Antisipasi sejak Dini Kendala Vaksinasi Covid-19
Mitigasi kendala-kendala yang muncul dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di dunia diperlukan agar program vaksin nasional dapat berjalan lancar.
Distribusi vaksin, kesiapan infrastruktur, serta sistem pendataan menjadi kendala-kendala yang muncul dalam pelaksanaan vaksinasi di dunia. Antisipasi perlu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia agar program vaksin tetap berjalan lancar.
Dunia boleh sedikit berlega hati dengan dimulainya vaksinasi Covid-19 di beberapa negara. Hingga 4 Februari 2021, penduduk yang telah menerima vaksin tahap pertama mencapai 55,3 juta orang di 13 negara. Namun, di balik pelaksanaan vaksin ini, sejumlah kendala muncul, seperti produksi dan distribusi vaksin.
Akhir Januari 2021 lalu, persengketaan distribusi vaksin terjadi antara Uni Eropa dan Oxford-AstraZeneca selaku produsen vaksin. Produsen mengaku mengalami kendala produksi untuk menyelesaikan pesanan vaksin bagi Uni Eropa.
The Wall Street Journal melaporkan, AstraZeneca terlambat mengirimkan vaksin yang dipesan untuk periode Januari-Maret 2021. Dari total pesanan yang disepakati sebanyak 80 juta dosis, hanya akan dapat dipenuhi 30 juta dosis. Artinya, terjadi kekurangan 60 persen dari jumlah yang disepakati.
Kendala ini menggoyang harapan Uni Eropa untuk mencapai target vaksinasi tuntas pada musim panas tahun ini. Sebelumnya, pusat Uni Eropa di Brussels, Belgia, menargetkan akan menyuntik 70 persen dari 448 juta populasi usia dewasa di Uni Eropa. Dengan demikian, Uni Eropa harus mencari vaksin untuk menambal kekurangan.
Ketegangan antara Brussels dan AstraZeneca bertambah runcing ketika melihat Inggris tidak mengalami kendala serupa. Pihak Uni Eropa memandang adanya diskriminasi dalam proses produksi dan distribusi vaksin antara Uni Eropa dan Inggris.
Akibat kendala produksi serta distribusi, Uni Eropa tertinggal dalam program vaksinasi. Hingga akhir Januari 2020, tingkat vaksinasi Uni Eropa baru mencapai angka 2 persen. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan AS yang mencapai 6 persen dan Inggris pada angka 10 persen. Sampai sekarang, Inggris merupakan salah satu negara dengan laju vaksinasi tercepat.
Peristiwa yang menimpa Uni Eropa bisa saja dialami oleh negara-negara lain. Dengan ritme dan kemampuan vaksinasi sejumlah negara saat ini, diperkirakan tingkat vaksinasi penduduk dunia akan mencapai 11 persen hingga akhir tahun ini. Pada tahun 2022, diharapkan capaiannya akan bertambah sebesar 21 persen. Artinya, dalam waktu dua tahun, dunia berupaya mencapai target vaksinasi 32 persen populasi penduduknya.
Berkaca dari patokan target vaksinasi dunia, untuk mencapai herd immunity (kekebalan kelompok) penduduk bumi akan memakan waktu hingga 4-5 tahun, bahkan lebih. Herd immunity dapat dicapai ketika sedikitnya 70 persen populasi sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2.
Strategi
Hingga saat ini terdapat lima negara yang sudah cukup jauh mendahului negara lain dalam memberikan vaksin bagi warganya. Merujuk dari Our World in Data, kelima negara itu adalah Israel, Uni Emirat Arab, Inggris, Bahrain, dan AS. Kecepatan vaksinasi diperhitungkan berdasarkan berapa banyak orang yang disuntik dari 100 penduduk yang harus divaksin di negara tersebut.
Data 4 Februari 2021 menunjukkan, sebanyak 62 dari 100 warga Israel yang harus divaksin sudah mendapat vaksin Covid-19. Dalam sebulan, negeri itu mampu memvaksin sekitar 2 juta warganya. Total warga yang divaksin mencapai 3,37 juta jiwa penerima tahap pertama.
Vaksinasi sekitar 4 juta warga dipastikan dapat dirampungkan hanya dalam kurun waktu dua bulan. Keberhasilan Israel dipengaruhi aspek penduduk yang hanya sebesar 9,2 juta jiwa dan wilayah seluas sekitar 20.000 kilometer persegi, selain kondisi sosial politik yang mendukung.
