Efek Khofifah dan Kiai-kiai Karismatik di Jatim
Prabowo-Gibran unggul di Jawa Timur sebagai hasil dukungan solid mantan gubernur, tokoh agama, dan generasi milenial.
Capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, menemui pendukungnya di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2024). Hasil hitung cepat (quick count) Litbang Kompas, Prabowo-Gibran unggul satu putaran.
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul dalam perolehan suara pemilihan presiden dan wakil presiden menurut laman resmi https://pemilu2024.kpu.go.id/pilpres/hitung-suara. Mereka mengungguli kedua pasang capres lain, yakni Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mohammad Mahfud MD.
Sampai dengan Kamis (15/2/2024) pukul 18.00 atau sehari setelah pemungutan suara, Prabowo-Gibran sementara meraih 21,048 juta suara atau 51,5 persen. Urutan berikutnya ialah Anies-Muhaimin dengan 13,07 juta suara atau 32 persen. Ganjar-Mahfud mendapat 6,704 juta suara atau 16 persen. Data sementara berasal dari 364.230 tempat pemungutan suara (TPS) atau 44 persen dari 823.236 TPS di Indonesia dan mancanegara.
Di Jawa Timur, situasinya berbeda. Prabowo-Gibran sementara unggul dengan 3,283 juta suara atau 66 persen. Ganjar-Mahfud mengikuti dengan 899.000 suara atau 18 persen. Anies-Muhaimin mendapat 801.000 atau 16 persen. Data perolehan ini berasal dari 53.583 TPS atau 44 persen dari 120.666 TPS di provinsi yang terdiri atas 38 kabupaten/kota tersebut.
Baca juga: Prabowo-Gibran Unggul di Semua Gugus Pulau
Prabowo adalah Menteri Pertahanan. Gibran ialah Wali Kota Solo sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo. Anies mantan Gubernur DKI Jakarta, sedangkan Muhaimin ialah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa. Ganjar mantan Gubernur Jawa Tengah, sedangkan Mahfud mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Sehari sebelum pemungutan suara, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak menyelesaikan masa kepemimpinan sebagai gubernur-wakil gubernur Jatim. Khofifah ialah Ketua Umum Muslimat sekaligus salah satu ketua dalam Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU). Emil adalah Ketua Partai Demokrat Jatim. Khofifah-Emil tergabung dalam Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran.
Situasi berubah
Sebelum kemunculan Gibran yang disandingkan dengan Prabowo, ada rasa optimistis bahwa Jatim sebagai provinsi dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) terbanyak kedua atau setelah Jabar bisa dikuasai oleh Ganjar-Mahfud. Keyakinan itu didasari kemenangan Jokowi dalam kontestasi 2014 dan 2019, yang notabene kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Partai berlambang banteng ini dalam pilpres kali ini mengusung Ganjar-Mahfud.
Jokowi dan Ganjar juga punya sejumlah kemiripan. Jokowi sebelum menjabat Presiden adalah gubernur di DKI Jakarta, sedangkan Ganjar menjabat gubernur dua periode di Jateng. Keduanya kelahiran Jawa Tengahan atau Mataraman dan lulusan kampus yang sama, yakni Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejumlah kemiripan itu bisa menjadi modal Ganjar-Mahfud untuk menguasai Jatim yang berjuluk ”Brang Wetan”.
Namun, situasi menjadi berubah ketika Jokowi berada di kubu Prabowo-Gibran.
Baca juga: Sukacita Kubu Prabowo-Gibran Sambut Hasil Hitung Cepat
Optimisme mendulang suara dari pasangan Ganjar-Mahfud di Jatim juga dipengaruhi faktor Mahfud yang putra Jatim kelahiran Sampang, Pulau Madura. Namun, hal itu juga tidak mudah karena Muhaimin yang menjadi cawapres dari Anies juga putra Jatim kelahiran Jombang. Muhaimin juga keponakan mendiang presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Namun, realitas dukungan rakyat justru berpihak pada Prabowo-Gibran yang tak punya keterikatan tanah kelahiran dengan ”Bumi Majapahit”, julukan lain Jatim. Pasangan ini ternyata berjaya di Jatim yang berpopulasi 40 juta jiwa.
Efek
Setelah menyatakan bergabung dengan TKN Prabowo-Gibran, Khofifah beberapa kali menegaskan akan all out memenangkan pasangan tersebut di Jatim. Merapatnya Khofifah turut diikuti dengan sikap senada sejumlah kiai karismatik atau pemuka agama dan pengasuh pondok pesantren di Jatim. Ini membawa dampak mengalirnya dukungan riil kepada Prabowo-Gibran.
