logo Kompas.id
Politik & HukumAri Dwipayana Jawab Surat...
Iklan

Ari Dwipayana Jawab Surat Terbuka Mahasiswa DPP UGM

AAGN Ari Dwipayana akhirnya membalas ”surat cinta” mahasiswa Politik UGM. Dia mengklaim memiliki komitmen sama.

Oleh
NINA SUSILO
· 2 menit baca
Koordinator Staf Khusus Presiden Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Jumat (2/2/2024).
KOMPAS/NINA SUSILO

Koordinator Staf Khusus Presiden Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Jumat (2/2/2024).

JAKARTA, KOMPAS — Koordinator Staf Khusus Presiden Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana menjawab surat terbuka Mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Mereka meminta Ari dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno—dua pengajar Politik UGM yang kini di pusat pemerintahan—kembali ke jalan demokrasi.

Ari mengawali jawabannya dengan pernyataan terima kasih. ”Terima kasih atas 'surat cinta' adik-adik mahasiswa pada saya dan Prof Pratikno (Menteri Sekretaris Negara),” ujarnya secara tertulis dari Yogyakarta, Selasa (13/2/2024).

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Dia melanjutkan, kritik dan perdebatan adalah sesuatu yang menyehatkan dalam masyarakat akademik. Karena itu, katanya, harus selalu dijaga budaya akademik dengan pemikiran yang kritis, terbuka, menghargai keragaman/perbedaan perspektif, disertai semangat kontribusi bagi kemaslahatan bersama.

”Saya dan Prof Pratikno memiliki komitmen yang sama untuk menjaga integritas, memperkuat demokrasi, membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif, serta mencurahkan energi dan kemampuan untuk kemajuan bangsa dan negara,” tuturnya.

Dalam surat mahasiswa DPP UGM, para mahasiswa menyerukan Ari dan Pratikno yang disebut sebagai guru mereka untuk kembali ke demokrasi. Sebab, setelah 20 tahun demokrasi tumbuh di Tanah Air, kemunduran dinilai terjadi.

Iklan

”Melihat situasi perpolitikan Indonesia saat ini, rasanya kami semakin resah, sama seperti Mas Ari yang khawatir dengan harga tinggi demokrasi atau seperti Pak Tik yang resah dengan otoritarianisme Orde Baru seperti disampaikan dalam beberapa tulisan di masa lalu,” seperti dibacakan perwakilan mahasiswa DPP UGM Rubiansyah di halaman depan Gedung Fakultas Universitas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Senin (12/2/2024) pagi.

Mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada membacakan surat terbuka kepada Pratikno dan Ari Dwipayana, dua guru mereka yang kini duduk di pusat pemerintahan, perihal keprihatinan atas kondisi demokrasi saat ini. Surat itu dibacakan di halaman Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (12/2/2024).
KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG

Mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada membacakan surat terbuka kepada Pratikno dan Ari Dwipayana, dua guru mereka yang kini duduk di pusat pemerintahan, perihal keprihatinan atas kondisi demokrasi saat ini. Surat itu dibacakan di halaman Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (12/2/2024).

Mahasiswa menyampaikan keresahannya karena demokrasi dinilai di ambang kematian. Sebab, dalam Pemilu 2024, kekuasaan merusak pagar yang menjaga demokrasi.

”Rakyat disuguhi serangkaian tindakan pengangkangan etik dan penghancuran pagar-pagar demokrasi yang dilakukan oleh kekuasaan. Para penguasa dengan tidak malu menunjukkan praktik-praktik korup demi langgengnya kekuasaan. Konstitusi dibajak untuk melegalkan kepentingan pribadi dan golongannya. Melihat ini semua, rasanya demokrasi Indonesia bukan hanya mundur ataupun cacat, tetapi juga sedang sekarat,” kata Rubiansyah.

Saya dan Prof Pratikno memiliki komitmen yang sama untuk menjaga integritas, memperkuat demokrasi, membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif, serta mencurahkan energi dan kemampuan untuk kemajuan bangsa dan negara.

Para mahasiswa juga meminta Ari dan Pratikno menyadarkan pemegang kekuasaan atas perbuatannya itu. Kendati menyadari apa yang terjadi bukan kesalahan Ari dan Pratikno, keduanya menjadi bagian dari masalah. Para mahasiswa pun meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas perilaku kedua gurunya itu.

”Hari ini kami berseru bersama: kembalilah pulang. Kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan. Kembalilah ke demokrasi; dan kembalilah mengajarkannya kepada kami, dengan kata dan perbuatan,” seru para mahasiswa DPP UGM.

Menteri Sekretaris Negara Pratikno memberikan keterangan pers secara virtual terkait pengajuan tujuh nama calon anggota Komisi Yudisial periode 2020-2025 kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (7/10/2020).
KOMPAS/ANITA YOSSIHARA

Menteri Sekretaris Negara Pratikno memberikan keterangan pers secara virtual terkait pengajuan tujuh nama calon anggota Komisi Yudisial periode 2020-2025 kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (7/10/2020).

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000