Terima Zayed Award 2024, Muhammadiyah dan NU Terus Berkomitmen Jaga Kemanusiaan
Penghargaan Zayed Award 2024 bangkitkan semangat Muhammadiyah dan NU untuk berperan dalam kemanusiaan persaudaraan.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, menerima penghargaan Zayed Award for Human Fraternity 2024. Penghargaan diberikan karena dedikasi NU dan Muhammadiyah yang terus menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan.
Penghargaan tersebut diterima secara langsung oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Yahya Cholil Staquf dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin (5/2/2024) malam. Presiden Joko Widodo turut menyampaikan selamat kepada dua organisasi itu.
”Penganugerahan ini memberikan kebanggaan yang luar biasa bukan hanya bagi keluarga besar NU dan Muhammadiyah, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Jokowi lewat tayangan video, seperti yang disaksikan lewat kanal Youtube Wakil Presiden RI.
Haedar Nashir menyampaikan, penghargaan tersebut membangkitkan semangat Muhammadiyah untuk terus menjalankan peran kemanusiaan di tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional. Sebagai gerakan Islam yang lahir tahun 1912, Muhammadiyah hadir untuk persaudaraan kemanusiaan bagi seluruh umat.
Persyarikatan Muhammadiyah yang melandaskan perjuangannya dengan teologi Al-Ma’un punya sejarah panjang dan mendalam mengenai gerakan Islam moderat. Ormas yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini mengedepankan cara hidup bersama dalam pola pikir terbuka, toleran, serta selalu berperan dalam kemanusiaan dan mewujudkan lingkungan yang damai. Hal itu tetap berlaku meski Indonesia kaya akan keberagaman agama, suku, budaya, dan kelompok sosial.
Haedar juga menyinggung Muhammadiyah mengembangkan persaudaraan kemanusiaan melalui pembangunan lembaga pendidikan, kesehatan, kepedulian sosial, hingga pemberdayaan ekonomi. ”Gerakan ini kami namakan ’Muhammadiyah for All’ atau Muhammadiyah untuk Semua,” katanya.
Penghargaan tersebut membangkitkan semangat Muhammadiyah untuk terus menjalankan peran kemanusiaan di tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional. Sebagai gerakan Islam yang lahir tahun 1912, Muhammadiyah hadir untuk persaudaraan kemanusiaan bagi seluruh umat.
Contohnya, Muhammadiyah telah membangun lembaga inklusif, termasuk empat universitas di Papua dan dua universitas di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu menjadi komitmen untuk mencapai kemajuan, kebaikan, keadilan, kesejahteraan, dan terpenuhinya kepentingan umum tanpa memandang ras, suku, kelompok sosial, agama, jenis kelamin.
Dalam konteks global, Muhammadiyah berperan penting dalam penyelesaian konflik di Filipina bagian selatan dan Thailand bagian selatan. Sejumlah program kemanusiaan di Rohingya dan Cox’s Bazar di Bangladesh juga telah dijalankan.
Zayed Award for Human Fraternity merupakan salah satu tindak lanjut dari Deklarasi Abu Dhabi, sebuah kesepahaman yang lahir dari pertemuan Imam Besar Al-Azhar Ahmed al-Tayeb dengan Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada Februari 2019.
Zayed Award digelar untuk mengapresiasi individu dan entitas yang punya kontribusi besar terhadap kemajuan peradaban. Pada penghargaan tahun ini, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu dari lima tokoh dunia yang menjadi juri dalam ajang itu.
Yahya Cholil Staquf menuturkan, dokumen persaudaraan manusia yang ditandatangani Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad al-Thayyeb dan Paus Fransiskus pada 2019 mencerminkan pandangan pendiri Indonesia dan ulama NU. Dokumen itu juga menyuarakan aspirasi gerakan NU yang diabadikan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari 1926 dalam Muqaddimah Qanun Asasi tahun 1926.
Dalam Muktamar Ke-27 NU di Situbondo, Jawa Timur, menggema narasi trilogi persaudaraan, yakni persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan universal (ukhuwah basyariyah). Hal itu juga senada dengan cita-cita dan semboyan bangsa, yakni Bhinneka Tunggal Ika.
”Cita-cita luhur persaudaraan umat manusia juga tertuang dalam Bhinneka Tunggal Ika, persatuan mengakui keberagaman. Kesatuan hati dan pikiran manusia ketika manusia saling membantu mencapai tujuan bersama adalah sumber kebahagiaan manusia yang paling penting dan faktor terkuat dalam mendorong manusia untuk saling mencintai,” ujarnya.
Sama seperti Muhammadiyah, NU juga dinilai telah berperan dalam memimpin pembangunan masyarakat di Indonesia lewat pendanaan sekolah, rumah sakit, dan proyek pengentasan rakyat dari kemiskinan. Selain itu, NU telah menyelenggarakan dan memimpin beberapa konferensi antar-agama dan antar-budaya. Upaya diplomatiknya juga membantu mengamankan pembebasan sandera Korea Selatan yang ditahan oleh Taliban di Afghanistan pada tahun 2007.