Dilema Markas TNI dan Gudang Amunisi Dekat Permukiman, Mana yang Perlu Dipindahkan?
Evaluasi menyeluruh diperlukan sehingga peristiwa ledakan gudang amunisi dan hal serupa tidak terulang.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Keberadaan kompleks militer dengan fasilitas gudang amunisi di dalamnya yang lokasinya dekat permukiman warga dinilai berbahaya. Meskipun peristiwa kebakaran Gudang Amunisi Daerah atau Gudmurah Komando Daerah Militer Jaya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tidak memakan korban jiwa, pemerintah dan semua pemangku kepentingan harus mengevaluasi seluruh kompleks militer yang dekat dengan permukiman warga.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi mengatakan, saat ini pihaknya masih menginvestigasi penyebab kebakaran gudang amunisi yang terjadi pada Sabtu (30/3/2024) malam kemarin.
Investigasi penyebab kebakaran itu juga bagian dari evaluasi untuk keamanan secara keseluruhan gudang amunisi. Hanya saja, kata Kristomei, gudang amunisi itu sudah ada sejak lama, sejak tahun 1982, dan saat itu jauh dari permukiman.
”Kalau mau dipindah, gudang ini sudah ada sejak lama. Lebih dahulu mana gudang TNI dengan permukiman? Kadang-kadang kami membangun instalasi militer lambat laun kanan kiri ada perumahan,” ujarnya, Minggu (31/3/2024).
Menurut dia, dalam pembangunan permukiman yang dekat dengan kompleks militer harus ada sinkronisasi dengan pemerintah daerah terkait tata ruang wilayah. Aturan-aturan yang sudah ada itu harus dikuti dan dijalankan.
”Mana yang dibangun perumahan, mana yang tidak boleh, di mana kompleks militer. Yang kiranya membahayakan masyarakat nanti jangan diizinkan untuk tata ruangnya hingga pembangunan perumahan di situ,” kata Kristomei.
Pengamat tata ruang IPB University, Ernan Rustiadi, mengatakan, fasilitas atau instalasi dengan risiko keamanan tinggi, seperti Gudang Amunisi Daerah Komando Daerah Militer Jaya, seharusnya tidak berdekatan dengan permukiman rumah warga dan steril dari aktivitas ekonomi dan sosial.
Seandainya gudang amunisi keberadaannya sudah lama, lalu terjadi pertumbuhan penduduk yang ditandai dengan munculnya permukiman, maka ada aturan longgar terkait dengan penataan ruang dan kota. Begitu pula sebaliknya, pemerintah atau pengembang tidak memperhatikan pembangunan permukiman di area zona potensi bahaya.
”Apa pun itu, seharusnya ini tidak boleh karena terlalu dekat area dengan risiko keamanan tinggi dengan permukiman. Buffer area sterilnya terlalu sempit. Apakah ini tidak memenuhi aturan atau ada peraturan yang dilanggar dan longgar. Seharusnya tidak ada tawar-menawar jika kompleks permukiman dekat dengan kompleks militer yang memiliki risiko keamanan tinggi,” ujar Ernan, Minggu (31/3/2024).
Oleh karena itu, kata Ernan, kejadian kebakaran di Gudang Amunisi Daerah Komando Daerah Militer Jaya harus menjadi evaluasi menyeluruh untuk pemerintah dan semua pihak pemangku kepentingan agar peristiwa serupa tidak terulang.
Pemerintah harus bekerja sama dengan TNI untuk menginventarisasi secara menyeluruh intalasi militer dengan risiko keamanan tinggi agar dipindahkan jauh dari permukiman. Gudang Munisi Daerah Kodam Jaya juga perlu dipindah.
Kalau mau dipindah, gudang ini sudah ada sejak lama. Lebih dahulu mana gudang TNI dengan permukiman?
Menurut Ernan, terlepas di kompleks militer ada penyimpan amunisi atau tidak. Di Indonesia, kompleks militer dekat dengan permukiman warga dianggap wajar dan umum. Ada anggapan pula warga merasa aman jika dekat dengan kompleks militer sehingga wajar pula terjadi interaksi sosial antara TNI dan warga. Hal ini tak lepas dari konsep TNI dekat dengan rakyat.
Padahal, di negara lainnya, kompleks militer jauh dari permukiman warga karena untuk mengantisipasi gangguan atau ada ancaman keamanan dari luar dan dalam yang dianggap genting.
”Hanya, di Indonesia agak berbeda karena konsep TNI dekat dengan rakyat. Umumnya, kompleks militer jauh dari perkotaan dan permukiman. Ada perbedaan kompleks militer dan kepolisian. Kepolisian memang dibentuk sebagai instansi untuk menjaga kamtibmas dan bisa sangat luas interaksinya dengan masyarakat. Namun, di Indonesia, permukiman warga juga dekat dengan kompleks militer dan terjadi interaksi sosial pula. Ini ada plus minusnya,” ujarnya.
Seperti diberitakan Kompas.id, kebakaran gudang amunisi nomor 6 mengakibatkan setidaknya 135 keluarga terdampak. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencatat 85 keluarga dievakuasi ke Kantor Desa Ciangsana dan 50 keluarga lainnya dievakuasi ke Masjid Darussalam di Kota Wisata Cibubur.
Panglima Jenderal TNI Agus Subiyanto saat meninjau lokasi mengatakan, gudang nomor 6 yang meledak itu menyimpan 65 ton amunisi kecil hingga besar. Amunisi berasal dari satuan wilayah ataupun amunisi kedaluwarsa yang usianya sudah lebih dari 10 tahun. Amunisi tersebut sedang dalam pemeriksaan sebelum mendapat persetujuan Pangdam Jaya untuk diledakkan.
”Kalau sudah kedaluwarsa, amunisi lebih sensitif. Labil, kena gesekan, panas akan mudah meledak. Makanya, gudangnya di bawah tanah dan ada tanggul, serta jauh dari permukiman untuk antisipasi ledakan,” kata Agus.
Pangdam Jaya Mayor Jenderal Mohamad Hasan mengatakan, pada pukul 03.45, titik api dari gudang nomor 6 gudang amunisi daerah (gudmurah) Kodam Jaya dipastikan sudah padam. Gudang yang berdiri sejak 1982 itu menyimpan sekitar 160.000 amunisi. Total ada 15 gudang di gudmurah tersebut.
Panglima Jenderal TNI Agus Subiyanto saat meninjau lokasi mengatakan, gudang nomor 6 yang meledak itu menyimpan 65 ton amunisi kecil hingga besar. Amunisi berasal dari satuan wilayah ataupun amunisi kedaluwarsa yang usianya sudah lebih dari 10 tahun. Amunisi tersebut sedang dalam pemeriksaan sebelum mendapat persetujuan Pangdam Jaya untuk diledakkan.