Pertemuan Surya Paloh-Prabowo Tak Akan Pengaruhi Gugatan di MK
Meski ada pertemuan Prabowo Subianto dan Surya Paloh, hal itu dinilai tak akan pengaruhi gugatan tim Amin di MK.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertemuan presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai NasdemSurya Paloh di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasdem, Jumat (22/3/2024), tidak akan berpengaruh dalam proses gugatan di Mahkamah Konstitusi yang dilakukan pasangan calon presiden Anies Baswedan dan calon wakil presiden Muhaimin Iskandar. Koalisi Perubahan tetap akan berlanjut hingga Pilkada DKI Jakarta pada November mendatang.
Ketua Umum Tim Hukum Nasional Anies-Muhaimin, Ari Yusuf Amir, di Jakarta, mengatakan, pertemuan Surya dengan Prabowo tidak akan berpengaruh dalam proses gugatan kecurangan hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
”Kewenangan ke MK itu kewenangan paslon (pasangan calon). Selama paslon masih tetap mengajukan ke MK, partai politik tidak ada hubungannya di sini,” kata Ari.
Ia menjelaskan, apa yang dilakukan pimpinan partai politik merupakan tindakan dari para politisi yang tidak bisa dinilai. Menurut Ari, Partai Nasdem masih memberikan dukungan dalam gugatan di MK. Partai Nasdem mengirimkan para advokatnya untuk membantu proses di MK. Dari pembicaraannya dengan Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Hermawi Taslim, komitmen Partai Nasdem masih tetap sama.
Kewenangan ke MK itu kewenangan paslon (pasangan calon). Selama paslon masih tetap mengajukan ke MK, partai politik tidak ada hubungannya di sini.
Adapun Anies dan Muhaimin yang diusung Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah mendaftarkan gugatan kecurangan hasil pemilu ke MK pada Kamis lalu.
Sementara itu, saat dimintai tanggapan terkait pertemuan Surya dengan Prabowo, Muhaimin tidak mau berkomentar.
Pekerjaan tim hukum belum tuntas
Dihubungi secara terpisah, Ketua Dewan Pengurus Pusat PKB Daniel Johan mengatakan, PKB menunggu tim hukum Anies-Muhaimin bekerja sampai tuntas. Menurut Daniel, silaturahmi di tengah bulan Ramadhan yang penuh berkah adalah sesuatu yang baik. Ia menegaskan, Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Nasdem, PKB, dan PKS akan berlanjut hingga Pilkada DKI Jakarta.
Itu sinyal indikasi tanda-tanda Nasdem punya kemungkinan besar akan merapat ke Prabowo-Gibran.
Menurut pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, Nasdem akan berlabuh di koalisi Prabowo-Gibran. Hal itu terlihat dari rangkaian peristiwa sebelumnya, seperti Nasdem yang menerima hasil pemilu serta memberikan selamat atas kemenangan Prabowo dan Gibran.
Peta koalisi masih dinamis
”Itu sinyal indikasi tanda-tanda Nasdem punya kemungkinan besar akan merapat ke Prabowo-Gibran,” kata Ujang. Menurut dia, pembicaraan selanjutnya membahas jumlah kursi yang akan didapatkan Nasdem di kabinet. Jika cocok, maka Nasdem akan masuk ke pemerintahan.
Jadi, kemungkinan besar Nasdem juga akan menyambut itu. Prabowo butuh untuk memperkuat kabinet dengan kekuatan parlemen. Di saat yang sama, Nasdem juga mendapatkan kekuasaan. Masuk ke pemerintahan ya juga lebih aman, lebih nyaman, lebih enak.
Ujang mengatakan, peta koalisi ke depan masih dinamis. Sebab, jumlah kursi Koalisi Indonesia Maju yang mendukung Prabowo-Gibran di parlemen tidak lebih dari 50 persen. Jika situasi seperti itu, maka koalisi Prabowo-Gibran akan lemah di parlemen. Karena itu, koalisi Prabowo-Gibran akan merangkul partai yang kalah, seperti Prabowo menemui Surya untuk mengajak bergabung masuk ke pemerintahan.
”Jadi, kemungkinan besar Nasdem juga akan menyambut itu. Prabowo butuh untuk memperkuat kabinet dengan kekuatan parlemen. Di saat yang sama, Nasdem juga mendapatkan kekuasaan. Masuk ke pemerintahan ya juga lebih aman, lebih nyaman, lebih enak,” kata Ujang.
Menurut dia, Prabowo akan merangkul partai lain yang kalah, termasuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Namun, Ujang melihat PDI-P akan memilih menjadi oposisi.