Menebar Benih Semangat Kemanusiaan Melalui Zayed Award
Zayed Award for Human Fraternity mencari cahaya di tengah kegelapan, mencari pahlawan kemanusiaan yang terus berdampak.
Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, menerima penghargaan Zayed Award for Human Fraternity 2024. Penghargaan yang diberikan sebagai kenangan pada Bapak Pendiri Uni Emirat Arab, almarhum Syekh Zayed bin Sultan Al Nahyan, ini sekaligus menjadi benih harapan untuk menghidupi semangat kemanusiaan bagi perdamaian dunia.
Dalam periode kepemimpinannya pada 1966-2004, Syekh Zayed dikenal sebagai pemimpin yang mengakui nilai-nilai kemanusiaan dan dikenal luas suka membantu siapa pun tanpa memandang latar belakang. Selain NU dan Muhammadiyah, dua penerima penghargaan lainnya adalah ahli bedah jantung dari Mesir, Magdi Yacoub, dan biarawati Nelly Leon Correa dari Chile yang aktif mendampingi perempuan di tahanan. Setiap pemenang memperoleh hibah 1 juta dollar AS.
Seremoni pemberian penghargaan digelar di taman luar ruang di kawasan Founder’s Memorial di jantung kota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin (5/2/2024) malam. Suasana malam yang dingin berangin menjadi hangat ketika acara dimulai dan beragam harapan tentang semangat kemanusiaan dipanggungkan. Dokumentasi video tentang kiprah para penerima penghargaan yang telah berlangsung lima tahun terakhir ini segera disuguhkan.
Dari arah panggung, pemandu acara menyebut selama lima tahun terakhir, para pemenang telah membuktikan mereka sanggup tetap menjadi cahaya bagi komunitas mereka masing-masing. Penghargaan internasional independen yang diselenggarakan setiap tahun ini dimulai sejak 4 Februari 2019 sebagai kelanjutan dari pertemuan Imam Besar Al-Azhar Ahmed al-Tayeb dengan Paus Fransiskus di Abu Dhabi yang menghasilkan Deklarasi Abu Dhabi.
Deklarasi tersebut kemudian disebut dengan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan. Penerima Anugerah Zayed Award for Human Fraternity yang pertama adalah Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Ahmed al-Tayeb. Penghargaan ini kemudian terus digelar untuk mengapresiasi individu dan entitas yang punya kontribusi besar terhadap kemajuan peradaban.
Penghargaan ini mencoba mencari cahaya di tengah kegelapan, mencari pahlawan kemanusiaan yang terus menciptakan dampak. Para penerima penghargaan dipilih atas upaya mereka yang luar biasa untuk mengatasi tantangan sosial yang kompleks, mendorong koeksistensi yang damai, dan mengobarkan semangat solidaritas antarumat manusia baik di tingkat internasional maupun akar rumput.
Zayed Award for Human Fraternity 2024 diserahkan oleh Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan yang merupakan Putra Mahkota Presiden UEA yang juga menjabat Menteri Luar Negeri. Tamu penting yang hadir antara lain Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Prof Dr Quraish Shihab, perwakilan dari Universitas Al Azhar Kairo serta perwakilan takhta suci Vatikan. Dalam kesempatan tersebut, video ucapan selamat kepada NU dan Muhammadiyah dari Presiden Joko Widodo juga diputar.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla yang pernah menjadi salah satu juri Zayed Award for Human Fraternity pada 2022 turut hadir. Kalla menegaskan, aktivitas NU dan Muhammadiyah sejalan dengan visi-misi yang tertuang dalam Dokumen Persaudaraan Manusia yang ditandatangani Imam Besar Al Azhar Ahmad al-Tayyeb dan Paus Fransiskus.
Dialog peradaban
Pada penghargaan tahun ini, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri juga menjadi salah satu dari lima tokoh dunia yang menjadi juri. Namun, Megawati menjadi satu-satunya juri yang tidak hadir di malam anugerah tersebut.
”Inilah kekuatan Zayed Award for Human Fraternity 2024 dalam membangun dialog peradaban yang dapat mengatasi perbedaan-perbedaan di dunia. Kita harus optimistis mereka mempunyai kesamaan visi dan komitmen untuk bergerak dalam memperjuangkan mereka yang lemah yang tertindas,” ujar Megawati dalam penggalan pidato yang ditayangkan di acara tersebut.
Juri lainnya adalah Kardinal Leonardo Sandri (Prefect Emeritus of the Holy See Dicastery for Oriental Churches), Rebeca Grynspan Mayufis (Secretary General of the United Nation Conference on Trade and Development/UNTAC), dan Irina Bukova. Selain itu, ada pula Rabbi Abraham Cooper (Chair of the US Commission on International Religious Freedom) dan Mohamed Abdelsalam (Secretary General of Zayed Award for Human Fraternity and Secretary General of the Muslim Council of Elders).
Kita harus optimistis mereka mempunyai kesamaan visi dan komitmen untuk bergerak dalam memperjuangkan mereka yang lemah yang tertindas.
Para juri menyebut tidak mudah menentukan juara dari 100 lebih nomine dari puluhan negara. Setiap juri melakukan nominasi terhadap 45 daftar nama yang masuk pada tahap sebelumnya. Lalu, terbagi dalam lima kelompok panel, mereka berdiskusi. Setiap kelompok panel lalu mengusulkan lima nama yang dinyatakan lolos tahap berikutnya.
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan lebih dari 190 juta pengikut. Mereka diakui berkat ikhtiar mereka yang luar biasa dalam mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan dan pembangunan perdamaian.
Dengan mendirikan institusi pendidikan dan rumah sakit, serta pengelolaan proyek pengentasan kemiskinan, kedua organisasi ini telah meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia dan kelompok rentan di seluruh dunia.
