Sejak dimulai pilkada langsung pada 2005, Kabupaten Karawang di Jawa Barat yang pernah berjaya sebagai lumbung padi selalu ditaburi banyak peserta pilkada.
Oleh
M Puteri Rosalina
·5 menit baca
Pemilihan kepala daerah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada tahun ini membuka kotak pandora persaingan antara bupati petahana dan wakilnya. Keduanya akan membuktikan siapa yang akan mendapat dukungan terbesar pemilih Karawang.
Sejak dimulai pilkada langsung pada 2005, Kabupaten Karawang di Jawa Barat yang pernah berjaya sebagai lumbung padi selalu ditaburi banyak peserta pilkada. Tahun 2005, kontestasi pilkada diikuti empat pasangan calon (paslon) yang semuanya dari jalur partai politik (parpol). Pilkada periode berikutnya, kontestan bertambah menjadi lima yang tidak hanya didukung parpol, tetapi juga datang dari jalur perseorangan.
Pilkada 2010, jumlah peserta bertambah lagi menjadi enam paslon. Tiga paslon didukung parpol, sedangkan sisanya dari jalur perseorangan. Kini Pilkada 2020 hanya diikuti tiga paslon, semua dari jalur parpol. Petahana bupati dan wakil bupati pecah kongsi, kini bertanding berhadap-hadapan.
Selain petahana bupati dan petahana wakil bupati, persaingan diramaikan dengan kehadiran pendatang baru, seorang dokter kader partai berpasangan dengan artis sinetron. Tiga partai besar di Karawang, seperti Gerindra, Demokrat, dan PDI-P pun membagi dukungan mereka kepada tiga paslon tersebut.
Bupati dan wakil
Sudah menjadi rahasia umum di Karawang, selama periode kepemimpinan 2015-2020, hubungan antara Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana dan wakilnya, Ahmad Zamakhsyari atau akrab dipanggil Kang Jimmy, kurang harmonis. Bahkan, kabarnya keretakan hubungan ini sudah dimulai sejak awal masa kepemimpinan.
Di berbagai media lokal dikisahkan, peran wakil bupati diduga cenderung diabaikan. Selama setahun belakangan ini, wakil bupati ditengarai tidak dilibatkan lagi dalam pembahasan anggaran di Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).
Ketidakharmonisan semakin tampak ketika Kang Jimmy melakukan manuver politik lebih dini, yaitu mendeklarasikan diri menjadi calon bupati sejak 2019. Kang Jimmy tercatat sebagai Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Karawang.
Kerenggangan bupati dan wakilnya tersebut berujung pada pecah kongsi saat pencalonan Pilkada 2020. Bupati Cellica mencari pasangan baru, Aep Syaepuloh. Adapun Ahmad Zamakhstari berdampingan dengan Yusni Rinzani.
Pasangan Cellica-Aep Syaepuloh didukung 24 kursi DPRD Karawang, yang berasal dari Partai Demokrat (9 kursi), Golkar (7), Partai Keadilan Sejahtera (6), dan Nasdem (2). Saat ini, beberapa lembaga survei mencatat hasil tertinggi untuk pasangan Cellica-Aep. Masyarakat juga sudah mengenal kinerja Cellica selama menjabat sebagai bupati.
Sejumlah prestasi juga dicatat Cellica, di antaranya Tokoh Peduli Paud (2016); penghargaan Manggala Karya Kencana dalam menjalankan program kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga sejahtera (2017); Anugerah Perempuan Tangguh (2017), serta Tokoh Inspiratif Democracy Award. Pada 2018, Cellica juga mendapat penghargaan Kepala Daerah Inovatif kategori lingkungan hidup. Apresiasi diberikan atas prestasinya mempertahankan lahan pertanian dari alih fungsi lahan melalui Perda Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Pasangan Cellica-Aep mengusung visi ”Mewujudkan Karawang Mandiri, Bermartabat, dan Sejahtera untuk Semua” dan ingin melanjutkan pekerjaannya yang selama lima tahun ini belum selesai. Dalam visi misi pencalonan yang tercatat di KPU, disebutkan ada sejumlah masalah di Karawang yang belum terselesaikan.
