Insiden Gudang Amunisi Jadi Momentum Evaluasi
Gudang amunisi semestinya jauh dari permukiman.
JAKARTA, KOMPAS — Terbakarnya salah satu unit gudang di kompleks Gudang Amunisi Daerah Komando Daerah Militer Jaya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi momentum untuk mengevaluasi secara menyeluruh keberadaan gudang amunisi militer. Pasalnya, saat ini di sekitar kawasan itu tumbuh permukiman warga.
Pengawasan terhadap penataan ruang kawasan tempat kompleks militer berada, termasuk gudang amunisi, perlu menjadi perhatian agar aspek perlindungan bagi warga tetap terpenuhi.
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI-P, TB Hasanuddin, mengatakan, Gudang Amunisi Daerah (Gudmurah) Kodam Jaya yang mulai dioperasikan pada 1982 pada mulanya jauh dari permukiman warga. Hasanuddin, yang mengawali kariernya sebagai prajurit di TNI Angkatan Darat pada tahun 1975, menuturkan, ketika kompleks Gudmurah Kodam Jaya dibangun, kawasan di sekitarnya masih berupa sawah dan kebun.
”Sekarang (kawasan di sekitar Gudmurah) sudah jadi perumahan,” ucapnya saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (31/3/2024).
Baca juga: 135 Keluarga Terdampak Ledakan, TNI Sisir Permukiman Radius 2 Kilometer
Menurut Hasanuddin, persyaratan mutlak bagi sebuah gudang amunisi adalah berada jauh dari permukiman masyarakat. Jika amunisi yang disimpan seberat 5 kilogram (kg), kemungkinan radius bahayanya 2-3 km. Hal itu berarti jarak gudang amunisi dengan wilayah permukiman setidaknya adalah 5 km.
Melihat kondisi kompleks Gudmurah Kodam Jaya yang kian dikepung permukiman, Hasanuddin pun menilai perlu dipertimbangkan untuk memindahkan gudang amunisi ke lokasi lain yang lebih aman. Meski bukan perkara mudah, hal itu perlu dipertimbangkan secara serius.
Hingga Minggu (31/3/2024), dengan menggunakan metal detektor, sejumlah prajurit TNI menyisir amunisi dan serpihan yang terlontar dan jatuh di kawasan permukiman warga saat gudang nomor 6, salah satu dari 15 gudang di Gudmurah Kodam Jaya di Ciangsana, terbakar pada Sabtu (30/3) malam. Penyisiran dilakukan sampai sejauh 2 km dari gudang. Kobaran api yang melalap gudang itu dapat dipadamkan pada Minggu dini hari.
Peristiwa ini menyebabkan setidaknya 135 keluarga terdampak. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencatat 85 keluarga dievakuasi ke kantor Desa Ciangsana dan 50 keluarga lainnya dievakuasi ke Masjid Darussalam di Kota Wisata Cibubur. Sejumlah rumah warga rusak akibat kebakaran yang diikuti ledakan tersebut.
Untuk kepentingan penyisiran amunisi dan serpihan, kawasan permukiman warga yang meliputi perkampungan dan perumahan Kluster Visalia, termasuk kompleks Gudmurah Kodam Jaya, dijaga oleh pasukan TNI. Hanya orang berkepentingan yang boleh masuk ke lokasi itu, seperti warga setempat yang hendak mengambil pakaian dan peralatan lainnya.
Baca juga: Ledakan Gudang Amunisi yang Menggetarkan Perasaan Warga
Bahan kimia di amunisi
Saat gudang nomor 6 itu terbakar, terjadi beberapa kali ledakan. Sejumlah amunisi terlontar dan jatuh ke area permukiman warga yang berada sekitar 500 meter dari area Gudmurah. Di gudang itu tersimpan 65 ton amunisi kecil hingga besar yang terdiri atas 160.000 jenis amunisi dan bahan peledak, baik dari satuan wilayah maupun amunisi kedaluwarsa yang usianya lebih dari 10 tahun. Amunisi itu disimpan untuk dilakukan pemeriksaan sebelum mendapat persetujuan Pangdam Jaya untuk diledakkan.
