Pemikir Kebangsaan dan Keislaman, Hamka Haq, Tutup Usia
Hamka Haq dikenang sebagai sosok politisi intelektual yang rendah hati. Semasa hidupnya, ia mendedikasikan untuk mengharmonisasi arus pemikiran kebangsaan, keislaman, dan keadilan.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia Hamka Haq meninggal dunia karena sakit di Rumah Sakit Siloam, Jakarta, pada Kamis (7/12/2023). Semasa hidup, Hamka Haq dikenal sebagai politisi sekaligus pemikir yang mampu mengharmonisasi arus pemikiran kebangsaan, keislaman, dan keadilan.
Kepergian Hamka Haq diungkapkan oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDI-P) Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat melalui akun Instagram miliknya, Kamis (7/12/2023). Hamka disebut meninggal dunia di RS Siloam MRCCC Semanggi, Jakarta, karena sakit pada Kamis ini, pukul 10.46 WIB.
”Telah pulang ke Rahmatullah. Sosok sahabat dan saudara dalam perjuangan, Bapak Prof Dr H Hamka Haq, MA. Doa terbaik kami kirimkan untuk keluarga agar diberi ketabahan dan almarhum diberi tempat terbaik di sisi Allah SWT,” ujar Djarot.
Saat dihubungi, Djarot menyampaikan bahwa Hamka merupakan sosok politisi intelektual yang rendah hati, sederhana, jujur, dan kritis. Hamka Haq yang juga menjabat Ketua DPP PDI-P Bidang Keagamaan dan Kepercayaan, menurut Djarot, juga tidak pernah lelah membangun jiwa Islam yang mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi alam semesta atau rahmatan lil ’alamin.
”Kita kehilangan sosok panutan politisi intelektual yang selalu berjuang di jalan ideologi Pancasila. Pemikiran almarhum yang dituangkan dalam buku-buku tentang Islam dan Pancasila menjadi referensi di pendidikan kader (PDI-P) tingkat madya dan utama,” ujar Djarot.
Senada dengan Djarot, politisi PDI-P, Hendrawan Supratikno, melihat Hamka sebagai politisi pemikir yang rendah hati. Selama ini, Hamka telah mendedikasikan hidupnya untuk mengharmonisasi arus pemikiran kebangsaan, keislaman, dan keadilan.
”Beliau sosok yang menjabarkan pemikiran-pemikiran Bung Karno dalam konteks perkembangan pemikiran Islam kekinian,” ucap Hendrawan.
Suatu ketika, dalam sebuah acara Simposium Nasional bertajuk ”Kedamaian Berbangsa Menuju Pemilu 2024 Tanpa Politisasi Agama” di Sekolah Partai PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta, akhir Maret 2023, Hamka pernah menyoroti soal potensi terjadinya konflik yang mengatasnamakan agama di pemilu. Menurut dia, konflik itu justru membuat perpecahan antaranak bangsa.
Ia menyebut, menjelang pemilu, konflik kerap diciptakan atas nama agama.Padahal, ia meyakini bahwa konflik yang terjadi bukan karena hal itu, melainkan karena adanya ambisi politik dari kelompok tertentu.
”Konflik di antara kita biasanya terjadi bukan karena ajaran agama, tetapi ambisi politik yang mengatasnamakan agama. Ambisi politik yang ingin menguasai kelompok lain, yang ingin hidup sendiri di negara ini dan mengabaikan kepentingan kelompok-kelompok lain. Ambisi politik itulah yang merusak pertalian,”kata Hamka.
Hamka pun mengajak umat Islam yang merupakan mayoritas bangsa ini seharusnya menjadi pelopor perdamaian dan pelopor persaudaraan. Ia menambahkan bahwa Islam adalah agama damai. Hal itu bisa dibuktikan dari berbagai hadis dan juga dalam sejarah praktik Rasulullah dan para sahabatnya.
”Mereka hidup berdamai di Madinah, mengawal konstitusi. Dalam konstitusi Madinah, semua agama yang ada di Madinah, khususnya kaum Nasrani dan Yahudi, diakui eksistensinya,” ucap Hamka.
Ia juga mengajak seluruh umat beragama dan aliran kepercayaan untuk bersama-sama melestarikan tradisi persaudaraan kebangsaan ini dengan menghayati dan mengamalkan secara benar agama masing-masing. Sebab, ia yakin semua agama mengajarkan kedamaian. ”Tidak ada agama yang mengajarkan konflik,” katanya.