Masalah itu, di antaranya, masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran (lebih tinggi dari rata-rata Jawa Barat) serta kualitas sumber daya manusia yang rendah. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif dan meningkatnya pencemaran lingkungan. Terakhir, terkait dengan masih belum optimalnya kinerja pemerintah daerah dan pelayanan publik kepada masyarakat.
Namun, kini juga beredar kampanye negatif soal Cellica, misalnya tentang dirinya yang tidak memberi tempat bagi kewenangan wakil bupati. Selain itu, di masyarakat mulai muncul slogan ”ABC” yang merupakan singkatan ”asal bukan Cellica”. Beredar pula isu bagi-bagi uang secara langsung kepada masyarakat.
Sejarah tentang petahana yang tak pernah menang dalam pilkada serentak di Karawang juga menjadi catatan untuk Cellica-Aep. Sebut saja Ahmad Dadang, bupati periode 2000-2005, yang maju dalam Pilkada 2005, kalah dengan pesaingnya, Dadang S Muchtar, bupati Karawang masa sebelum reformasi.
Kemudian, Dadang S Muchtar dan wakilnya, Elly Amalia, menjadi kontestan pada Pilkada 2010 dengan pasangan yang berbeda. Hasilnya, tak satu pun petahana yang menang pada pilkada 10 tahun lalu tersebut.
Namun, mitos petahana yang selalu kalah ini juga menjadi kelemahan paslon petahana wakil bupati, Ahmad Zamakhstari alias Kang Jimmy. Manuver politik yang dilakukannya sebelum pencalonan dengan berbagai kampanye negatif pada pesaingnya bisa jadi akan mengurangi dukungan pada paslon petahana wakil bupati dan pengusaha ini.
Pasangan Ahmad Zamakhstari-Yusni Rinzani didukung Partai Gerindra (8 kursi), PKB (7 kursi), dan Hanura (1 kursi). Paslon dari jalur perseorangan, Asep Agustian-Endang yang gagal mencalonkan diri, juga tercatat memberikan dukungan pada pasangan Kang Jimmy-Yusni.
Pasangan ini melihat bahwa Karawang telah menjadi kota industri sehingga harus ditata perkembangannya, khususnya di koridor Jalan Tuparev. Lahan pertanian dan produksi padi di Karawang yang dulu dikenal sebagai lumbung padi nasional kini juga terus menurun. Terkait hal itu, Kang Jimmy berjanji membangun jaringan irigasi yang memadai supaya produktivitas pertanian Karawang meningkat.
Penantang
Pasangan Yesi Karya Lianti-Ahmad Adly Fayrus yang bernomor urut satu menjadi penantang bagi kedua pasangan petahana. Yesi dan Adly tak bisa dianggap remeh. Calon bupati, Yesi Karya Lianti, adalah seorang dokter yang juga politisi PDI Perjuangan. Sebelum menjadi politisi PDI-P, Yesi yang merupakan adik ipar Cellica ini sebenarnya merupakan politisi Demokrat. Namun, karena Demokrat lebih memilih mencalonkan Cellica, Yesi beralih mencari dukungan ke PDI-P.
Wakilnya, Ahmad Adly Fayruz, dikenal sebagai artis sinetron. Namun, Adly Fayruz sudah cukup lama meninggalkan dunia selebritas dan menjadi politisi Partai Nasdem. Pasangan ini didukung PDI-P, Partai Bulan Bintang, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional dengan total 10 kursi di DPRD Karawang.
Sesuai pola kekalahan petahana di pilkada, bisa saja pasangan ini mendapat keuntungan limpahan suara pemilih yang enggan memilih petahana dan ingin mencari sosok baru pemimpin Karawang. Tentu, semua kembali pada masyarakat Karawang itu sendiri.