawasan, hingga pengendalian kebakaran. Semua faktor inilah yang perlu diperhatikan pemerintah daerah dan pengembang karena sejatinya pasar adalah ruang vital di masyarakat.
Ruang publik
Masyarakat mengenal pasar sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Lebih dari itu, sejatinya pasar (terutama tradisional) adalah ruang publik paling awal yang ada dalam kehidupan warga negara. Hakikat pasar sebagai ruang publik ini dapat ditelusuri dalam kebudayaan Yunani Kuno.
Sebelum ada pasar, di kota-kota Yunani Kuno terdapat sebuah ruang terbuka yang digunakan sebagai tempat pertemuan berbagai aktivitas warga. Tempat ini dinamakan Agora, yang kemudian kini disebut pasar, seturut yang tertulis dalam karya sastra klasik karangan Homer di abad ke-5 SM. Agora terletak di tengah kota atau dekat pelabuhan dan dikelilingi oleh bangunan umum atau kuil.
Agora yang paling terkenal terdapat di Athena, sebagai pusat perabadan Yunani Kuno saat itu. Di Agora Athena inilah, para politikus serta bangsawan biasanya bertemu lalu berdiskusi panjang lebar sambil berdiri selama berjam-jam.
Situasi ini menjadi peluang bagi para ”filsuf bayaran” atau kaum Stoa yang menyediakan diri bagi orang-orang di Agora untuk mendengarkan mereka, kemudian meminta bayaran atas ceramah yang diberikan.
Pergeseran fungsi Agora sebagai ruang diskusi semakin terasa ketika muncul para agen yang disebut kapeloi mulai datang dan menjadi perantara antara pembeli dan pedagang. Para kapeloi lambat laun menghilang karena dianggap sebagai parasit dengan mengambil keuntungan besar dari hasil penjualan. Akhirnya, para pedagang menempati Agora untuk bertemu dengan pembeli secara langsung.
Meski demikian, identitas Agora sebagai ruang publik tidaklah pudar, melainkan semakin berkembang. Agora tetap menjadi arena tanya jawab dan ruang mengadu gagasan sehingga banyak sumber menuliskan bahwa prinsip demokrasi, seperti yang ditulis Platon (biasa disebut juga Plato), terlahir dari sana. Bahkan, sejak dulu para politisi melakukan safari kampanye dengan cara berkeliling dan mengobrol di dengan orang-orang di pasar.
Hingga saat ini, pasar (terutama pasar tradisional) masih menjadi ruang pertemuan antarlapisan masyarakat. Inilah fungsi vital pasar selain tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di pasar, obrolan ringan tentang hobi hingga politik dapat ditemukan.
Identitas pasar sebagai ruang publik masih ada dan akan terus terbentuk selama ada masyarakat yang mengisinya. Akan tetapi, identitas pasar mengalami pereduksian manakala hanya disorot ketika terjadi kenaikan bahan pokok, kasus kebakaran, atau ketika musim safari politik para politisi di masa kampanye.
Revitalisasi
Berdasarkan laporan Kementerian Perdagangan (Kemendag), sudah ada 4.211 pasar di seluruh Indonesia yang direvitalisasi selama 2015 hingga 2019. Program ini menargetkan 5.248 pasar untuk direvitalisasi dengan anggaran Rp 3,1 triliun. Meski demikian, banyaknya kuantitas pasar yang direvitalisasi tidak serta merta menjamin kualitas bangunan.
Menurut Kemendag, revitalisasi pasar bertujuan untuk memperkuat ekonomi rakyat dan memiliki daya saing dengan pasar modern milik swasta. Pembangunan atau revitalisasi pasar diprioritaskan untuk pasar yang telah berumur lebih dari 25 tahun, pasar yang mengalami bencana kebakaran, pascabencana alam, konflik sosial, daerah tertinggal, perbatasan, daerah yang minim sarana perdagangannya, serta daerah yang memiliki potensi perdagangan besar.
Rata-rata dalam sepekan terdapat empat titik kebakaran yang terjadi di pasar tradisional pada 2019.
Berdasarkan penelusuran Kompas (14/4/2021), masih ditemukan instalasi kabel yang cukup tua dan tidak tertata rapi di kompleks Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Jika merunut sejarahnya, Pasar Kebayoran Lama pernah mengalami kebakaran besar pada 3 April 2010 dan kemudian direvitalisasi. Akan tetapi, belum sampai 25 tahun pun, kondisi instalasi kabel di sana sudah memprihatinkan.
Maka, perlu ada koordinasi yang sinergi antara Kemendag dan instansi terkait, misalnya di DKI Jakarta melalui Perusahan Daerah Pasar Jaya. Koordinasi ini kiranya meliputi pemantauan secara rutin dan evaluasi berkala di kompleks pasar sebagai langkah antisipasi bencana. Selain itu, pihak pengelola pasar juga perlu melibatkan para pedagang, misalnya dengan melaksanakan ronda bergilir di sore dan malam hari serta menyelenggarakan pelatihan pemadaman dini kebakaran.
Layaknya ruang publik, pasar mendapatkan identitasnya ketika wujud fisiknya diperhatikan. Di sinilah peran pemerintah dan pengembang sangat diperlukan untuk melakukan revitalisasi pasar yang memperhatikan unsur fisik, pengelolaan, ekonomi, serta sosial. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Kerawanan Kebakaran di Pasar Tradisional