Ganjar Pranowo-Taj Yasin 76,6 Persen, Sudirman Said-Ida Fauziyah 15 Persen
Sebulan menjelang pemilihan gubernur Jawa Tengah terjadi pergerakan elektabilitas kedua pasangan calon yang membuat jarak keterpilihan mereka menyempit. Jarak elektabilitas yang awalnya selebar 67,2 persen kini berkurang menjadi 61,6 persen.
Soliditas massa partai pengusung, perubahan dukungan secara geografis dan demografis, serta naiknya popularitas menjadi pendorong menguatnya dukungan terhadap Sudirman Said-Ida Fauziyah.
Hasil Survei Litbang Kompas menunjukkan, pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin akan dipilih oleh 76,6 persen, sedangkan duet Sudirman Said-Ida Fauziyah didukung oleh 15 persen pemilih jika pilkada digelar sekarang.
Pada survei dua bulan lalu, tingkat keterpilihan Ganjar-Yasin adalah 79 persen dan Sudirman-Ida 11,8 persen. Dengan begitu, pergerakan kampanye selama dua bulan belakangan mulai menunjukkan perubahan konstelasi dukungan pemilih.
Elektabilitas Pasangan Calon dalam Pilgub Jawa Tengah
Survei Litbang Kompas dilakukan terhadap 800 responden di Jawa Tengah pada 10-15 Mei 2018 dengan margin of error sebesar +/- 3,46 persen. Survei dilakukan menggunakan model responden panel sehingga perubahan perilaku memilih pada responden yang sama dengan survei sebelumnya dapat diketahui dengan jelas.
Dengan model ini diketahui jejak peralihan dukungan dari responden yang awalnya memilih Ganjar-Yasin kini 6,1 persen beralih dukungan kepada Sudirman-Ida. Sementara 88,9 persen tak berubah, tetap memilih pasangan itu.
Sebaliknya, mereka yang dulunya memilih Sudirman-Ida sebanyak 25,3 persen sekarang beralih ke pasangan Ganjar-Yasin dan 70,1 persen tetap pada posisi pilihan awalnya.
Soliditas partai menguat
Meningkatnya tingkat keterpilihan Sudirman-Ida, walaupun belum signifikan, disebabkan oleh perubahan dukungan massa partai pengusungnya yang kian solid.
Sudirman-Ida yang diusung oleh Partai Gerindra, PKS, PAN, dan PKB mendapat dukungan yang semakin besar dari konstituen partai tersebut. Perubahan dukungan terutama terjadi pada massa Gerindra, PKS, dan PAN. Sementara dukungan dari konstituen PKB relatif konstan.
Terjadi perubahan dukungan massa partai pengusungnya yang kian solid.
Dukungan dari massa Partai Gerindra yang dua bulan lalu tercatat 23,1 persen kini menjadi 41,5 persen. Massa PKS yang sebelumnya hanya 40 persen mendukungnya kini meningkat ke angka 52 persen. Demikian juga dengan dukungan massa PAN yang sebelumnya tercatat 31,3 persen, kini jumlahnya meningkat menjadi 44 persen.
Sementara massa PKB cenderung tak berubah, justru solid mendukung Ganjar-Yasin dengan kisaran angka 81 persen. Padahal, seperti kita ketahui, PKB merupakan partai yang mengusung kadernya, Ida Fauziyah, sebagai pendamping Sudirman Said.
Massa PDI-P tercatat sebagai pendukung paling solid dalam pilgub Jateng dan suaranya kian terkonsentrasi pada pasangan Ganjar-Yasin. Dukungan massa PDI-P untuk pasangan ini sekarang mencapai 94,3 persen, naik dari 89,9 persen pada periode survei sebelumnya.
Pasangan ini juga solid didukung massa PPP, Demokrat, dan Nasdem yang menjadi mitra pengusung Ganjar–Yasin dalam pilkada ini. Dukungan suara dari massa PPP mencapai 80,6 persen, Demokrat 83,3 persen, dan Nasdem 70 persen.
Ganjar-Yasin juga dipilih oleh massa partai-partai non-pengusung, seperti Golkar dan Hanura. Kekuatan Ganjar–Yasin bahkan disokong oleh separuh pemilih Gerindra (58,5 persen), PKS (48 persen), dan PAN (56 persen) yang hingga kini masih belum beralih mendukung Sudirman-Ida. Dengan demikian, Sudirman-Ida harus berjuang keras membalik aliran dukungan massa partai yang sekarang masih berada di pihak lawannya.
Sudirman-Ida harus berjuang keras membalik aliran dukungan massa partai.
Perubahan geografis dan demografis
Dinamika politik juga terlihat pada sisi kewilayahan. Ada kecenderungan Sudirman-Ida menuai pengaruh yang cukup signifikan dengan bergerak di perdesaan sehingga menyusutkan dukungan terhadap Ganjar-Yasin.
Dua bulan lalu, Sudirman-Ida memperoleh 11,3 persen dukungan di perdesaan, kini jumlahnya menjadi 16,2 persen. Sebaliknya, posisi keterpilihan Ganjar–Yasin cukup stabil di perkotaan, sebelumnya 78,4 persen dan kini 79,1 persen.
