Kaesang dan Jargon Politik Santunnya
Kaesang mengusung jargon politik santun. Namun, ia justru melontarkan sindiran saat kampanye di Surakarta.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Kaesang Pangarep membahas soal warna partainya saat berkampanye di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Isi pidatonya dinilai menyindir partai lain. Itu berbeda dengan jargonnya tentang politik santun dan santuy yang lekat dengannya selama ini.
Pernyataan itu terlontar dalam kampanye terbuka yang digelar Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (22/1/2024). Pernyataan itu berawal dari ajakannya kepada massa kampanye agar berbondong-bondong mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) pada hari pemilihan, yakni 14 Februari 2024.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
”Coblose PSI. Abange podo tur bedo. Sing iki ketua umume isih enom. Isih semangat. (Coblosnya PSI. Merahnya sama tetapi berbeda. Yang ini ketua umumnya masih muda. Masih semangat),” kata Kaesang.
Baca juga: Kaesang Ajak Warga ke TPS Tanpa Harus Pilih PSI
Ucapan Kaesang itu seolah-olah menyinggung partai lain yang berwarna sama dengan partainya. Lebih-lebih ia menyebut soal usianya yang masih muda sebagai pemimpin partai.
Dalam Pemilu 2024, partai lain yang sama-sama berwarna merah ialah PDI Perjuangan. Kebetulan partai itu dipimpin seorang politisi yang sangat senior, yakni Megawati Soekarnoputri. Usianya sudah menginjak 77 tahun. Itu terpaut jauh dengan Kaesang yang baru berumur 29 tahun.
”Aku yo ora brengosen. Brengosku sitik. (Saya juga tidak berkumis. Kumis saya sedikit),” ucap Kaesang melanjutkan pidatonya.
Kebetulan sosok berkumis dari PDI Perjuangan juga memimpin partai berlambang banteng itu di Kota Surakarta. Sosok itu adalah FX Hadi Rudyatmo. Ia juga dikenal dengan panggilan ”Pak Brengos”.
Namun, Kaesang tidak menyebut jelas apakah ucapannya diarahkan pada PDI Perjuangan. Begitu pula apakah kata ”brengos” yang dilontarkan Kaesang sengaja ditujukan kepada FX Rudy. Putra bungsu Presiden Joko Widodo itu pun tak berkomentar apa pun sewaktu akan ditanyai awak media seusai acara.
Sikap yang ditunjukkan Kaesang seakan berbeda dari jargonnya selama ini tentang politik santun dan santuy atau santai. Ucapan putra bungsu Presiden Jokowi itu terkesan menyindir partai sekaligus politisi lain yang lebih senior daripada dirinya. Apalagi menyebut perihal usia dan ciri fisik pihak lain.
Ditilik lebih jauh, gagasan politik santun mengemuka semasa awal kepemimpinan Kaesang di PSI. Ketika itu, ia gencar menemui sejumlah tokoh bangsa dan elite politik. Tak terkecuali elite dari PDI Perjuangan.
Kampanye sebenarnya bisa dilakukan tanpa harus menyenggol partai politik lain. Pengenalan identitas partai semestinya menggunakan tawaran-tawaran program politik. Itu membuat pemilu lebih berkualitas mengingat para pemilih sekarang juga cukup kritis.
Bahkan, Kaesang pernah mengucapkan permintaan maaf terbuka sewaktu menemui Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani di sela-sela safari politiknya itu pada Oktober 2023 lalu. Permintaan maaf itu disampaikan Kaesang karena ada sejumlah kadernya yang dianggap sering mencela PDI Perjuangan (Kompas, 9/10/2023).
Kedepankan program
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Wawan Mas’udi menjelaskan, pernyataan Kaesang tidak ada kaitannya dengan politik santun ataupun tidak santun. Politisi muda itu sekadar mencari pembeda dari kontestan lainnya agar partai yang dipimpinnya semakin dikenal. Lantas, partai lain dengan dominasi kuat dipilih sebagai contoh untuk mencari pembandingnya.
”Itu upaya membuat perbedaan. Kami (PSI) ini karakternya apa, saingan politiknya apa. Itu dilakukan karena konteks Solo (Kota Surakarta) yang didominasi PDI Perjuangan. Dan, FX Rudy adalah sosok yang sangat dikenal masyarakat,” kata Wawan.
Baca juga: PDI-P dan PSI Hargai Pilihan Politik Masing-masing
Meski demikian, Wawan menyatakan, kampanye sebenarnya bisa dilakukan tanpa harus menyenggol partai politik lain. Pengenalan identitas partai semestinya menggunakan tawaran-tawaran program politik. Itu membuat pemilu lebih berkualitas mengingat para pemilih sekarang juga cukup kritis.
Adanya pembandingan, seperti yang dilakukan Kaesang, menurut dia, malah berpotensi merugikan PSI. Langkah itu bisa membuat lawan politik melakukan konsolidasi. Pasalnya, terdapat partai politik lain yang ingin merebut basis suara kelompok yang lebih dominan.
”Kampanye yang baik itu sebenarnya berfokus pada diri sendiri. Seandainya perlu menyindir, itu dalam konteks menunjukkan positioning. Itu pun lebih pada positioning kebijakan. Politik programatik harus dikedepankan,” kata Wawan.
Jelang pemungutan suara pada 14 Februari 2024 mendatang, tensi politik diprediksi kian menghangat. Namun, publik tetap berharap kontestasi politik berjalan dengan sehat dan bermartabat, menghasilkan demokrasi yang berkualitas.