Tidak ada kendala distribusi yang berarti di negara tercepat dalam vaksinasi ini meski sempat juga ada penentangan dari sebagian kecil warga. Faktor manajemen jaminan kesehatan juga turut mendukung keberhasilan vaksinasi melalui lembaga asuransi kesehatan yang diwajibkan menerima peserta vaksinasi.
Uni Emirat Arab sebagai negara kedua yang tercepat dalam vaksinasi meraih capaiannya berkat kesepakatan politik dengan produsen vaksin Sinopharm dari China. Pihak Sinopharm dan Departemen Kesehatan UEA menjalin komunikasi yang intens dan berbagi informasi, termasuk dalam proses uji coba vaksin. Akhirnya, UEA mendapatkan pasokan vaksin lebih awal daripada negara lain di dunia.
Buah dari kerja sama ini, UEA kini mencapai kecepatan vaksinasi hampir 40 dari 100 orang yang harus divaksin dan melaksanakan peran sebagai salah satu perantara vaksin untuk negara-negara lain. Terdapat fasilitas penyimpanan vaksin di Abu Dhabi yang menampung vaksin dari Sinopharm, Pfizer, Moderna, dan Sputnik V yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh dunia.
Negara dengan vaksinasi tercepat di urutan ketiga adalah Inggris. Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson ini menargetkan dapat menyuntik 15,3 juta warganya hingga pertengahan Februari 2021. Prioritas ditujukan bagi tenaga medis, kaum lanjut usia, serta pihak-pihak yang bekerja di fasilitas publik.
Pemerintah Inggris melalui laman resminya menjabarkan upaya dan fasilitas yang disediakan untuk mengejar target vaksinasi tuntas pada musim semi mendatang. Program didukung oleh lebih dari 2.700 fasilitas layanan kesehatan di seluruh wilayah Inggris.
Dengan demikian, tidak ada kendala soal jarak antara lokasi layanan vaksinasi dan permukiman warga. Pemerintah Inggris melakukan strategi jemput bola untuk mencapai target jumlah vaksinasi 2 juta orang per minggu.
Terdapat sejumlah kesamaan pola dalam menyukseskan vaksinasi di Israel dan Inggris. Pertama, aspek penyediaan infrastruktur layanan kesehatan. Untuk mendukung program vaksinasi, Israel menggandeng lembaga asuransi yang memiliki jaringan luas. Inggris menambah fasilitas vaksinasi dengan mendirikan 260 rumah sakit, 50 pusat vaksinasi, serta 1.200 tempat vaksinasi lokal bekerja sama dengan jaringan apotek dan lembaga perawat warga lansia.
Inggris menambah fasilitas vaksinasi, termasuk bekerja sama dengan jaringan apotek dan lembaga perawat lansia.
Selain pengadaan vaksin, proses distribusi juga memegang peran penting dalam menyukseskan program vaksinasi. Ketiga negara sudah ”mengamankan” dosis vaksin yang akan digunakan bagi warganya.
Vaksinasi Indonesia
Meski tak mampu secepat negara-negara Israel, UAE, dan Inggris, upaya perbaikan manajemen vaksin dan infrastruktur kesehatan juga diambil Pemerintah Indonesia. Pada tahapan awal vaksinasi bagi tenaga kesehatan, dosis yang telah didapatkan Indonesia sebanyak 3 juta dosis vaksin dengan target vaksinasi 1,5 juta tenaga medis.
Hingga 6 Februari 2021 sudah ada 914.303 dosis vaksin yang disuntikkan kepada para tenaga kesehatan. Jumlah ini terdiri dari 777.096 dosis tahap pertama dan 137.207 dosis tahap kedua. Rerata kecepatan imunisasi Indonesia dalam sehari mencapai 30 ribuan dosis atau per bulan mencapai 1 juta dosis.
Skala vaksinasi tenaga medis terbilang kecil jika dibandingkan dengan tahap berikutnya yang akan menargetkan masyarakat umum. Pemerintah memiliki target 15 bulan hingga Maret 2022 untuk mengimunisasi 181,5 juta warga Indonesia. Antisipasi kendala teknis perlu segera dilakukan agar target yang ditetapkan tidak meleset. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Registrasi Vaksinasi Bermasalah, Tenaga Kesehatan Minta Pendataan Manual