Bey Machmudin: Jabatan Itu Amanah Dijalankan, Bukan Dicari
Perangkapan jabatan sulitkan Bey bekerja optimal. Akankah pengggantinya bisa bantu komunikasi efektif Presiden?
Saat mendengar pertama kali jabatan Bey Triadi Machmudin sebagai Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Kementerian Sekretariat Negara akan diganti, pekan lalu, Kompas langsung menghubunginya di Bandung, Jawa Barat. Saat itu, Bey yang masih sibuk bekerja di kantor Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, menjawab, ”Jabatan itu amanah, dan amanah itu dijalankan, bukan dicari cara supaya dapat bertahan di posisi itu. Semua itu ada masanya, semua ada saatnya,” begitulah Bey menjawab.
Menurut Bey saat ditanyakan kembali soal politik pasca-Pemilu 2024 yang boleh dibilang mengharubirukan citra Istana dan Presiden Joko Widodo sepeninggalnya menjadi penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey tak mau menjawab. Ia kembali menjawab, ”Bagi saya yang penting di mana pun saya bekerja, saya akan memberi warna bagi institusi tersebut. Saya percaya kalau kita bekerja dengan baik, hal itu akan membukakan pintu-pintu kebaikan lainnya.”
Sejak Bey diputuskan dalam sidang Tim penilai Akhir yang dipimpin Presiden Joko Widodo dan dihadiri Wakil Presiden Ma’ruf Amin sebagai penjabat Gubernur Jawa Barat pada 5 September 2023, banyak hal yang terjadi di Istana dan yang disampaikan Presiden Jokowi. Kadang lugas seperti jawaban Presiden di Pangkalan Halim Perdanakusuma sebelum kampanye Pemilu 2024. Sebut saja pernyataannya yang kemudian ditafsirkan seperti Presiden seolah ingin ikut berkampanye, saat pemilu, meski sebenarnya tidak akan dilakukannya.
Baca juga: Menilik Kembali Gaya Komunikasi Politik Presiden Jokowi
Kadang pula muncul pernyataan yang bersayap Presiden yang juga lebih ditafsirkan sangat jauh seperti, ”Saya sementara ketua Indonesia” tatkala wartawan yang bertugas di Istana mengejar sikap Presiden mengenai wacana Presiden akan menjadi ketua umum Partai Golkar.
Sebagian jurnalis dan publik menduga hal itu karena Bey, yang biasa mendampingi Presiden Jokowi dalam setiap acara dan setiap dilakukan doorstop atau wawancara cegatan, jawaban Presiden Jokowi boleh dibilang terkontrol. Malah kadang, jika Presiden menjawab kebablasan, Bey mencoba meluruskan ke media. Namun, sepeninggal Bey, terus terang, secara subtansi tidak ada yang bisa membisiki presiden atau memberikan arahan langsung kepada presiden. Kecuali jika Presiden ingin meminta pertimbangan atau perkembangan suatu persoalan kepada menteri yang mendampingi.
Bey memang dikenal sudah cukup lama bekerja dekat dengan wartawan dan seputar pemberitaan dan informasi di medsos. Sejak masih di era Wakil Presiden Jusuf Kalla saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY), Bey sudah bekerja sebagai staf di Asisten Deputi Dokumentasi dan Diseminasi Informasi Sekretariat Wapres. Begitu juga ketika Wapres dijabat oleh Boediono, Bey aktif membantu Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat berkomunikasi dengan jurnalis dan mengikuti perkembangan pemberitaan media massa.
Juru Bicara Presiden Joko Widodo Fadjroel Rachman bersama Deputi Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Triadi Machmudin (kanan) di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Hal ini terjadi ketika Bey masih sebagai Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi hingga menjadi Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media, Bey yang selalu dekat dengan Presiden tak hanya berdiskusi dengan jurnalis mengenai hal-hal yang akan ditanyakan pers, bahkan mengusulkan hal-hal yang memang perlu diketahui oleh pers dan juga dijawab oleh Presiden. Meski sering Presiden menjawab lugas apa adanya sesuai keinginannya.