Ledakan diduga terjadi akibat gesekan material kimia yang terkandung dalam amunisi kedaluwarsa yang tersimpan di gudang nomor 6. Dalam keterangannya, Sabtu, di Jakarta, Pangdam Jaya Mayor Jenderal Mohamad Hasan mengatakan, ”Kemungkinan bahan kimia di dalam amunisi itu labil dan bergesekan sehingga menimbulkan asap. Kemungkinan seperti itu.”
Hasan juga menyatakan, sistem penggudangan amunisi Kodam Jaya sangat baik sehingga ketika gudang 6 meledak, gudang 5 dan 7 tidak ikut mengalami ledakan. ”Ketika gudang 6 meledak, gudang 5-7 tidak kena karena ada tanggul, perlindungan, dan jaraknya 100 meter per gudang. Kami (juga) lakukan pendinginan di gudang 5 dan gudang 7,” ujar Hasan.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi mengatakan, pihaknya masih menginvestigasi penyebab kebakaran gudang amunisi di Gudmurah Kodam Jaya. Investigasi itu juga jadi bagian dari evaluasi untuk keamanan secara keseluruhan gudang amunisi.
Hanya saja, kata Kristomei, gudang amunisi itu sudah ada sejak 1982 dan saat itu jauh dari permukiman. ”Kalau mau dipindah, gudang ini sudah ada sejak lama. Lebih dahulu mana gudang TNI dengan permukiman? Kadang-kadang kami membangun instalasi militer lambat laun kanan kiri ada perumahan,” ujarnya, Minggu.
Baca juga: Dilema Markas TNI dan Gudang Amunisi Dekat Permukiman, Mana yang Perlu Dipindahkan?
Melihat dilema pada keberadaan gudang amunisi militer yang kini dikepung permukiman, pengamat tata ruang IPB University, Ernan Rustiadi, mengatakan, hal itu mengindikasikan ada aturan longgar terkait dengan penataan ruang dan kota. Begitu pula sebaliknya, pemerintah atau pengembang tidak memperhatikan pembangunan permukiman di area zona potensi bahaya.
”Apa pun itu, seharusnya ini tidak boleh karena terlalu dekat area dengan risiko keamanan tinggi dengan permukiman. Buffer area sterilnya terlalu sempit. Apakah ini tidak memenuhi aturan atau ada peraturan yang dilanggar dan longgar. Seharusnya tidak ada tawar-menawar jika kompleks permukiman dekat dengan kompleks militer yang memiliki risiko keamanan tinggi,” ujar Ernan.
Dekat permukiman
Selain itu, lanjut Ernan, terlepas ada penyimpanan amunisi atau tidak, kompleks militer di Indonesia pada umumnya dekat dengan permukiman warga dan hal itu dianggap wajar. Ada anggapan pula warga merasa aman jika dekat dengan kompleks militer sehingga wajar pula terjadi interaksi sosial antara TNI dan warga. Hal ini tak lepas dari konsep TNI dekat dengan rakyat.
Padahal, di negara lain, kompleks militer jauh dari permukiman warga. Ini untuk mengantisipasi gangguan atau ada ancaman keamanan dari luar dan dalam yang dianggap genting.
”Ada perbedaan kompleks militer dan kepolisian. Kepolisian memang dibentuk sebagai instansi untuk menjaga kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) dan bisa sangat luas interaksinya dengan masyarakat. Namun, di Indonesia, permukiman warga juga dekat dengan kompleks militer dan terjadi interaksi sosial pula. Ini ada plus minusnya,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Ernan, kejadian kebakaran di Gudang Amunisi Daerah Kodam Jaya harus menjadi evaluasi menyeluruh untuk pemerintah dan semua pihak pemangku kepentingan agar peristiwa serupa tidak terulang.