Penghargaan terhadap perbedaan sejatinya telah menjadi jati diri bangsa Indonesia sejak lama. NU dan Muhammadiyah adalah dua komunitas Muslim paling besar di Indonesia yang memiliki pengaruh sangat besar.
”Penghargaan ini akan memungkinkan kami untuk melanjutkan upaya kemanusiaan dan pembangunan perdamaian sebagai organisasi Islam terbesar di dunia dengan lebih dari 121 juta anggota.” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf.
Sama seperti NU, Muhammadiyah juga sangat berhikmat terhadap kebhinnekatunggalikaan Indonesia. ”Zayed Award ini sangat penting dan berarti bagi gerakan persaudaraan manusia di dunia. Ini merupakan momentum meningkatkan kesadaran di hati seluruh umat manusia bahwa kita tidak bisa hidup di bumi ini sendirian dan harus bersama dalam persaudaraan yang tulus dan otentik,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
Baca juga: Terima Zayed Award 2024, Muhammadiyah dan NU Terus Berkomitmen Jaga Kemanusiaan
Sebelumnya, Gus Yahya dan Haedar juga beraudiensi dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada 24 Januari 2024 atas undangan panitia Zayed Award. Pada video pertemuan antara Imam Besar Al Azhar Ahmad al-Tayyeb dan Paus Fransiskus di Vatikan, Paus menyambut Imam Besar dengan penuh kasih sayang dan rasa hormat.
”Dalam tahun-tahun ini, kita telah berdiri sebagai saudara dan saudari dalam kesadaran untuk menghormati budaya dan tradisi kita yang berbeda. Persaudaraan harus dibangun sebagai penghalang kebencian, kekerasan, dan ketidakadilan,” kata Paus.
Imam Besar Al Azhar menyebut bahwa penghargaan Zayed Award for Human Fraternity mencerminkan upaya tekun dan pendekatan berkelanjutan dari Uni Emirat Arab dalam menyebarkan budaya persaudaraan dan perdamaian global.
”Saya mengucapkan selamat kepada masyarakat Indonesia dan kedua organisasi keagamaan yang telah menerima penghargaan tersebut. Teruslah bekerja demi kebaikan negaramu dan kemanusiaan,” katanya.
Persaudaraan global
Paus juga berterima kasih kepada pemenang penghargaan yang diakui atas komitmen mereka terhadap kemajuan umat manusia dan mendorong hidup berdampingan secara damai. ”Saya ingin menyampaikan kepada Anda sebuah pengharapan untuk terus menabur benih harapan,” ujar Paus.
Presiden Joko Widodo juga menyatakan rasa bangga dari rakyat Indonesia terhadap Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Apalagi, penghargaan kali ini merupakan yang pertama yang diberikan kepada organisasi di kawasan Asia. Hal ini akan memotivasi dan menginspirasi bangsa Indonesia untuk menjaga nilai kemanusiaan, toleransi dan kerukunan untuk membangun dunia yang lebih adil, makmur, dan sejahtera.
Penghargaan Zayed Award for Human Fraternity 2024 adalah penghargaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Ketika hadir pada acara Human Fraternity Majlis di Abrahamic Family House, Abu Dhabi, Minggu (4/2/2024), Wapres Amin menyebut Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah berada di garda depan mempromosikan moderasi beragama, persatuan, dan pemberdayaan umat.
Wapres Amin menegaskan bahwa dunia semakin terpolarisasi dan sedang tidak baik-baik saja. Untuk itu, dibutuhkan pendobrak untuk membangkitkan kembali spirit perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan global di dunia.
”Kita membutuhkan pendobrak untuk membangkitkan kembali spirit perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan global. Kita berharap penganugerahan Zayed Award for Human Fraternity dapat menjadi salah satu pendobrak tersebut,” kata Wapres.
Dihubungi Kamis (8/2/2024), Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Antonius Benny Susetyo menilai penghargaan Zayed Award for Human Fraternity 2024 yang diraih Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah berdampak sangat positif. Indonesia jadi makin mampu dikenal di dunia internasional dalam mewujudkan nilai-nilai perdamaian sejati.
Selain itu, penghargaan ini membuktikan bahwa Indonesia mampu mewujudkan aplikasi Pancasila dalam tindakan yang nyata, yaitu bagaimana persatuan menjadi sangat penting. Meskipun terdiri beragam suku, budaya, serta ratusan agama lokal, masyarakat Indonesia bisa hidup berdampingan saling menghormati dan saling mewujudkan persaudaraan sejati.
”Ini pengakuan dunia internasional yang sangat penting bahwa kita benar-benar menjadi laboratorium bagi dunia internasional untuk belajar tentang kemajemukan, keragaman, dan juga menjaga betapa keberagaman dan kemajemukan itu menjadi anugerah yang disyukuri,” ujarnya.
NU dan Muhammadiyah dinilai telah mampu membuktikan perannya sebagai penjaga moral bangsa dan penjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. ”Kita berharap momentum ini harus terus dijaga tetapi juga terus digalakkan lewat kebijakan-kebijakan yang inklusif serta bagaimana memperkokoh ideologi Pancasila dalam hidup berbangsa dan bernegara,” kata Benny.
Seperti pernah diungkapkan oleh Syekh Zayed bin Sultan Al Nahyan: the real spirit behind progress is the human spirit (semangat sesungguhnya di balik kemajuan adalah semangat kemanusiaan).
Semangat kemanusiaan itulah yang kini terus dihidupi melalui Zayed Award for Human Fraternity. Harapan yang tetap hidup bahkan di saat seolah semangat kemanusiaan seperti berjalan mundur dari kemajuan yang sudah pernah dicapai sebelumnya.