Lalu, bagaimana jika benar-benar tidak ada lagi orang seperti Bey yang boleh dianggap dekat dengan wartawan dan Presiden mengetahui persoalan dan isi berita sejumlah media karena Bey selalu mengikuti peristiwa dan berita aktual, tak hanya di media arus utama, tetapi juga media sosial, yang akan diinfokan kepada Presiden sebelum menjawab pertanyaan jurnalis?
Bey memang dikenal sudah cukup lama bekerja dekat dengan wartawan dan seputar pemberitaan dan informasi di medsos. Sejak masih di era Wakil Presiden Jusuf Kalla saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Bey sudah bekerja sebagai staf di Asisten Deputi Dokumentasi dan Diseminasi Informasi Sekretariat Wapres. Begitu juga ketika Wapres dijabat oleh Boediono, Bey aktif membantu Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat berkomunikasi dengan jurnalis dan mengikuti perkembangan pemberitaan media massa.
”Jabatan itu amanah dan amanah itu dijalankan, bukan dicari cara supaya dapat bertahan di posisi itu. Semua itu ada masanya, semua ada saatnya. ”
Tak heran jika ketika Mensenneg Pratikno langsung tertarik saat mencari siapa pengganti Kepala Biro Pers Istana Setpres Albiner Sitompul peninggalan di era Presiden SBY dengan yang baru. Bey akhirnya dipilih dan dipercaya pada 25 Agustus 2015 hingga kemarin sebagai Deputi Protokol meski masih menjabat sebagai penjabat Gubernur Jabar.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono (ketiga dari kanan) dan Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Bey Machmudin menerima perwakilan pengunjuk rasa, Senin (12/9/2022) di Wisma Negara, Jakarta.
Pontang panting
Kemarin, Pratikno melantik Bey sebagai Staf Ahli Bidang Komunikasi Politik dan Kehumasan Kementerian Setneg. Dengan demikian, Bey meninggalkan jabatan lamanya sebagai Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Setpres. Namun, jabatan sebagai penjabat Gubernur Jawa Barat tetap melekat di pundak Bey.
”Karena Pak Bey juga saat ini rangkap sebagai Pj Gubernur Jawa Barat. Jadi agar Pak Bey tidak pontang-panting karena di Setpres kan sibuk sekali dengan kegiatan Pak presiden yang sangat padat,” ujar Pratikno saat menjawab pers seusai acara pelantikan rotasi pejabat eselon I dan pelantikan eselon III dan IV Kemensetneg di Gedung Kementerian Setnbeg, Jakarta, Rabu (3/4/2024).
”Karena Pak Bey juga saat ini rangkap sebagai Pj Gubernur Jawa Barat. Jadi, agar Pak Bey tidak pontang-panting, karena di Setpres kan sibuk sekali dengan kegiatan Pak presiden yang sangat padat. ”
Pratikno menambahkan bahwa tugas Bey sebagai penjabat kepala daerah juga sangat berat. ”Jadi, kemudian anulah, Pak Bey digeser dari Istana. Sebetulnya juga kita juga di Setpres, Pak Heru (Heru Budi Hartono) juga jadi Pj Gubernur DKI Jakarta. Cuma bedanya kan lokasi di Jakarta. Pak Bey lokasi di Jawa barat, Bandung. Wilayahnya luas, jadi kira-kira agar efektivitas fungsi pemerintahan sebagai Pj dan kementerian bisa maksimal,” tambah Pratikno.
Untuk sementara, kursi jabatan sepeninggal Bey masih kosong. Menurut Pratikno, proses pengisian jabatan tersebut masih dalam perbincangan. Namun, pejabat yang nantinya akan mengisi kekosongan jabatan Bey rencananya akan diambil dari pejabat di lingkungan Setpres.
