ICW Pertanyakan Motivasi Kantornya Didemonstrasi atas Tuduhan Rasisme
Sejumlah orang mendemonstrasi ICW dengan desakan agar meminta maaf terkait kata rasisme terhadap orang Indonesia timur.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia Corruption Watch atau ICW mempertanyakan motivasi kantornya didemonstrasi oleh massa atas tuduhan rasisme. Sebab, mereka selama ini tidak pernah menyatakan terkait rasisme terhadap seluruh kelompok. Selama ini, ICW hanya fokus pada isu korupsi dan membahas isu kecurangan pemilu serta pemakzulan Presiden Joko Widodo.
Sejumlah orang yang mengatasnamakan Forum Masyarakat Pemuda Mahasiswa Timur Cinta NKRI mendemonstrasi kantor ICW yang berlokasi di Kalibata, Jakarta Selatan, pada Senin (26/2/2024) siang. Mereka berorasi dan membakar ban sekitar setengah jam. Sejumlah polisi pun berjaga di sekitar kantor ICW.
Koordinator lapangan Abdul Aziz Fadirubun mendesak ICW meminta maaf dan mencabut kata rasisme terhadap orang Indonesia timur. Mereka juga menuntut agar TNI dan Polri segera menangkap para pelaku yang ingin menghancurkan Indonesia dengan perencanaan pemakzulan pemerintahan yang sah. Selain ICW, tuntutan tersebut juga ditujukan kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Lokataru, serta Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
Beberapa peneliti ICW, seperti Kurnia Ramadhana, mencoba mengajak dialog para demonstran. Kurnia menanyakan siapa yang menyatakan rasisme dan kapan pernyataan tersebut disampaikan serta apa konteksnya. Namun, ajakan dialog tersebut ditolak oleh Abdul Aziz.
Mereka selama ini tidak pernah menyatakan terkait rasisme terhadap seluruh kelompok.
Tak pernah menyatakan soal rasisme
Seusai demonstran meninggalkan kantor ICW, Koordinator Divisi Pengelolaan Pengetahuan ICW Wana Alamsyahmengatakan bahwa mereka tidak pernah menyatakan terkait rasisme terhadap seluruh kelompok, apalagi kepada demonstran. Selama ini, ICW fokus pada isu korupsi.
Pihaknya mempertanyakan motivasi dari demonstran karena ICW telah meminta klarifikasi, tetapi demonstran justru defensif terhadap apa yang mereka sampaikan. Karena itu, kata Wana, ICW tidak akan mengeluarkan sikap apa pun terhadap tuntutan para demonstran.
Tiga periode saja mereka bisa melontarkan, masa masyarakat sebagai penerima manfaat tidak boleh menyampaikan aspirasi memakzulkan presiden?
Terkait dengan isu pemakzulan, Wana mengatakan, pembahasan mengenai isu kecurangan pemilu dan pemakzulan sesuai dengan hukum. Ia berharap pemerintah jangan sampai takut terhadap kritik ketika ada pemakzulan.
”Tiga periode saja mereka bisa melontarkan, masa masyarakat sebagai penerima manfaat tidak boleh menyampaikan aspirasi memakzulkan presiden?” kata Wana.
Ia berharap apa pun yang disampaikan masyarakat, pemerintah wajib menjaga keamanan dan bukan justru merepresi kritik yang disampaikan masyarakat.
Wana mengungkapkan, sebelum terjadi aksi demonstrasi, diduga ada sekelompok orang yang datang ke kantor ICW untuk mengintai kegiatan mereka. Beberapa pekan lalu, ada sejumlah orang tidak dikenal datang dan menetap di sekitar kantor ICW dengan jangka waktu yang cukup lama. Orang tersebut berkilah ketika ditanya.
Pada Minggu (25/2/2024) malam, ICW memfasilitasi kelompok mahasiswa yang berdiskusi terkait kecurangan pemilu dan isu mengenai pemakzulan Presiden Joko Widodo. ICW hanya memfasilitasi tempat, sedangkan kegiatan tersebut diorganisasi secara penuh oleh kelompok mahasiswa tersebut. Mereka sama sekali tidak membahas soal rasisme.
Wana menceritakan, terkahir kali ICW didemonstrasi pada 2012 lalu oleh sekelompok orang ketika mereka mengadvokasi pelaporan terkait kasus dugaan korupsi di TVRI. Demonstrasi tersebut diduga dilakukan oleh kelompok pendukung dari pelaku yang dilaporkan oleh ICW. Saat itu, demonstran menginap di ICW sekitar tiga hari.