Pesona Kedaulatan di Natuna
Kabupaten Natuna di Kepulauan Riau memiliki kekayaan laut dan sumber energi yang potensial. Letaknya di jalur perairan dunia membuat Natuna tidak lepas dari konflik perbatasan.
Natuna merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten dengan ibu kota di Ranai ini memiliki luas wilayah 264.198,37 kilometer persegi. Nyaris seluruh wilayah Natuna merupakan lautan. Luas wilayah daratannya hanya sebesar 1.869,95 kilometer persegi.
Lanskap Kabupaten Natuna terdiri dari pulau-pulau. Terdapat 154 pulau di Kabupaten ini. Dari jumlah tersebut, hanya 27 pulau yang berpenghuni dengan total penduduknya 76.968 jiwa (2018).
Laut Natuna memiliki kekayaan ikan yang melimpah. Beberapa ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah ikan napoleon (Cheilinus undulatus), ikan kerapu, ikan kakap, ikan selar ekor kuning, dan ikan pari.
Ikan napoleon dan ikan kerapu merupakan jenis ikan yang diekspor ke Hong Kong. Ada pula ikan angoli dan kakap merah yang harganya bisa mencapai Rp 60.000 per kilogram.
Sumber daya laut memberi berkah bagi masyarakat Natuna. Tahun lalu, jumlah produksi perikanan tangkap di laut mencapai 87.248 ton dengan nilai Rp 1,75 triliun. Sementara produksi perikanan budidaya mencapai 76.896 ton.
Wilayah dengan hasil perikanan tangkap di laut yang terbesar adalah Kecamatan Bunguran Barat, Subi, dan Serasan. Hasil perikanan tangkap di daerah Bunguran Barat mencapai 18.942 ton atau sebesar 21 persen dari total produksi perikanan tangkap di Natuna.
Potensi laut membuat sektor perikanan menjadi salah satu mata pencarian penduduk Natuna. Nelayan di Kabupaten Natuna yang berjumlah sekitar 10.000 orang hampir tersebar merata di 15 Kecamatan.
Hasil bumi
Selain menjadi nelayan, masyarakat Natuna juga bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di bidang pertanian, tanaman padi, palawija, dan buah-buahan merupakan kegiatan ekonomi yang banyak dilakukan masyarakat. Padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, talas, dan kacang tanah adalah tanaman yang banyak diusahakan masyarakat.
Luas panen padi di Kabupaten Natuna pada 2018 mencapai 92,2 hektar dengan produksi padi 178,68 ton. Tanaman padi banyak ditemukan di Kecamatan Serasan Timur dan Kecamatan Bunguran Batubi.
Selain padi, tanaman palawija juga banyak ditanam warga Natuna. Tanaman yang paling banyak dipanen adalah ubi kayu yang seluas 84,4 hektar. Selain ubi kayu, ada pula jagung dan kedelai. Tanaman palawija banyak ditemukan di Kecamatan Serasan, Bunguran Laut Timur, dan Bunguran Batubi.
Buah-buahan juga terdapat di Natuna. Produksi paling banyak adalah durian, sebesar 953 kuintal. Tanaman durian paling banyak dihasilkan di Kecamatan Serasan Timur. Produksi buah yang banyak dihasilkan dari Natuna adalah pisang dan mangga.
Minyak dan gas
Walaupun merupakan daerah kepulauan dengan bentang perairan yang luas, sektor perikanan bukanlah merupakan struktur utama penggerak ekonomi di Natuna. BPS Kabupaten Natuna mencatat, selama lima tahun terakhir (2014-2018) struktur perekonomian Kabupaten Natuna menurut PDRB Dengan Migas didominasi kategori pertambangan dan penggalian.
Sektor tersebut merupakan kontributor terbesar ekonomi Natuna, yang mencapai 72.63 persen. Kategori berikutnya adalah kluster pertanian, kehutanan dan perikanan, serta sektor konstruksi.
Besarnya PDRB sektor pertambangan disebabkan kekayaan sumber daya alam. Wilayah Natuna terkenal dengan penghasil minyak dan gas. Kementerian ESDM mencatat pada 2016 wilayah kerja (WK) migas yang berlokasi di Kepulauan Natuna berjumlah 16 WK. Dari jumlah tersebut, sebanyak 6 WK produksi dan 10 WK eksplorasi.
Enam wilayah kerja migas yang telah berproduksi tersebut adalah South Natuna Sea Block B, Natuna Sea Block A, Kakap, Udang Block, Sembilang, dan Northwest Natuna.