Ditanya apakah jabatan yang ditinggalkan Bey akan diisi dari tim calon presiden terpilih agar transisi di sekretariat presiden berjalan lancar, Pratikno menegaskan bahwa nantinya akan dibentuk panitia seleksi atau pansel. ”Sudah jelas harus ada pansel dan harus ada proses untuk seleksi sebagaimana diatur dalam aturan ASN (aparatur sipil negara),” tambahnya.
”Sudah jelas harus ada pansel dan harus ada proses untuk seleksi sebagaimana diatur dalam aturan ASN (aparatur sipil negara). ”
Dalam pergantian itu, Bey menggantikan Sari Harjanti yang sebelumnya Staf Ahli Bidang Komunikasi Politik dan Kehumasan, Sari dirotasi menjadi Staf Ahli Bidang Ekonomi, Kemaritiman, Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Rotasi jabatan tersebut tertuang melalui Keputusan Presiden Nomor 35/TPA Tahun 2024 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Setneg.
Persiapan 17 Agustus
Seusai pelantikan, Bey mengaku memang sempat kewalahan jalankan tugas di lingkungan Sekretariat Presiden, terutama mempersiapkan Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 RI di Ibu Kota Nusantara (IKN). ”Tadi kan disampaikan Pak Menteri sebagai deputi protokol pers media itu kan memang sibuk ya. Apalagi sekarang mau 17-an di IKN, saya tidak pernah hadir rapat,” tambahnya.
”Banyak kegiatan saya harus keliling Jawa Barat. Jadi, ya, digeser dulu ke sini sebagai staf ahli. Pada prinsipnya buat saya, jabatan itu amanah dan amanah harus dijalankan dengan baik, bukan dipertahankan saya enggak sih, mau digeser, ya, udah digeser aja. Kan toh masih eselon I. ”
Sebagai Pj Gubernur Jabar, ruang lingkup pekerjaan Bey cukup luas dengan potensi bencana yang juga banyak. ”Banyak kegiatan saya harus keliling Jawa Barat. Jadi ya digeser dulu ke sini sebagai staf ahli. Pada prinsipnya buat saya, jabatan itu amanah dan amanah harus dijalankan dengan baik, bukan dipertahankan saya engga sih, mau digeser, ya, udah digeser aja. Kan toh masih eselon I,” ucapnya.
Baca juga: Komunikasi Politik 2024
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Triadi Machmudin (dua dari kiri) saat memberikan keterangan kepada media di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (17/10/2022).
Kewenangan di jabatan barunya, menurut Bey, sebenarnya hampir sama dengan tugas lama di Setpres. Namun, tugasnya kini lebih banyak membuat kajian masalah sosial, politik, dan kehumasan bagi Mensesneg. Tugas tersebut dinilai lebih ringan karena tidak ada beban dalam mempersiapkan gelaran HUT RI mendatang di IKN.
Ke depan, Bey pun merasa lebih mudah menjalankan amanat Presiden agar bisa lebih fokus menjalankan tugas sebagai Pj Gubernur Jabar. Apalagi, Presiden Jokowi sudah berkali-kali memintanya untuk fokus pada Jabar. ”Tapi, jujur saya 6 bulan sebagai Pj Gubernur Jawa Barat merasa harusnya Jawa Barat itu lebih baik pada hari ini. Mesti lebih baik. Jadi saya sedang mempercepat semuanya supaya bisa ada banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan,” ujarnya.
Terkait siapa yang nanti akan menggantikannya, Bey mengaku tidak akan cawe-cawe. Namun, ia menyebut kemungkinan beberapa nama seperti Kepala Bagian Peliputan dan Dokumentasi, Biro Pers, Media dan Informasi, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media, Erlin Suastini atau Kepala Biro Protokol Sekretariat Presiden Yusuf Permana. ”Saya enggak tahu, saya hanya dipindahkan ya sudah. Saya tidak akan cawe-cawe, kan bisa Bu Erlin bisa Pak Yusuf atau bisa dari luar yang penting kan memenuhi kriteria, mudah-mudahan lebih baik dari saya,” katanya. (WKM/HAR)