Pesantren Multikultural Kuatkan Kehidupan Toleransi Beragama
Multikulturalisme perlu terus dikembangkan di banyak pondok pesantren sebagai penjaga toleransi dan keutuhan bangsa.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
REMBANG, KOMPAS — Multikulturalisme perlu terus dikembangkan di pondok pesantren-pondok pesantren. Selain menguatkan toleransi antarumat beragama, multikulturalisme juga diyakini dapat menjaga keutuhan bangsa.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengapresiasi kehidupan keberagaman yang ada di sekitar Pondok Pesantren Kauman, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (27/1/2024). Pondok ini, kata Pengasuh Pondok Pesantren Kauman Lasem KH Moch Zaim Ahmad Ma’shoem, berada di tengah-tengah kawasan pecinan.
Secara kasatmata, bangunan-bangunan di sekitar pondok memang tampak seperti bangunan masyarakat pecinan lama. Masyarakatnya pun berbaur dengan para santri.
Kendati beragam, menurut Zaim, tidak ada konflik antara masyarakat Tionghoa, Jawa, dan para santri. Pada masa perang melawan kolonialisme, Perang Kuning (1741-1743), laskar Tionghoa Lasem dipimpin Oey Ing Kiat, pemimpin perangnya KH Ali Baidlowi, dan tokoh masyarakat yang juga berperan adalah Raden Panji Margono. ”Ini menunjukkan interaksi baik sudah terjadi di zaman itu,” ujarnya.
Wapres Amin pun menceritakan, akhir 2021 didatangi para cendekiawan Muslim dunia yang tergabung dalam Majelis Hukama Al Muslimin. Para cendekiawan itu datang bukan untuk mengajari orang Indonesia, melainkan ingin belajar toleransi dari orang Indonesia.
”Indonesia dianggap negara paling toleran yang bisa menjadi contoh di dunia. Maka, sekarang bukan saatnya kitab berbahasa Arab diterjemahkan ke bahasa Indonesia, tapi sebaliknya,” tutur Wapres.
Lasem sekaligus memberikan inspirasi mengenai kehidupan toleransi di Indonesia. Hal ini, ujarnya, tak lepas dari jasa-jasa para ulama. Sebab, Islam mengajarkan supaya manusia bermuamalah (berperilaku) baik tidak hanya kepada manusia, tetapi juga binatang. ”Itu ajaran kitab-kitab kuning. Bahkan, disebutkan satu ungkapan, kalau orang berbuat baik dengan banyak orang tapi tidak kepada ayam yang dimiliki, dia tidak dianggap sebagai orang yang baik,” tutur Wapres.
Program kampus
Bersamaan dengan Haul Ke-52 KH Ma’shoem Ahmad, Ponpes Lasem pun meluncurkan program kampus multikultural Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Hidayat. Peluncuran ditandai dengan pemukulan beduk oleh Wapres Amin.
Saya kira di tempat lain, walaupun dengan model yang lain bentuknya, tapi intinya satu, bagaimana membangun keutuhan bangsa ini dengan berbagai kultur, etnis, agama.
Hal serupa, menurut Wapres, perlu dikembangkan, dimasyarakatkan, dan disebarluaskan. Namun, semua sesuai dengan kultur yang ada di wilayahnya. Model-model ini perlu dibangun dan juga ditulis dalam literatur. Dengan demikian, keutuhan bangsa dengan berbagai etnis dan agama bisa terus diperkuat.
”Saya kira di tempat lain, walaupun dengan model yang lain bentuknya, tapi intinya satu, bagaimana membangun keutuhan bangsa ini dengan berbagai kultur, etnis, agama,” tuturnya.
Wapres menambahkan, kehidupan Lasem yang beragam tetapi berjalan harmonis dan saling membantu adalah modal kuat untuk Pemilu 2024. ”Ini supaya, jangankan beda partai, beda pilihan capres; beda agama dan beda etnis saja enggak ada masalah,” kata Wapres Amin.
Teladan
Dalam Haul Ke-52 KH Ma’shoem Ahmad, Wapres Amin juga mengenang pemimpin Pondok Pesantren yang dinamai Ponpes Al Hidayat di Soditan, Lasem, sebagai ulama yang karismatik, paripurna, dan patut menjadi contoh. KH Ma’shoem Ahmad pun melahirkan banyak ulama. Hal ini dinilai penting oleh Wapres Amin karena para ulama berdakwah dan melakukan langkah-langkah perbaikan atau islah.
Islah ini, kata Wapres, bukan masalah gampang. Sebab, semua harus disesuaikan dengan tantangan perubahan zaman. ”(Langkah-langkah perbaikan itu) Enggak boleh terlalu kencang, enggak boleh terlalu kendur. Moderat tawasud, Islam wasatiyah. Enggak kelewatan juga, enggak kekurangan, istikamah,” tutur Wapres.
Namun, lanjutnya, ternyata untuk bersikap istikamah itu susah. ”Berdiri di tengah tanpa harus menggeser ke kanan atau ke kiri susah, repot,” tambahnya.
Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana menambahkan, KH Ma’shoem juga ulama yang banyak jasanya bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Sikap nasionalis yang antipenjajahan tak diragukan lagi.
”Semoga kita bisa meneladani baik keulamaan ketokohan dan kebangsaannya,” kata Nana.
Dibutuhkan
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkap peran penting ulama dalam membangun bangsa. Ia mencontohkan peran KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama dan Pesantren Tebuireng yang tidak hanya bermanfaat bagi keluarga dan lingkungan, tapi juga negara.
”Teladan untuk negara beliau berperan menelurkan resolusi jihad, merumuskan dasar negara, meluruskan Piagam Jakarta yang menjadikan Indonesia kokoh hingga saat ini,” kata Moeldoko saat menyampaikan orasi kebangsaan pada Halaqah Kebangsaan yang digelar Presidium Nasional Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete), di Trawas, Mojokerto, Sabtu (27/1/2024).
Menurut Moeldoko, teladan KH Hasyim Asy’ari harus terus dijaga dan dilanjutkan oleh para alumni Pesantren Tebuireng yang saat ini menduduki posisi dalam berbagai level.