Produksi terbesar berasal dari South Natuna Sea Block B yang produksi minyaknya mencapai 19.888 barel per hari dan gas 235 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Total produksi migas di Natuna pada 2016 tercatat untuk gas 4890,3 MMSCFD serta minyak dan kondensat 25.113 barel per hari. Total cadangan terbukti migas di Kepulauan Natuna adalah untuk gas sebesar 4 trillions of standard cubic feet (TSCF) dan minyak serta kondensat 201,401 million stock tank barrels (MMSTB).
Laman Pemerintah Kabupaten Natuna menyebutkan, ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di Zona Ekonomi Eksklusif dengan total cadangan 222 trillion cubic feet (TCT) dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.
Perbatasan
Ibarat rumah, Natuna merupakan halaman depan Indonesia yang berbatasan dengan sejumlah negara tetangga. Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, sedangkan di bagian barat berbatasan dengan Singapura dan Malaysia.
Memiliki kekayaan alam berlimpah dan berada di jalur strategis perairan internasional membuat Natuna tidak lepas dari konflik dengan negara lain. Kasus pencurian ikan hingga pelanggaran zona perbatasan berulang kali terjadi di Natuna.
Pada 18 Maret 2018, tiga kapal asing berbendera Vietnam ditangkap aparat keamanan Indonesia di perairan Natuna. Mereka mencuri ikan menggunakan alat tangkap pukat harimau ganda.
Kasus serupa membuat Kementerian Kelautan dan Perikanan menenggelamkan tujuh kapal asing pencari ikan yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia (11/5/2019).
Terbaru, pada awal tahun 2020, empat kapal penjaga pantai China dan satu kapal pengawas perikanan China mengawal 30 kapal ikan berbendera China yang berada di Laut Natuna Utara.
Hak berdaulat Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di Laut Natuna Utara ditunjukkan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Natuna pada 8 Januari 2020. Presiden menegaskan, pada prinsipnya kapal asing bisa berlalu lalang di perairan ZEE Indonesia. Namun, mereka tidak diperbolehkan mengambil sumber daya laut di ZEE Indonesia.
Kehadiran presiden menjadi simbol kedaulatan negara untuk menjaga seluruh sumber daya alam laut yang berada di ZEE Indonesia. Menjadi kewajiban pemerintah untuk melindungi seluruh wilayah Tanah Air.
Meski demikian, kehadiran negara di ujung Natuna seharusnya juga menyentuh kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Natuna. Sekalipun memiliki kekayaan migas dan sumber daya laut, penyerapan lapangan kerja dan kemiskinan masih menjadi tantangan di Natuna.
Di bidang tenaga kerja, sektor pertambangan belum banyak menyerap lapangan kerja bagi masyarakat Natuna. Sektor perikanan bersama pertanian, perkebunan, dan kehutanan menjadi tumpuan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Natuna. Sebanyak 24 persen penduduk yang bekerja di Kabupaten Natuna pada 2018 terserap di bidang tersebut.
Pada 2018, penduduk miskin di Kabupaten Natuna sebanyak 3.596 orang atau 4,68 persen dari total penduduk. Persentase penduduk miskin meningkat dari tahun sebelumnya. Jumlah penduduk yang menganggur pada 2018 mencapai 1.254 jiwa dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,52 persen.
Memiliki kekayaan alam melimpah merupakan impian banyak negara. Natuna mempunyai modal alam yang tidak dimiliki negara-negara lain. Idealnya, kekayaan alam tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan warga Natuna.
Menjaga kedaulatan negara harus diiringi kedaulatan kesejahteraan masyarakat Natuna. Salah satunya adalah meningkatkan kapasitas nelayan di Natuna. Data Pemerintah Kabupaten Natuna menyebutkan, rata-rata armada kapal yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan berbobot antara 3-5 GT. Kapasitas ini jauh di bawah kapal-kapal asing yang mencuri ikan di perairan Natuna yang mencapai 10-30 GT.
Belum lagi ketersediaan BBM jenis solar, terutama solar subsidi untuk nelayan, serta pasokan listrik untuk pengolahan dari hasil tangkapan di laut. Selain membangun armada militer, menyediakan lebih banyak dermaga atau pelabuhan bagi perahu nelayan di sejumlah pulau juga penting dilakukan pemerintah untuk memberdayakan wilayah Natuna. Dengan meningkatkan kesejahteraan warganya, kedaulatan negara yang sesungguhnya dapat diwujudkan di ujung Natuna. (Litbang Kompas)