Dalam survei pada Desember 2023, posisi elektabilitas Prabowo-Gibran di Jatim masih di angka 45-46 persen. Namun, dari hasil hitung cepat dan penghitungan sementara di laman KPU, suara yang diraih Prabowo-Gibran ternyata 65-66 persen. Lonjakan 20 persen yang amat signifikan ini sebagai bukti kelihaian Khofifah yang utuh membawa gerbong Muslimat dan ditunjang barisan kiai-kiai karismatik.
Baca juga: Memahami Kemenangan Prabowo
Dalam pandangan pakar komunikasi politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam, ”Khofifah Effect” luar biasa untuk mendongkrak suara Prabowo-Gibran. Namun, juga ada efek yang setara besarnya didapat dari Jokowi yang menjadikan Jatim sebagai salah satu wilayah pembangunan sejumlah Proyek Strategis Nasional.
Secara nyata, kalangan warga Jatim diberikan ”hadiah” pembangunan prasarana strategis yang amat mungkin dirasakan manfaatnya.
Selain itu, Gibran yang masih muda berkelindan dengan pemilih dari generasi milenial (Y dan Z) yang sebaya. Kesetaraan usia itulah yang tidak ada dalam sosok Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Satu-satunya representasi generasi muda ada pada sosok Gibran. Ada 66,8 juta jiwa pemilih dari gen Y dan 46,8 juta jiwa pemilih dari gen Z yang gabungannya jauh melampaui barisan lebih tua (baby boomers dan gen X) yang 89,2 juta jiwa.
Efek dari merapatnya para pemimpin itu terasa sekali ditambah dukungan begitu besar dari suara generasi milenial.
Surokim mengingatkan, sejak dideklarasikan sebagai capres, Ganjar punya ”dosa asal”karena menolak penyelenggaraan Piala Dunia U-20, di mana Surabaya, ibu kota Jatim, merupakan satu dari enam lokasi tuan rumah. Pada akhirnya, Surabaya turut menjadi lokasi penyelenggaraan Piala Dunia U-17. Padahal, di turnamen ini, partai penentu diadakan di Solo yang menjadi wilayah kekuasaan Gibran.
Baca juga: Jawa Timur, Palagan Rentan bagi Ganjar Pranowo
Selain itu, pada 1 Oktober 2022 terjadi Tragedi Kanjuruhan, insiden berdarah dalam sepak bola. Terjadi penembakan gas air mata oleh petugas keamanan (Polri) yang memicu kepanikan dan mengakibatkan kematian 135 jiwa penonton dari Aremania, pendukung Arema FC.
Oleh Jokowi, Mahfud selaku Menko Polhukam ditugaskan membentuk dan memimpin Tim Gabungan Independen Pencari Fakta. Kinerja tim ini dianggap tidak memuaskan oleh publik Jatim karena gagal menyeret pejabat tinggi di Polda Jatim atau Polri hingga PSSI yang dituding bertanggung jawab dalam horor berdarah itu.
Padahal, sepak bola adalah salah satu identitas populer Jatim. Dari laman PSSI Jatim, ada lima klub anggota berkompetisi di Liga 1, yakni Persebaya Surabaya, Persik Kediri, Arema FC, Madura United, dan Bhayangkara. Di Liga 2 berkompetisi Persela Lamongan, Gresik United, dan Deltras Sidoarjo, kedua terbanyak atau setelah Jateng (4 tim) di kompetisi kasta kedua ini. Menyepelekan isu sepak bola di Jatim dengan menolak Piala Dunia U-20 termasuk menggali kubur sendiri secara politik.
Menurut Radius Setiyawan, peneliti utama Pusat Studi Antikorupsi dan Demokrasi (Pusad) Universitas Muhammadiyah Surabaya, suara generasi muda sudah terindikasi cenderung ke pasangan Prabowo-Gibran. Merapatnya tokoh-tokoh politik utama di Jatim ke pasangan itu kemudian mengonfirmasi dukungan Jokowi yang secara tradisional menang di Jatim menjadi lebih tebal lagi ke Prabowo-Gibran.
Menurut Restu Prayogi, Bendahara TKD Jatim Prabowo-Gibran, kemenangan pasangan ini di Jatim juga didukung oleh tokoh-tokoh politik sentral. Di TKD terdapat nama mantan gubernur, yakni Imam Oetomo dan Soekarwo, yang masih dihormati oleh generasi senior (baby boomers dan gen X).
”Efek dari merapatnya para pemimpin itu terasa sekali ditambah dukungan begitu besar dari suara generasi milenial,” ujarnya.