Perubahan elektabilitas kandidat di perkotaan dan perdesaan
Elektabilitas Sudirman-Ida meningkat di eks Karesidenan Kedu, Pekalongan, Surakarta, dan Banyumas. Di eks Karesidenan Kedu, keterpilihan pasangan ini naik 7,1 persen, di Pekalongan 3,9 persen, Surakarta 5,1 persen, dan Banyumas 3,2 persen.
Sebaliknya, keterpilihan Ganjar-Yasin juga meningkat di eks Karesidenan Banyumas, dari 75 persen menjadi 79,8 persen. Namun, mereka mengalami penurunan dukungan di eks Karesidenan Pati (-7,4 persen), Pekalongan (-3,9 persen), dan Semarang (-1,3 persen).
Perubahan elektabilitas kandidat
Kenaikan keterpilihan Sudirman-Ida juga disumbang oleh membesarnya dukungan dari kalangan Muhammadiyah, semula 22,6 persen menjadi 29,5 persen. Sementara itu, kalangan Nahdlatul Ulama terlihat lebih sulit berubah. Dukungan kalangan NU terhadap Ganjar-Yasin masih sama dengan dua bulan sebelumnya, di kisaran 81 persen.
Perubahan elektabilitas kandidat berdasarkan aliran keagamaan pemilih
Dukungan terhadap Ganjar-Yasin berasal dari semua strata usia. Meskipun demikian, ada kecenderungan membesarnya suara yang diberikan kepada pasangan Sudirman-Ida pada kelompok usia matang dan senior (di atas 35 tahun).
Semula dukungan dari kelompok matang (36-50 tahun) sebanyak 10,6 persen, kemudian berubah menjadi 14,6 persen. Dari kelompok senior (di atas 50 tahun), dukungan semula 11,6 persen, lalu menjadi 17,4 persen. Posisi Sudirman-Ida juga terlihat semakin kuat pada strata pendidikan menengah.
Perubahan elektabilitas kandidat berdasarkan tingkat pendidikan pemilih
Peningkatan Popularitas
Menanjaknya popularitas pasangan Sudirman-Ida di mata calon pemilih menjadi salah satu pendorong bagi naiknya elektabilitas mereka. Pengetahuan orang terhadap Sudirman Said meningkat hampir dua kali lipat selama dua bulan ini, dari 26 persen menjadi 43,8 persen. Demikian juga dengan pasangannya, Ida Fauziyah, pengetahuan publik meningkat lebih dari dua kali lipat dari 12,4 persen menjadi 27,9 persen.
Jarak popularitas antara Sudirman Said dan Ganjar Pranowo juga terlihat semakin sempit. Semula jaraknya terpaut 52,4 persen, kini menjadi 48 persen. Walaupun menyempit, popularitas Sudirman terbilang masih terlalu jauh dari Ganjar. Saat ini, popularitas Ganjar mencapai 91,8, sehingga dapat dikatakan hampir semua calon pemilih Jateng mengenalnya.
Dua bulan lalu, popularitasnya berada di angka 78,4 persen. Kenaikan popularitas Ganjar, yang juga diikuti oleh meningkatnya pengenalan masyarakat terhadap pasangannya, Taj Yasin, turut mendorong popularitas (brand image) mereka sebagai pasangan.
Berdasarkan hasil survei, ingatan pertama publik (top of mind) ketika ditanya siapakah pasangan pilgub Jateng yang diketahui menunjukkan makin kuatnya gambaran Ganjar-Yasin di mata publik. Popularitas mereka naik signifikan dari 66,1 persen menjadi 79,6 persen.
Gejala ini menunjukkan makin intensnya penetrasi pasangan ini dalam memengaruhi ingatan publik. Ganjar tercatat sangat gencar memublikasikan segala aktivitasnya lewat media sosial, seperti Instagram dan Facebook.
Upaya ini tampaknya cukup berhasil memikat ingatan publik kepada mereka. Menanjaknya popularitas Ganjar-Yasin berdampak langsung pada kian susutnya popularitas pasangan Sudirman-Ida sebagai pasangan yang disebut pertama, yang semula 6 persen menjadi 3 persen.
Top of mind merujuk pada nama pasangan calon yang disebut pertama kali oleh responden ketika ditanya siapa pasangan calon yang responden ketahui di Pilkada Jateng 2018.
Tingkat resistensi
Tarik-menarik dukungan dalam pilgub Jateng menampakkan gejala yang kian menghangat dengan tingkat resistensi yang trennya menguat dalam dua bulan belakangan ini.
Terdapat kecenderungan resistensi yang semakin membesar baik terhadap pasangan Sudirman-Ida maupun Ganjar-Yasin. Saat ini, resistensi atau penolakan terhadap pasangan Sudirman-Ida mencapai 61,1 persen, padahal sebelumnya 42,1 persen.
Resistensi juga dirasakan oleh calon petahana Ganjar. Penolakan yang dialami pasangan Ganjar-Yasin bahkan meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan Maret lalu, yakni dari 7,1 persen menjadi 13,5 persen.
Peningkatan resistensi tersebut, yaitu hampir dua kali lipat pada pasangan Ganjar-Yasin dan sebesar 20 persen pada pasangan Sudirman-Ida menggambarkan polarisasi yang kian tajam dalam pilihan politik masyarakat. (LITBANG KOMPAS)